@Chapter 5.

1.3K 144 9
                                    

Choi Yena, Jo Yuri, dan Miyawaki Sakura. Ketiga gadis itu sibuk dengan kegelisahannya sendiri. Di dalam ruangan itu terdapat sembilan kursi lagi yang masih kosong. Sudah beberapa waktu terlewati semenjak akhirnya mereka disadarkan dan di datang ke tempat ini. Namun sampai sekarang rasa takut dan bingung itu masih ada di benak mereka. Tiga orang gadis muda, yang punya kehidupan biasa saja di dunianya masing-masing kini harus menerima takdir yang menggiring mereka masuk ke dalam ruangan ini. Tempat ini besar, namun ada sesak yang mereka rasakan. Sesuatu seperti tekanan ketika bahaya mendekat.

"Aku masih belum terbiasa dengan semua ini." Kata Sakura.

"Aku juga." Sahut Yuri lesu.

"Tidak ada yang bisa terbiasa dengan hal mengejutkan begini. Bahkan penjelasan Tuan Perwakilan pun terasa menakutkan. Apa ini yang namanya kebenaran ?" Yena merengek lalu menjatuhkan kepalanya ke atas meja yang terbuat dari bahan seperti marmer itu.

Ruangan besar dengan dinding dipenuhi ukiran-ukiran yang bercerita tentang dunia yang tersebar banyak itu menjadi sunyi lagi. Mereka sudah terlalu banyak mengeluh, sekarang waktunya menerima nasib.

Suara mendesis tiba-tiba terdengar. Dua tiang setinggi manusia dewasa di belakang mereka membentuk sebuah pusaran energi berwarna putih dengan bagian tengah merah muda. Ketiga gadis itu menoleh. Lalu seorang pria berjubah putih dengan garis merah muda muncul dari pusaran itu.

"Ah, melelahkan sekali." Kata pria itu, duduk di salah satu kursi. Dia membuka jubah yang menutupi kepalanya. Wajahnya yang terlihat, menampakan wajah lelaki yang nampak baru berusia tiga puluhan awal.

"Anda lama sekali pergi, Tuan Lee

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Anda lama sekali pergi, Tuan Lee." Ucap Sakura.

"Iya. Aku harus menemui para pemegang kunci lainnya." Jawab Tuan Lee, orang yang mengenalkan dirinya sebagai perwakilan itu.

"Bagaimana dengan mereka ?" Tanya Yena yang sudah menaikkan kepalanya semenjak Tuan Lee datang lewat portal.

"Sama seperti kalian. Sekarang kedua belas orang sudah dipilih." Tuan Lee berdiri dari kursinya.

"Lalu apa yang harus kami lakukan sekarang ?" Tanya Yuri.

"Kita harus menunggu perintah selanjutnya."

"Sebenarnya siapa yang memberikan kami perintah itu ? Dia hanya mengatakan perintah padamu dan kami tidak pernah melihat wujudnya. Kenapa dia tidak menemui kami ?" Tanya Yena. Ia terlihat kesal sehingga bibirnya mulai membentuk lucu.

"Hei, jangan kurang ajar. Mereka ada di atas kalian. Mereka adalah makhluk yang berkuasa. Sebaiknya kalian jangan menanyakan mereka lagi." Tuan Lee berjalan pergi. Meninggalkan Yena dan kedua gadis lainnya dengan pertanyaan yang masih menggantung.

"Cih, apa-apaan. Seenaknya saja memilih kita lalu tidak memberitahu kita apapun." Yena menggerutu.

"Aku dengar itu !" Sahut Tuan Lee yang meskipun sudah sampai di dekat pintu.

"Maaf, Tuan Lee." Kata Yena. Ia mencebikkan bibirnya lagi. Tuan Lee pun telah pergi keluar ruangan. Pintu besar itu di tutup dan ketiga gadis itu pun menunggu.

Rasanya sulit sekali jika melewati waktu hanya dengan menunggu. Mereka bertiga adalah gadis-gadis yang baru bertemu setelah datang ke tempat ini. Mereka belum mengenal satu sama lain, lalu sekarang harus menghabiskan waktu di ruangan yang sama dan menunggu selama waktu yang tidak jelas untuk sesuatu yang tidak jelas pula.

"Hei, portalnya masih terbuka." Kata Yuri tiba-tiba. Kedua Sakura dan Yena menoleh ke tempat dimana pusaran itu masih terbuka walau sudah tidak berdesis lagi. Mereka bertiga saling pandang.

"Apa kalian memikirkan apa yang kupikirkan ?" Tanya Yuri sembari tersenyum. Sakura dan Yena pun ikut tersenyum. Mereka beranjak dari kursinya lalu berjalan menuju portal itu.

"Bagaimana cara menggunakannya, ya ?" Yuri menoleh pada keduanya. "Ada yang tahu ?"

"Kupikir kita hanya harus masuk." Jawab Yena dengan jawaban ngawurnya.

"Tapi, apa kalian yakin ini aman ? Bagaimana kalau kita terjebak ?" Sakura kelihatan khawatir.

"Ah, kita harus berani. Kita ini adalah yang terpilih, bukan ? Kamu pikir kita terpilih secara acak ? Tidak mungkin, kan. Kita pasti terpilih karena kita adalah yang terbaik." Ucap Yena pada Sakura. Keyakinan Yena membuat Sakura makin cemas. Bagaimana dia yakin begitu sedangkan mereka sama sekali tidak tahu apa-apa. Sakura heran.

"Jadi... kita masuk ?" Tanya Yuri.

"Pasti lah !" Sahut Yena. "Kita sudah di depan ini."

"Aku tidak tahu, teman-teman. Apa tidak sebaiknya kita mencari petunjuk dulu sebelum melakukannya ?" Kata Sakura.

"Aku pikir tidak ada petunjuk semacam itu." Yena memegang tangan Sakura dan Yuri. "Kita akan masuk dan mencari tahu sendiri."

Sakura dan Yuri yang tidak yakin pun tak punya pilihan. Genggaman Yena terasa sekuat tekadnya. Dia mulai melangkah masuk. Portal itu berdesis. Yena, Yuri, dan Sakura sama-sama merasakan debaran jantungnya meningkat. Lalu portal tersebut menarik mereka masuk dan mereka merasakan sensasi ditarik yang kuat. Ketiga gadis itu merasakan tubuh mereka terombang-ambing dalam ruang waktu. Sensasi itu aneh, mereka berteriak kencang. Kelebatan-kelebatan mulai muncul di sekitar mereka. Gambaran dunia yang mirip seperti dunia yang mereka huni sebelumnya, lalu selain itu ada hal yang mengejutkan mereka. Gambaran dunia itu berubah menjadi pemandangan mengerikan. Dunia-dunia itu hancur, dilahap api, tandus dan kering. Ketiga gadis itu melihat dunia-dunia yang mati. Lalu rasa takut pun menjalari tubuh mereka lebih dari sebelumnya.

Jalur yang mereka lalui adalah lorong berwarna putih dan merah muda. Gambaran-gambaran itu muncul di sekitar mereka. Makin kama lorong itu berubah warna menjadi makin gelap dan menghitam. Kemudian ketiga gadis yang terombang-ambing itu pun melihat ujungnya. Sebuah pusaran gelap di depan sana. Mereka semakin mendekat dan kemudian masuk ke dalam pusaran hitam itu.

~~~

Sakura mengerjapkan matanya. Dia merasa tubuhnya seperti habis di tarik dari segala arah dan di hempaskan ke tempat ini. Dia melihat Yena dan Yuri masih tergeletak tak sadar di sampingnya.

"Yena... Yuri..." Sakura mengguncang tubuh Yena dan Yuri bersamaan dengan suaranya yang lemah. Yena pun bergerak lalu menggeram disusul Yuri.

"Apa yang terjadi ?" Tanya Yena ketika membuka matanya.

"Kurasa kita keluar dari portal." Jawab Sakura. Dia melihat sekeliling untuk memastikan posisi mereka. Lalu matanya membelalak lebar begitupun mulutnya. Menyadari apa yang dilihatnya kini.

"Ada apa ? Kenapa wajah kamu begitu ?" Tanya Yuri. Dia ikut melihat ke arah Sakura memandang, Yena mengikuti. Dan mereka akhirnya melihat pemandangan mengerikan yang sama.

Apa yang mereka lihat adalah pemandangan dunia yang telah hancur. Di depan mereka adalah sebuah kota yang tandus dan mati. Gedung-gedung terbengkalai dan beberapa ada yang ambruk di jalanan. Tanah terbelah begitu lebar. Lalu di kejauhan sana ketiga gadis itu melihat kobaran api sangat besar seperti monster merah di kejauhan. Nampaknya api itu juga telah melewati tempat ini melihat dari keadaan tempat ini yang juga sudah hangus.

"A-apa ini ?" Tanya Yena.

"Aku... tidak tahu." Sakura berusaha berdiri. Tapi apa yang dilihatnya di kejauhan membuatnya makin terkejut lagi.
Sakura melihat makhluk berkulit abu-abu pucat dengan tangan yang panjangnya menyentuh tanah berjalan dalam kelompok. Sakura tidak bisa menghitung berapa banyak mereka. Tapi yang sesuatu yang jelas adalah mereka berjalan menuju ke arah mereka.

"Lari !" Seru Sakura pada Yena dan Yuri.

~~~

To Be Continued...

12 Anomali. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang