@Chapter 22.

755 113 6
                                    

Mereka berempat tiba di tempat teman-temannya berada. Yujin dibaringkan di samping Hyewon.

"Naga itu terlalu kuat." Ucap Chaeyeon.

"Seranganmu tadi lumayan besar. Tapi itu cuma membuat naga itu bergerak sedikit." Sahut Minju. "Apa mungkin kita harus serang bersama-sama dengan serangan yang sama besarnya ?"

"Mungkin tidak berhasil." Kata Wonyoung.

"Kenapa ?" Tanya Minju.

"Mungkin cuma firasatku saja, tapi kupikir kita memang tidak bisa mengalahkan naga itu."

"Lalu bagaimana kita mengambil batunya ?" Tanya Chaewon.

Wonyoung memandangi naga itu. Yang kini diam melayang di udara. Menunggu siapapun untuk menyerang lagi. Lima gadis berjaket hitam di sebelah sana pun masih diam.

"Kupikir kita cuma bisa memerangkapnya. Lalu mengambil batu itu." Kata Wonyoung.

"Memerangkap ? Dengan apa ?" Tanya Chaewon lagi.

Wonyoung memandang ke arah sebelas temannya secara bergantian.

"Kalian ingat Imperium Sakral itu ?" Tanya Wonyoung kemudian.

"Memangnya kita bisa melakukannya ?! Aku tahu tentang kekuatan itu begitu Tuan Lee menyadarkanku. Kita semua tahu. Dan Itu tidak mudah dilakukan." Ujar Chaewon.

"Aku bisa." Kata Wonyoung. "Aku center. Ingat ?"

Chaewon diam. Ia mengerti. Mungkin saja kekuatan Wonyoung memang cukup untuk menggunakan Imperium Sakral. Kekuatan misterius itu.

"Kalau begitu kita memang harus mencobanya." Ucap Eunbi. "Pastinya Wonyoung tidak bisa melakukannya seorang diri."

Semua anggota menyetujuinya. Namun saat ini kondisi Hyewon dan Yujin belum memungkinkan untuk melakukan serangan besar itu.

"Kita akan mengulur waktu sampai Hyewon dan Yujin pulih. Atau setidaknya bisa bergerak." Ucap Eunbi lagi.

"Baiklah."

Semua anggota pun setuju untuk mulai mengulur waktu. Sementara itu lima gadis berjaket hitam itu juga sudah mulai bergerak.

Yeji mengambil posisi duduk di atas tanah. Sedangkan keempat temannya berdiri dan bersiap untuk terbang ke arah naga itu.

"Beritahu kami kalau sudah siap." Kata Ryujin.

"Tentu saja." Jawab Yuna.

Naga merah itu menunggu dalam diam. Kepakan sayapnya menghempaskan debu dia bawahnya. Saat ini Naga itu seakan sedang bersaing dengan matahari untuk menguasai langit.

Eunbi melihat pergerakan lima gadis lawan mereka. Dia merasa sedikit gelisah. Kenapa mereka akhirnya bergerak setelah diam sedari tadi. Mungkinkah mereka sudah merencanakan sesuatu ?

"Kalian harus hati-hati." Ucap Eunbi. "Musuh kita bukan cuma naga itu."

"Ah, iya. Benar." Sahut Minju. Dia melihat lima gadis itu. Empat dari mereka sudah bergerak. Sedangkan satu orang masih diam di sana.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang ?" Tanya Minju.

Saat itu Wonyoung melangkah maju. Dia berdiri di depan yang lainnya. Sekarang ini Wonyoung tak terlihat lagi seperti anak kecil berusia lima belas. Dengan wajahnya yang serius itu dia bersiap menyampaikan sesuatu yang akan mengakhiri pertandingan di sini.

"Baiklah, dengarkan aku..."

***

Ryujin melancarkan sebuah serangan besar kepada naga itu. Petir menyambar bagian kepala naga itu sampai ia kesulitan menjaga keseimbangan di udara.

12 Anomali. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang