Derap langkah Rendra terlihat sangat mantab saat memasuki kawasan perkantoran elite.
Beberapa kali menyapa para karyawan yang lalu lalang berjalan dan berpapasan dengannya.
Itulah Rendra, auranya selalu terpancar dan terlihat sangat berwibawa.
Sosok laki-laki gagah yang sama sekali tidak terlihat sudah bercucu bahkan umurnya hampir setengah abad.
Kalo saja orang awam yang melihat. Pasti mereka berfikir laki-laki ini mungkin baru saja memiliki satu atau dua orang anak berumur sepuluhan tahunan. Karna Benar-benar tidak terlihat tua! Masih tampan dengan setelan jas hitam, pakaian kerjanya sehari-hari.
Setelah berjalan agak jauh dari lobby, dia sampai di lantai dua dan berhenti di depan sebuah ruangan besar.
Di atas pintu tertulis plat nama 'Direktur utama' yang jelas ini bukan ruangan miliknya.
Rendra memang sedang tidak berada di kantornya.
Dalam sekejap pintu ruangan sudah terbuka lebar, memperlihatkan sosok laki-laki yang sedang duduk di kursi kebesarannya, dia tampak terkejut dengan kehadiran Rendra disana.
"Rendra?!" Tanyanya tanpa bisa menyembunyikan raut wajah terkejut meskipun ditutupi dengan senyuman.
'Terkesan kaku!' Batin Rendra.
Rendra berjalan ke arah sofa di dalam ruangan sambil menatap tajam sosok di hadapannya. Dia dengan santai langsung duduk begitu saja tanpa menunggu sang tuan rumah mempersilahkan terlebih dahulu.
"Udah pulang lo dari luar negri?" Tanyanya penuh penekanan.
Bisa dibilang bukan pertanyaan sebenarnya karna lebih menjurus ke arah sindiran halus. Yang ditanya tampak gelagapan
"Emm.. Kok lo tau gue ada disini?" Dia malah balik bertanya.
"Gue tanya lo udah pulang dari luar negri atau emang sama sekali gak ngurus bisnis lo di luar negeri? Karna setahu gue, perusahaan lo sejak dulu gak pernah ada kaitannya sama negara-negara di Timur tengah!" Ucapan Rendra semakin menohok.
"Jawab aja, jangan malah bikin pertanyaan baru buat mengalihkan topik pembicaraan!" Ucapnya lagi, membuat lawan bicaranya semakin menciut.
"Gue- gue liburan kesana.." Jawabnya masih dengan nada kaku.
"Gue kenal lo sejak kecil, dan gue tau seorang Radit gak pernah suka sama hal remeh kaya liburan! Kenapa lo bohong."
"Gak usah berkilah! Lo mau bohong gimanapun gue tau!" Bantah Rendra.
"Oke, gue emang gak keluar negeri! Puas lo?" Jawabnya kemudian.
"Cih! Kenapa lo masih nanya, bukannya lo serba tau tentang keluarga gue?" Desis Radit sambil beranjak dari kursi kebesarannya.
"Ini peringatan terakhir buat lo! Temuin Nidya, jelasin semua ke dia! Jangan ngehindar dengan cara murahan kaya gini, sebelum gue ambil alih dia sebagai anak!" Ancam Rendra. Tapi tampak tidak diperdulikan Radit.
"Segitu pengennya lo jadiin dia anak? Gue bahkan ketemu aja udah gak sudi!" Jawab Radit sakartis.
"Biar gimanapun dia lahir dari rahim istri lo.." Nada bicara Rendra lebih pelan.
"Tapi bukan anak gue!" Bentak Radit.
"Sedikit banyak gue tau kenapa sampai sekarang Tuhan gak pernah mau kasih kalian kepercayaan berupa momongan di tengah keluarga kalian, Dengan adanya Nidya aja kalian gak bisa bersyukur bahkan sekarang mencoba melenyapkan anak yang nggak tau apa-apa!" Sindir Rendra berharap Radit akan lebih paham.
"Bukan urusan lo!" Desis Radit membalas tatapan tajam Rendra.
Rendra hanya diam, dia merasa sia-sia bicara dengan orang yang tidak punya perasaan.
"Gue nyesel, dulu milih ngikutin kata mama buat ninggalin Keiya! Nikah sama Lista bukan kebahagiaan buat gue, setiap kali gue lihat lo bahagia sama keluarga kecil kalian. Gue selalu iri dan punya rencana jahat buat rebut Keiya lagi dari lo!"
Rendra tidak menyangka kata-kata itu bisa keluar dari mulut Radit.
"Dan gue akan lebih nyesel lagi kalo dulu Keiya benar-benar jadi milik lo!" Jawab Rendra santai.
"Orang luar biasa kaya Keiya nggak pantes bersanding dengan orang yang nggak pernah pake otaknya buat mikir!" Rendra kembali menatap tajam ke arah Radit.
"Lo emang gak tau diri! Apa lo gak inget orangtua gue yang udah ngrawat lo dari kecil? Emang gak punya rasa terimakasih lo jadi orang!" Radit mulai emosi dan mencoba membalas perkataan Rendra.
"Dan apa lo lupa, perjuangan gue buat gantiin posisi lo saat kebodohan kalian hampir menjatuhkan reputasi keluarga besar lo sendiri?"
"Lo gak tau kan, bokap lo yang ngasih tawaran ke Gue sebuah perusahaan asal gue nikahin Keiya saat itu?"
"Emang matre kan lo!" Ucap Radit sambil tertawa mengejek ke arah Rendra.
"Tapi gak pernah gue terima! Meskipun berulangkali dia memaksa." Jawab Rendra mantab membuat Radit langsung kalah telak.
Keduanya diam dalam pemikiran mereka masing-masing.
"Gue masih punya banyak waktu buat ngerebut Keiya dari lo!"
Rendra tertawa geli,
"Gue tau sejak dulu, kalo sebenarnya Yang sakit jiwa itu bukan Keiya, tapi lo sendiri!"
Skakmat untuk Radit!
"Biar gimanapun ceritanya, Nidya bakal gue nikahin sama Rayan. Kalo lo semua gak mau nerima dia di dalam kehidupan keluarga lo sekarang, gue pastiin dengan senang hati keluarga gue nerima dia jadi anggota baru di rumah, dan suatu hari nanti, lo akan menyesal!"
"Lakuin apa yang lo mau, gue gak bakal peduli! Semua yang ada kaitannya sama anak itu gue gak akan pernah mau tau!" Jelas Radit tegas.
Rendra beranjak dari sofa.
"Gue sangat berterimakasih sama semua jasa yang udah keluarga lo lakuin ke gue sejak kecil,"
"Mulai dari ngerawat gue, nyekolahin dan semua hal lain. Termasuk saat orangtua lo sendiri yang nyerahin Keiya ke Gue waktu itu!"
Rendra berhenti sejenak lalu menoleh ke arah Radit.
"Asal lo tau aja, gue nggak pernah ada beban sedikitpun di hidup gue selama bersama Keiya. Dia sumber kebahagiaan yang akan selalu gue jaga! "
"Kalo saat itu orangtua lo nolak dia karna dia sakit jiwa, saat ini gue saranin lo yang pergi periksa kejiwaan karna gue takut lo bakal tambah gila nanti saat hidup terus dalam penyesalan!"
"Dan sekarang hal bodoh kembali lo lakuin dengan ngebuang Nidya begitu aja? Suatu saat gue yakin penyesalan lo bakal bertambah lebih besar!"
"Satu hal lagi, lo udah tua! Inget umur, jangan kekanakan dan simpen rapat-rapat niatan lo untuk mengambil Keiya dari gue, karna gue pastiin hal itu gak akan pernah terjadi!"
Kemudian Rendra benar-benar keluar dari ruang kerja Radit sembari membanting pintu dengan keras.
------------
"Jadi Nidya bukan anak kandung om Radit sama tante Lista?"
Rendra terperanjat dan menoleh ke arah samping kursi kemudi.
"Rayan! Kamu ngikutin papa?" Ujarnya pelan tapi sarat dengan banyak pertanyaan disana.
"Itu sebabnya Papa ngotot mau nikahin Rayan sama Nidya secepatnya?"
Rendra tidak tau harus menjawab apa, satu hal yang bisa dia lakukan sekarang adalah diam.
__________
Sudah ada ebooknya Teman-teman. Link bisa dilihat di bio aku😍

KAMU SEDANG MEMBACA
Grateful #Baperinlove
Comédie[READY EBOOK😍] Ini cerita ke-3 dari seri Grateful, gak tau kenapa hastag-nya #Baperinlove padahal ceritanya juga belum tentu bikin baper wkwk. Lebih disarankan baca seri ke-1 dan ke-2 dulu ya😊 saling berkaitan ceritanya ! -Arrayan Kalandra Atmaj...