-30-

6.2K 267 11
                                    

Kanidya

Aku baru saja selesai berbincang-bincang di bangku taman dengan Om Rendra dan Tante Keiya tentang toko kue milik mereka.

Mengucapkan banyak terimakasih, karna berkat mereka aku bisa kuliah dengan lancar sampai lulus.

Niat awalnya, aku pengen menyerahkan kembali toko itu ke Tante Keiya. Setelah lulus aku berencana mencari pekerjaan baru dan pindah dari tempat tinggal milik Om Rendra yang saat ini ku tempati.

Bukan maksud pergi dari tanggungjawab atau gimana. Aku cuma pengen mandiri dan nggak mau terlalu membebani keluarga Om Rendra terus menerus.

Kalo di ingat-ingat, selama hampir lima tahun belakangan. Untuk keperluan makan saja aku masih bergantung sama keluarga ini.

Tapi Om Rendra dan Tante Keiya kompak membantah, mereka bilang sama sekali nggak merasa terbebani dengan keberadaanku. Om Rendra juga nggak kasih ijin aku buat pergi dari ruko miliknya.

Uang yang selama ini aku kumpulin untuk mengganti biaya kuliah yang udah Om Rendra keluarkan juga di tolak.

Ya Tuhan, terimakasih engkau mengelilingiku dengan orang-orang baik di tempat baik pula. Terlepas dari cobaan yang diberikan, berkah ini sudah lebih dari cukup..

Sampai suara cempreng Yasmine menginterupsi perbincangan kami.

"Itu om Rayan! Om sini ikutan duduk!" Kita sontak menoleh ke arah yang ditunjuk Yasmine.

Disana aku bisa lihat wajah tegang kak Rayan saat berjalan ke arah kami.

Sumpah rasanya canggung banget, dua tahun lebih nggak ketemu dan pisah dalam suasana yang kurang baik membuatku hampir pingsan sekarang.

Kak Rayan sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari wajahku. Apa dia semarah itu? Apa dia kesini buat balas dendam? Aku yang semakin kalut memilih menunduk dalam-dalam karna tidak mampu menerima tatapan tajamnya.

"Katanya gak mau ikut kesini!" Celetuk Tante Keiya dengan nada sarkas. Tapi kak Rayan sama sekali tidak ada niat menanggapi perkataan sang mama.

Dia langsung berdiri di depanku, aku semakin menunduk. Rasanya jantungku mau copot!

Tapi tiba-tiba dia mengulurkan tangan kanan ke arahku, aku perlahan mendongakkan kepalanya sampai akhirnya tatapan kita bertemu.

Kak Rayan tersenyum canggung

Tampan,

Gak berubah auranya sadis kaya biasa.

"Selamat ulang tahun.." Ucapnya.

Aku sedikit melongo, aku gak lagi ulang tahun hari ini.

"Selamat ulang tahun apaan sih Ray? Ngaco deh!" Ujar kak Kein sambil memukul bahu kanan kak Rayan dengan keras.

Asli kayaknya sakit banget tuh pukulan kak Kein!

"Eh- maksud gue selamat atas kelulusannya.." Bisa ku lihat kak Rayan menelan ludah susah payah setelah berhasil memperbaiki kalimat dengan pas.

Grateful #BaperinloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang