@Chapter 37.

615 98 2
                                    

Dua belas gadis itu melihat Lee jatuh. Zirahnya yang berwarna putih itu mulai menguap menjadi pecahan-pecahan kecil dan meneghilang ke udara. Begitupun gada dan perisainya. Yang kini tersisa dari tubuh Lee hanyalah jubahnya yang terlumuri darah. Terkapar seperti itu membuatnya sangat lemah. Jari Lee bergerak-gerak lambat. Cukup untuk menunjukkan bahwa dia masih hidup, untuk saat ini. 

Mereka tertegun di tempatnya berdiri. Memandangi apa yang baru saja terjadi tanpa mengucapkan apapun. Namun Wonyoung yang sudah kembali sadar setelah mendapatkan kekuatan artefak itu mengambil tindakan. 

Ia segera begerak dalam kedipan mata ke tubuh Lee. Kecepatan Wonyoung membuat para ZOZI tidak dapat bertindak. Ketika sudah berada di dekat tubuh Lee, Wonyoung memegangnya. Matanya bertemu dengan para ZOZI. Wonyoung tahu mereka juga sedang memandangnya meski tidak ada di wajah cahaya itu yang terlihat seperti mata. 

Kemudian Wonyoung menghilang bersama Lee. Lalu ia muncul bersama tubuh Lee di tempat teman-temannya. Mereka pun tersadar dari rasa terkejutnya dan mengerumuni tubuh Lee. 

Ia tidak berdaya. Tiga tusukan di tubuhnya terlalu menyakitkan untuk dilihat. 

"Kita harus cepat menyembuhkannya." ucap Wonyoung. Teman-temannya mengangguk. Mereka merentangkan tangannya ke arah luka Lee. Namun meskipun mereka berusaha sekuat tenaga luka-luka itu tak kunjung membaik. 

"Tidak berguna." kata Lee dengan suara yang seperti berada di ujung napasnya. Setelah mengeluarkan suara itu Lee menarik napas pendek-pendek. Kelihatannya berbicara seperti itu sudah membuatnya sangat kesakitan. 

Para gadis itu memandanginya dengan mata yang sama. Menyedihkan melihatnya seperti ini. 

"Kalian..." Lee mencpba berbicara lagi. Tak ada yang mencoba menjedanya. "Kalian... harus... mengalahkan mereka." 

Banyak dari mereka yang sudah meneteskan air mata. Mereka ingat ketika pertama kali Lee datang mengejutkan mereka dan mengaku sebagai perwakilan. Membangkitkan mereka dari ketidaktahuan tentang kekuatan mereka melindungi semesta. 

Kini si Tuan Perwakilan telah menghembuskan napasnya yang terakhir. Tepat di depan mereka. Dengan cara yang menyakitkan. 

"Kita tidak punya waktu untuk bersedih." Wonyoung menghapus air matanya lalu berdiri mendahului yang lain. Ia menatap ketiga ZOZI itu dengan mata yang memerah dan masih basah. Tapi lebih dari itu, ia menatap mereka dengan tajam. 

Teman-temannya lalu menyusulnya berdiri. Mereka menyadari apa yang di katakan oleh Wonyoung itu benar. Sekarang bukan waktunya berduka untuk Lee disaat musuh-musuh sedang berada di hadapan mereka. 

Kekuatan mereka telah kembali. Dan menjadi lebih kuat daripada sebelumnya. Luka-luka yang mereka terima dari pertempuran tadi telah hilang menyisakan robekan di pakaian mereka saja. 

Ryujin terbangun pertama kali. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya mengingat apa yang telah terjadi padanya tadi. Dia dan teman-temannya di lemparkan dari udara oleh para ZOZI itu hingga akhirnya mereka menghantam tanah dan tidak sadarkan diri. 

Ryujin melihat ke sekitar. Teman-temannya masih terkapar. Hanya dia yang terbangun. Kemudian Ryujin melempar pandangannya ke sisi yang lain. Dan ia melihat mereka. Dua belas gadis itu yang kini sedang berdiri berjajar. Seingatnya tadi mereka sama terlukanya dengan dirinya dan teman-temannya. Tapi kini apa yang ia lihat sungguh berbeda. 

Kedua belas gadis itu mengeluarkan aura dengan warna mereka masing-masing. Terlebih lagi aura itu jauh lebih tebal dari pada yang sebelumnya. Ryujin pun merasakannya. Kekuatan mereka juga bertambah. 

Kemudian di lemparnya pandangannya ke sisi yang lain. Ketiga ZOZI itu juga berdiri berdampingan. Tubuh mereka yang terbuat dari cahaya tidak menunjukkan tanda-tanda apapun tentang pertarungan yang telah dilewati sebelumnya. Ryujin tahu pertarungan antara dua belas gadis pemegang kunci semesta dan para ZOZI tersebut sebentar lagi akan berlangsung. 

Tetapi Ryujin tidak melihat Lee. Selain itu Ryujin pun menyadari bekas-bekas pertarungan baru yang tercipta. Bekas-bekas itu tidak ada sebelumnya. Ryujin pun sadar bahwa telah terjadi pertarungan atau sesuatu yang lain setelah dirinya tidak sadar tadi. 

Wonyoung mulai berjalan dan seakan memberikan komando, kesebelas temannya mengikuti. Mereka masih menautkan tatapan tajamnya kepada para ZOZI yang hanya berdiri diam. Mereka seakan yakin hanya perlu menunggu karena merasa bahwa apapun yang terjadi gadis-gadis itu tidak akan bisa mengalahkan mereka. 

"Ini harus berakhir sekarang." Ucap Wonyoung sembari terus berjalan mendekar ke arah ZOZI bersama teman-temannya. "Tidak ada lagi semesta yang akan hancur." 

Tanpa kata-kata untuk menjawabnya. Mereka tidak perlu saling berbicara untuk menyatakan persetujuan pada apa yang dikatakan Wonyoung. Dengan Wonyoung yang ada di posisi tengah dan depan, dua belas gadis itu mempercepat jalannya. Lalu mereka berlari, makin cepat, kemudian terbang dan melesat ke arah para ZOZI itu. 

Wonyoung yang berada paling depan mengepalkan tinjunya. Lalu sembari menukik dari udara ia mengarah ke pada para ZOZI. 

'DUAAAR !!!' 

Serangan Wonyoung berefek lebih besar daripada yang bisa dibayangkan. Gumpalan debu menguar dari tanah. Terlihat seperti sebuah meteor baru saja membentur permukaan. 

Para ZOZI itu terbang mundur. Kedua sayap mereka terentang dan mereka melayang di udara setelahnya. Namun para pemegang kunci tidak tinggal diam. Mereka yang sudah menunggu pun melancarkan serangannya. 

Minju, Hyewon, dan Eunbi melesat ke arah para ZOZI yang terbang mundur itu. Mengincar mereka masing-masing. Mereka melancarkan pukulannya. Para ZOZI itu menangkis pukulan mereka. Minju, Hyewon, dan Eunbi melanjutkan serangan mereka hingga akhirnya mereka bertiga dan ketiga ZOZI itu bertarung di udara. 

Teman-temannya yang lain melihat mereka bertiga dari bawah. Mereka tetap menatap tajam namun kali ini sebuah seringai tipis muncul di wajah mereka karena mengetahui bahwa mereka bisa bertarung seimbang. 

"Artefak ini benar-benar memberikan kita sesuatu." ucap Yena sembari memandangi kepalan tangannya. 

Teman-temannya yang mendengarkannya hanya tersenyum sembari memandanginya. Mereka merasakan hal yang sama. Dan harapan mereka meningkat pesat daripada sebelumnya. 

Ketiga ZOZI itu merasa mulai terdesak. Dan mungkin saja terkejut dengan kemampuan Hyewon, Minju, dan Eunbi. Mereka terus saja menerima pukulan dan bertarung seimbang padahal tadi mereka bisa menumbangkan dua belas gadis itu dengan mudah. 

Sampai pada akhirnya sinar keluar dari tubuh ketiga ZOZI itu. Mereka mengeluarkan sinar itu secara bersamaan seakan telah bersepakat satu sama lain. Akhirnya sinar yang begitu terang itu membuat Minju, Hyewon, dan Eunbi menghentikan serangannya. Mata mereka kesakitan. Lalu para ZOZI mengambil kesempatan dan memukul mereka dengan keras. 

Minju, Hyewon, dan Eunbi jatuh cepat menuju tanah. Mereka masih belum bisa mencerna apa yang terjadi karena pikiran mereka tersita oleh rasa sakit di matanya. 

Untungnya Chaewon, Yujin, dan Yena bergerak cepat ke udara lalu menangkap mereka sebelum membentur tanah. Chaewon, Yujin, dan Yena pun membawa mereka bertiga mundur. 

"Sinar itu begitu kuat. Bahkan kami yang ada di bawah sini sampai menutup mata." ucap Yena. 

"Sial. Mataku sakit." sahut Hyewon sambil menutup matanya. "Kami tidak mengira itu terjadi." 

"Bagaimana keadaan mereka ?" tanya Sakura. 

"Sinar itu sepertinya membuat mata kesakitan. Jadi sepertinya mereka tidak bisa membukanya dulu." jawab Yena. 

"Apa sangat parah ?" 

"Tidak apa-apa !" sahut Eunbi. "Kami akan sembuh sebentar lagi dan kembali berarung." 

Mendengarnya Sakura tersenyum. Semangat dalam suara Eunbi menunjukkan bahwa mereka tidak akan tumbang semudah itu. 

"Baiklah. Kami akan menunggu." kata Sakura. 

Sakura menatap ketiga ZOZI itu. Dan ia siap menyerang menggantikan mereka. 

Namun sesuatu nampaknya terjadi. Ketiga ZOZI itu merentangkan tangan mereka ke atas. Para gadis itu tidak tahu apa yang terjadi sampai akhirnya mereka ikut memandang ke atas. Dan mereka mendapati pemandangan menakutkan itu. 

Dari atas sana ada tiga meteor besar yang jatuh menuju mereka. 

~~~ 

To Be Continued... 

12 Anomali. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang