Nidya
"Pergi lo dari sini!" Ucap kak Rayan dingin ke arahku sambil memungut kameranya yang tadi sempat ku jatuhkan.
Dia mencoba mencermati lensa kameranya yang retak.
Aduh, beneran aku gak sengaja! Takut banget pas kak Rayan ngusir aku dari sini, terus aku harus pergi kemana kalo sampai dia beneran marah dan gak ngebolehin aku tinggal disini lagi.
"Kak-" Dengan suara gemetar, aku memberanikan diri menepuk punggungnya.
"Apaan?!" Bentaknya,
Buset jantung aku mau copot rasanya denger bentakan dia tadi.
Kak Rayan kalo marah serem juga!
"Nidya minta maaf ya kak.." Air mataku tidak bisa ditahan, mau dibilang cengeng juga aku gak peduli.
Kak Rayan tetap diam,
"Jangan usir Nidya dari sini.." Aku memohon di depannya.
Tetap tidak ada jawaban dari kak Rayan, dia justru mendengus kasar dan mulai membongkar kameranya.
Tidak lama kemudian dia duduk di sofa sambil meraih ponselnya dan menelepon orang pakai bahasa Inggris.
Ya, little little i can hear!
Taulah kemampuan bahasa Inggrisku bukan lagi jongkok tapi tengkurep.
Aku masih diam saat kak Rayan menutup sambungan telfonnya.
"Kakak mau kemana?" Tanyaku pelan saat melihat kak Rayan mengemasi barangnya dan beranjak ke depan pintu.
Dia masih diam,
"Kak, aku ikut!" Dengan langkah cepat aku ngikutin dia dari belakang.
Kak Rayan berhenti dan menatap tajam tepat di mataku.
Waduh, udah bisa ditebak sih kalo dia bakalan marah besar pas aku ngikutin di belakangnya.
Tapi gak pa-pa, aku lebih siap dibentak-bentak daripada didiemin.
"Kunciin pintunya!" Ucapnya dingin sambil memberikan kunci ke arahku.
Mataku berbinar, karna itu artinya kak Rayan ngebolehin aku ikut..!
"Kenapa masih diem? Jadi ikut nggak?"
"I-iya deh aku kunciin pintunya. Tapi janji aku jangan ditinggal ya kak!"
Aku curiga, jangan-jangan dia akan ninggalin pas aku lagi kunci pintu apartement. Karna bisa dibilang jarak aku berdiri sama arah pintu lumayan jauh.
"Cepetan!" Ucapnya lagi-lagi dengan nada bentakan.
"Iya-iya." Aku beranjak cepat mengunci pintu dan kembali ke tempat kita berdiri tadi, tapi kak Rayan sudah tidak ada disitu.
Tuh kan aku beneran ditipu!
"Kak Rayan! Ditinggalin pas lagi kunci pintu itu sakitnya sebanding kaya di tinggal pas lagi sayang-sayangnya!!" Gerutuku.
"Berisik! Udah belum kunci pintunya?"
"Eh kak Rayan masih disini ternyata??" Aku nggak sadar kalo dia duduk di depan gedung tidak jauh dari tempat aku berdiri, cuma aku aja tadi yang nggak ngelihat.
Dia hanya diam, dan terus melangkah ke arah jalan raya di pusat kota Inggris.
"Kak, kita mau keman-" Belum juga aku selesai bertanya, kak Rayan tiba-tiba berhenti di sebuah mesin ATM.
Dia masuk gitu aja, pasti mau tarik tunai sedangkan aku cuma nungguin di depan sambil tarik nafas-buang!
Tidak lama kemudian dia keluar, dan kita lanjut berjalan dalam diam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Grateful #Baperinlove
Humor[READY EBOOK😍] Ini cerita ke-3 dari seri Grateful, gak tau kenapa hastag-nya #Baperinlove padahal ceritanya juga belum tentu bikin baper wkwk. Lebih disarankan baca seri ke-1 dan ke-2 dulu ya😊 saling berkaitan ceritanya ! -Arrayan Kalandra Atmaj...