◽️◽️◽️Happy Reading◽️◽️◽️
.
.
.
****
Menjadi karakter peran pengganti rupanya tak semudah yang dibayangkan Yona. Ia harus berlatih keras dengan kru untuk menghasilkan gerakan yang sesuai diinginkan. Yona harus berlatih keras, bahkan kerap kali ia harus mendapat banyak serangan secara fisik yang membuatnya kesakitan.Yona sendiri dilarang memberi perlawanan, ia harus mengikuti perintah sutradara meski itu berlawanan dengan keinginan hatinya. Yona semakin frustasi setelah Kim Seokjin yang pergi dari lokasi syuting karena jam actingnya sudah berakhir.
"Cut!"
"Kau ini bisa tidak lebih serius lagi? Biarkan kru itu memukul bagian lenganmu jangan melawan!" teriak sutradara tersebut.
"Tapi dia memukul lenganku sungguhan!"
"Lalu apa kau harus melawan? Kita sudah ulang berapa kali hanya untuk ambil scane ini? Kau membuang waktuku percuma!" pelik sutradara sambil membanting kertas naskah dari tangannya. "Dasar sampah tidak berguna!"
Yona hanya menunduk diam, matanya berkaca-kaca mendengar semua hinaan itu. Ini sudah take yang ke-21 dan ia masih belum bisa melakukannya dengan baik. Bahkan serangan fisik yang terus dialaminya membuat tangannya kini sudah tak bisa memegang tongkat kayu dengan baik.
Yona telah bekerja sangat keras hanya untuk menyudahi pekerjaannya sebagai pencuri. Namun, hidup normal seperti selayaknya terlalu menyakitkan.
.
.
.
****
Sementara Kim Seokjin sendiri barusaja tiba di rumah. Jalannya sempoyongan, terhuyung-huyung dari pintu depan dan berhenti di dekat tangga."Eeeeh adikku sayang," sapa Seokjin sambil tersenyum melirik Namjoon yang juga hendak naik ke tangga. Namun, Namjoon hanya diam tanpa memperdulikan hal itu, meski ia cukup terganggu dengan bau alkohol menyengat dari kakak tirinya itu.
"Hueeeek!"
Dipertengahan jalan, langkah kaki Namjoon terhenti mendengar Kim Seokjin yang muntah. Ia pun terpaksa berbalik arah dan menggendong sang kakak di punggung lalu membawanya naik ke atas tangga.
Kim Seokjin direbahkan di atas ranjang kamarnya, tak lupa Namjoon juga membantu kakaknya melepas sepatu dan membersihkan bekas muntahan dibibirnya.
Ketika itu Namjoon terdiam, tisue ditangannya langsung ia banting ke lantai setelah memorinya mengingat kejadian dimasa lampau. Ia terihat begitu kesal dan berjalan pergi meninggalkan kamar.
Kamar mereka kebetulan berletak saling bersebelahan. Namjoon masuk dan menghidupkan lampu kamarnya. Setiap langkah seakan membawanya ke memori dimasa lampau, memori bersama Yana.
Yana adalah teman kuliah Namjoon yang dulu pernah ia sukai. Yana adalah gadis yang baik, dan juga ramah. Selain itu, Yana juga adalah mahasiswa berprestasi yang berhasil kuliah lewat beasiswa, dan keduanya kerap mengerjakan tugas kampus bersama. Namun, semua itu kini hanya menjadi memori, setelah kepergian Yana.
Namjoon duduk di sisi kiri ranjangnya sambil membuka laci meja di dekat ranjang. Disana ada buku catatan Yana yang masih rapi tersimpan.
Dalam buku catatan itu, Yana menuliskan banyak tentang kisah hidupnya. Mulai dari ia telah ditinggal mati kedua orang tuanya ketika berusia 15 tahun dan harus bertahan hidup merawat adik perempuannya berusia 10 tahun. Yana harus berkerja paruh waktu demi mewujudkan cita-cita sang ayah agar putrinya mendapat kehidupan layak dan kuliah hingga sarjana.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE - [TAMAT]
FanfictionPreview ______________________________ Ketika ia takut jatuh cinta karena rasa bersalahnya dimasa lalu. Semua berubah ketika rasa itu muncul. Karena semua yang ditutupi suatu saat pasti akan terbongkar juga. Kau tidak bisa lari dari kenyataan. ~Kim...