Kanidya
"Mau dikasih kado apa kak?"
Udah hampir sejam aku mengikuti kak Rayan muter-muter di toko perhiasan.
"Kayaknya gak ada yang menarik disini, cari tempat lain aja deh!" Sahut kak Rayan.
Aku mendengus kesal, bukan karna gimana-gimana tapi ini sudah hampir setengah lima. Di kontrakan aku belum masak apa-apa buat buka puasa.
Bisa sih beli, tapi sayang uangnya. Kemarin udah habis untuk beli keperluan rumah lainnya.
"Apa dikasih kue aja?"
"Jangan kue deh kak, sekali makan habis nggak bisa dipake buat kenang-kenangan." Aku mencoba mengusulkan.
"Emang tante Keiya sukanya apa? Kira-kira aja gitu,"
"Mama sih orangnya gak pernah nuntut, dikasih apa aja pasti suka!"
"Kak Rayan bisa desain foto gitu kan? Diedit-edit.."
"Ya bisalah, kan tiap hari kerjaan gue emang begituan!"
"Mendingan kasih album foto aja kak, di desain cantik dan unik."
"Apa nggak kelamaan? Ini udah sore banget lho." Katanya.
"Coba aja dulu kak!"
Setelah berfikir sebentar, akhirnya kak Rayan setuju.
Di dalam mobil aku membantu kak Rayan memilih foto-foto yang akan dipakai
Kita juga sempat membeli sebuah album foto yang desain-nya unik banget, klasik gitu tapi tetap elegan.
Untung kamera kak Rayan bisa dipakai buat cetak foto langsung, nggak perlu printer dan keperluan lain.
Kita bikin albumnya jadi kaya perjalanan Om Rendra dan Tante Keiya selama dua puluh sembilan tahun ini.
Ditambah beberapa puisi gabungan kata-kata melankolis berisi doa dan harapan yang dibuat sendiri oleh kak Rayan.
Nggak nyangka sih, dia puitis juga ternyata.
"Udah siap deh!" Ucapku puas setelah membungkus album tadi dengan kertas kado.
"Oke kita pulang!" Aku bisa bernafas lega, saat kata 'Pulang' meluncur dari bibir kak Rayan.
Itu artinya aku masih ada waktu untuk memasak nanti di kontrakan
Jam menunjukkan pukul 17.15, aku agak heran kenapa kak Rayan nggak lewat jalan ke arah kontrakanku. Dia malah memilih jalan ke arah lain.
Waduh, udah tanda-tanda gak enak nih!
Nah bener kan, nggak lama kemudian mobil kak Rayan berhenti di sebuah rumah yang sudah tidak asing lagi.
"Kak kok kita kesini? Aku kenapa gak dianter pulang?"
"Lo turun gih, jangan berisik! Gue ngantuk banget perlu tidur dulu."
Kak Rayan sudah melepas sabuk pengamannya dan beranjak keluar dari mobil.
"Lo beneran gak mau turun?" Teriaknya agak kencang sambil mengetuk kaca mobil di sampingku.
"Rayan? Kenapa teriak-teriak sih?" Seseorang baru saja keluar dari dalam rumah.
"Mama,"
"Kamu pulang sama siapa?"
Kak Rayan cuma diam, sedangkan aku langsung melepas sabuk pengaman dan ikutan turun.
"Nidya!!" Teriak tante Keiya sembari berlari ke arahku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Grateful #Baperinlove
Humor[READY EBOOK😍] Ini cerita ke-3 dari seri Grateful, gak tau kenapa hastag-nya #Baperinlove padahal ceritanya juga belum tentu bikin baper wkwk. Lebih disarankan baca seri ke-1 dan ke-2 dulu ya😊 saling berkaitan ceritanya ! -Arrayan Kalandra Atmaj...