-13-

3.3K 200 6
                                    

Rayan

tok tok tok!!

Gue mengetuk pintu rumah kontrakan Nidya pelan, sambil sesekali menatap jam tangan yang sudah menunjukkan pukul enam pagi.

Kayaknya gak mungkin banget dia jam segini belum bangun,

Tok tok tok!!

Lagi-lagi gue ketuk untuk yang kesekian kalinya.

Krekettt....!

Akhirnya pintu yang sudah mulai rapuh itu terbuka, memperlihatkan sosok di dalamnya, dengan wajah terkejut saat melihat ke arah gue.

Udah bisa gue tebak pertanyaan apa yang akan keluar pertama kali dari mulut dia.

"Kak Rayan ngapain sepagi ini udah ada di depan kontrakan Nidya?"

Nah kan bener!

Gue menguap lebar di depan dia, sembari melihat ke arah jam tangan lagi.

"Ini udah jam enam, gak bisa dianggap pagi lagi menurut gue. Lagian gue udah disini dari jam tiga dini hari tadi."

Dia melongo,

Gue emang disini udah dari jam tiga dini hari, semalam ada pemotretan di salah satu hotel sekitar kawasan kontrakan Nidya.

Selesai setengah tiga dan mata udah ngantuk banget, mau pulang ke apartemen gak kuat. Apalagi ke rumah papa yang jelas lebih jauh.

Berkendara dalam keadaan ngantuk itu bahaya teman-teman. Akhirnya gue lebih milih mampir ke depan kontrakan Nidya. Awalnya mau numpang tidur di dalam rumah, tapi gue yakin dia nggak akan ngebolehin.

Jadilah tidur di mobil, yang nggak ada nyenyak-nyenyaknya. Padahal bisa sih nyewa salah satu kamar hotel buat tidur semalam, tapi gak kepikiran! Gak tau gue kadang suka gak jelas gitu.

Nidya masih diam setelah mendengar penjelasan dari gue.

"Eh lo kenapa diem aja sih? Gak nyuruh gue masuk? Kasih kopi apa roti tawar gitu kek!" Gue asal nyeletuk.

Nidya masih celingukan natap kanan kiri.

"Ini udah pagi, bukan malam lagi! Masih gak enak dilihat tetangga?"

Soalnya gue keinget sama kata-kata dia malam itu!

"Emm.. silahkan masuk kak." Dia membuka pintu lebih lebar.

Gue masuk, sambil ngelihatin seisi rumah yang ada di dalam kontrakan dia.

Lumayan lengkap isinya. Rumah ini tanpa sekat, jadi setelah masuk langsung bisa lihat kamar yang ada di pojok ruangan, sofa kecil dan bagian dapur. Kayaknya kamar mandi ada di belakang dapur.

Tatananya cukup rapi, semua perabot yang gue yakini milik Runa diatur sedemikian rupa disana.

"Duduk dulu kak!" Ucapnya mempersilahkan.

Gue duduk di sofa kecil yang dia tunjuk.

"Kak Rayan mau minum apa?" Tanyanya kemudian.

"Emang ada apa aja?"

"Kopi ada, teh punya kalo mau susu nanti aku beli dulu di gang depan." Ujarnya.

"Ya udah air putih aja," Jawab gue langsung.

"Cuma air putih??" Dia tampak terkejut.

"Iya, air putih aja."

Setelah itu, Nidya berjalan ke arah dapur yang ada di samping sofa.

Grateful #BaperinloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang