part 23

4.7K 275 23
                                    

◻️◻️◻️Happy Reading◻️◻️◻️

.

.

.

****
Setelah menunggu giliran, tibalah waktunya Hyemi dan putranya masuk. Tuan Kim seketika menyunggingkan senyum sambil melebarkan kedua tangannya. Keduanya pun saling berpelukan.

"Bagaimana keadaanmu?"

"Jauh lebih baik saat kau disampingku," balas tuan Kim tersenyum hangat menatap sang istri.

"Ehem! Sebaiknya aku menunggu diluar saja," kecoh Namjoon.

"Duduklah, aku ingin bicara padamu," perintah tuan Kim.

Tanpa ragu, Namjoon pun menuruti permintaan sang ayah. Pria gagah itu duduk dengan tenang saling berhadapn dengan sang ibu yang berada di sisi tuan Kim lainnya.

"Namjoon, aku benar-benar bangga saat ibumu memberitahu padaku bahwa dia tengah mengandung waktu itu," ungkap tuan Kim menatap sendu kearah putranya. "Maafkan aku karena sudah banyak menuntutmu, dan membuatmu tidak nyaman tinggal di rumahmu sendiri," sambung tuan Kim.

"Harusnya kau lebih banyak minta maaf pada ibuku, karena kau sudah membuatnya banyak mengeluarkan air mata," jawab Namjoon tegas.

"Ya, aku sudah berulang kali meminta maaf pada ibumu," ungkap tuan Kim.

"Namjoon bicaralah dengan nada sopan pada ayahmu," lerai sang ibu.

"Mungkin aku seperti orang yang tidak tahu malu sekarang, tapi aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana mengatakan ini padamu," ungkap tuan Kim sambil menunduk.

"Bicara tinggal bicara saja,"

"Namjoon," lirih Hyemi dengan nada pelan.

"Ayah terlihat hutang budi pada keluarga Jasmine. Kontribusi mereka atas perusahaan kita sangat besar, dan semua saham kini telah dialihkan untuk Jasmine, ditangan Jasmin lah nasib kita semua ditentukan," ungkap tuan Kim sambil menghela napas panjang.

"Jadi itu alasanmu memintaku menikah dengan Jasmine? Hanya untuk mempertahankan perusahaan?"

"Namjoon, bicara yang sopan!" tegur nyonya Hyemi.

"Ibu juga sama saja! Kenapa ibu selalu patuh dengan ayah yang bahkan tidak pernah memikirkan perasaanmu?" elak Namjoon dengan nada marah.

"Awalnya aku tidak bermaksud membebanimu atas hutang dan juga budi dari keuarga Jasmine, tapi ketika nanti ayah tiba-tiba dipanggil Tuhan—,"

"Cukup, jangan katakan itu!" ungkap nyonya Hyemi sambil menangis.

"Namjoon, ini adalah perusahaan warisan dari kakekmu secara turun-temurun, aku gagal mempertahankannya. Harapanku hanya ada padamu,"

"Aku juga punya hak untuk menolak permintaanmu," bantah Namjoon.

"Sekali saja kumohon, tolonglah aku yang sudah diambang kehancuran ini," lirih tuan Kim dengan mata berkaca-kaca. Namun, Namjoon masih tampak acuh akan permohonan sang ayah. "Tolong jaga ibumu jika nanti aku sudah tiada, aku sangat mencintai ibumu,"

"Tapi aku tidak bisa menikahi Jasmine,"

"Kumohon kabulkan permohonanku sebelum aku pergi," lanjut tuan Kim.

Namjoon sadar jika tuan Kim adalah orang baik. Ia memiliki tatapan tulus dan tenang ketika melihat sang ibu. Keduanya saling mencintai. Nyonya Hyemi juga telah menerangkan jika sang ayah memiliki penyakit gagal jantung yang bisa merenggut nyawanya sewaktu-waktu, hal itulah yang membuat Namjoon diambang kebimbangan.

LOVE - [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang