-21-

3.4K 223 7
                                    

"Kenapa belum ganti juga?" Nidya terperanjat saat Rayan sudah berdiri di sampingnya sambil mengusap-usap rambut basahnya.

Hampir tiga puluh menit, Nidya duduk di sofa sembari menunggu Rayan keluar dari kamar mandi.

Entah apa yang dia lakukan di ruangan kecil itu, terlalu lama untuk ukuran kegiatan mandi pada umumnya.

"Bajuku ketinggalan di ruangan yang tadi kak.." Jelas Nidya yang masih terduduk lesu.

Dia juga masih mengenakan kemeja pink yang dipakai saat pemotretan terakhir tadi.

"Ya udah, lo pake baju ini aja dulu. Nanti Biar gue suruh orang buat anter barang-barang lo kesini." Rayan memberikan baju yang Nidya pakai di pemotretan pertama. Dres berwarna abu-abu, panjangnya sebatas lutut dengan motif polkadot. Cukup tertutup dan pas di badan Nidya.

"Gak pa-pa aku pake ini?" Rayan mengerutkan dahi.

"Emang siapa yang ngelarang sih?" Tanya Rayan santai sambil memakai kembali kaos yang sempat dia lepas sebelum ke kamar mandi.

"Tapi ini bukan baju Nidya, harganya juga mahal banget. Kalo rusak atau kotor aku gak bisa ganti kerugiannya.." Ucapan Nidya membuat Rayan mendengus.

"Jangan berisik, cepetan ganti! Itu paha lo udah kemana-mana, gue gak mau khilaf disini!" Rayan membuang wajah kasar, saat tidak sengaja menoleh ke arah kaki jenjang Nidya. Kemeja yang dia pakai saat ini hanya mampu menutup sebatas paha bagian atas, sisanya jelas terbuka.

Tanpa menunggu protes kedua dari Rayan, Nidya langsung beranjak menuju kamar mandi untuk berganti pakaian.

Nafas Nidya hampir putus saat tiba-tiba sebuah tangan kekar melingkari pinggangnya.

"Ka-k.." Ucapnya parau, karna menahan gugup. Dia tahu Rayanlah yang memeluk pinggangnya dengan erat.

Yang dipanggil hanya diam, tidak lama kemudian dia melepas tangannya dari pinggang Nidya. Sebelum dirinya sendiri juga ikut kehabisan nafas.

Nidya menoleh ke bawah dan menyadari sesuatu.

Bagian pinggangnya sampai sebatas lutut sudah tertutup rapat dengan handuk yang agak basah.

Itu handuk yang Rayan pakai saat mengeringkan rambutnya tadi.

"Asal lo tau aja, itu kemeja pendek banget, apalagi kalo dipake berdiri! Inget kan kalo lo gak pake celana?" Sindir Rayan sembari berjalan cepat ke arah sofa.

Nidya kembali merutuki kebodohannya. Tak mau terlalu menunjukkan kegugupan dengan salting di depan Rayan, Nidya langsung berlari cepat ke kamar mandi.

--------

Dua puluh menit kemudian, Nidya baru keluar dari kamar mandi. Dia sudah memakai baju yang lebih tertutup.

"Gue kira lo ketiduran di kamar mandi." Cibir rayan dengan nada ketus.

"Mak-maksudnya?"

"Ganti baju doang sampe hampir setengah jam?!" Ucapnya sinis sambil melirik ke arah jam tangan.

Nidya menggaruk tengkuknya, dia memang sengaja berlama-lama di kamar mandi dengan tujuan menetralkan kembali perasaannya, serta mengurangi kegugupannya yang semakin susah ditutupi.

"Duduk!" Titah Rayan.

"Hah?" Nidya masih bingung.

"Duduk! Gue perlu penjelasan."
Nidya menurut, dia langsung duduk di depan Rayan sembari menunduk.

"Jangan nunduk gitu!"

"Ma-af kak," Ucapnya pelan.

Rayan sudah tidak sabar mendengar jawaban atas rasa penasaran yang dia tahan sejak tadi.

Grateful #BaperinloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang