-29-

3.6K 233 8
                                    

Author

Perjalanan dari Inggris ke Indonesia terasa lebih cepat dari biasanya, bagi Rayan yang sebenarnya ragu-ragu dengan pilihannya untuk pulang ke Indonesia.

"Huft kalo bukan karna papa sama mama, gak mungkin gue secepet ini berdiri di depan rumah." Gumam Rayan saat taxi yang dia tumpangi sudah pergi.

Rayan berjalan memasuki halaman rumah yang lebih layak disebut lapangan karna saking luasnya, membuka pintu rumah yang hampir dua setengah tahun ini tidak pernah dia kunjungi.

"Akhirnya punya kesadaran untuk pulang ke rumah wahai anak laki-lakiku!" Sindir Rendra saat Rayan mulai berjalan masuk ke dalam rumah.

"Pa-an sih pa!" Protes Rayan yang merasa tidak disambut dengan baik.

"Papa mau kemana? Rapi banget siang-siang gini?" Tanya Rayan sembari mengamati penampilan ayahnya.

"Ayo mas berangkat!" Seru wanita paruh baya dari dalam kamar.

Rendra dan Rayan kompak menoleh.

"Katanya mama sakit? Kok rapi gini mau pergi kemana?"

Keiya menoleh lalu sadar kalo sang anak sudah pulang ke rumah, tidak lama setelah itu dia mendengus kesal.

"Papa kamu bilang kalo mama sakit udah dari bulan kapan? Sebulan yang lalu Ray, kamu mau mama sakit terus biar kamu bebas pergi-pergi?" Sarkas Keiya
Yang membuat Rayan terkekeh.

"Mama lebay deh ah! Mama cantik mau kemana wangi banget ini rambutnya.." Rayu Rayan sembari memeluk erat tubuh Keiya.

"Awas! Mama buru-buru mau pergi! Anak bungsu mama udah nunggu dari tadi!"

"Rayan kan anak bungsu mama, mama hamil lagi? Rayan punya adek?"

"Ck! Udah mas ayok berangkat!" Keiya langsung berjalan ke arah mobil.

"Gitu banget sih ma!" Rayan memelas tapi sama sekali tidak dihiraukan Keiya.

"Papa berangkat dulu ya Ray!"

"Emang pada mau kemana sih? Bener mama sama papa punya anak lagi? Selama dua tahun di Inggris mama hamil? Apa ngangkat anak dari Panti asuhan?" Rendra menghela nafas,

"Kita mau pergi ke acara wisudanya Nidya." Jelas Rendra.

"Nidya Wisuda hari ini??" Rayan terkejut. Rendra mengangguk pelan.

"Udah dulu ya, kita mau berangkat. Atau kamu mau ikut?" Rayan menggeleng

"Nggh, nggak usah Pa.."

"Ya udah kalo laper, bikin mie atau beli di luar ya. Bibi ijin pulang kampung, mamamu belum masak.."

"Iya pa, Hati-hati di jalan!"

______________

Di lain tempat, Nidya berjalan menyusuri koridor kampus menuju taman.

Sesekali melihat ke arah teman-temannya yang sedang bersuka cita merayakan kelulusan, dihampiri keluarga sambil asyik foto-foto.

Nidya tersenyum miris saat mengingat bagaimana nasibnya, jangankan disusul ke acara wisuda, Radit dan Lista mau kembali menyapa dia saja kemungkinannya sudah kecil banget.

Setelah duduk di kursi taman yang ada di pojok gedung, Nidya membuka beberapa piagam dan surat kelulusan hasil selama empat tahun berjuang sebagai mahasiswa.

Banyak hal yang sangat Nidya syukuri hari ini, mendapat gelar S1 sarjana ekonomi, dengan IP 3,9 nyaris sempurna!

"Ngalamun aja terus!" Nidya mendongak dan terkejut saat Keindra sudah ada di hadapannya.

Grateful #BaperinloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang