Chapter 20> My Opinion is Wrong About You

1.4K 88 1
                                    

[ Haikal POV ]

Sepanjang perjalanan ke apartemen handphoneku terus berbunyi. Kalian pasti tahukan siapa yang menelpon dan mengirim pesan. Ya, dia adalah Brian. Aku tak menyangka dia akan seserius ini dan tak ada hentinya.

Aku mengabaikan pesannya dan fokus kejalanan. Aku melajukan mobil dengan kecepatan maximum. Ya bukan aku namanya kalo gak kebut-kebutan dijalanan.

Suara handphoneku sangat menganggu. Lalu aku mematikan handphone demi kelancaran berkendara. Sempat terlintas nama si Kutu di pikiranku. Rasa bersalah itu pun terus menjadi. Aku sudah tega membuatnya menunggu disana. Dan Brian si brengsek itu malah mempermainkanku.

Rasanya ingin berbelok kearah kompleksnya. Tapi itu tidak mungkin juga, jelas-jelas dia sudah tidur.

Aku sampai di apartemenku. Aku berjalan santai di lorong sambil memutar-mutar kunci mobil di jariku. Saat pandanganku lurus ke depan. Suprise. Brian ada di depan pintu apartemenku. Mau apa lagi dia?! Sudah jelaskan aku menolaknya! Lalu tujuannya dia kesini apa?!

Aku berjalan kearahnya, maksudku kearah apartemenku. Dengan datar dan santainya aku berjalan. Brian memandangiku ada garis senyum yang tersimpul dibibirnya.

" Ni anak pake senyum segala. " Batinku.

Aku menatapnya dengan tatapan datar. Tak ada senyum yang tersirat dibibirku.

" Hai coach... " Sapanya. Aku meliriknya setelah itu mengabaikannya. Saat aku hendak menempelkan keycard Brian memeluk pinggangku dan membenamkan pipinya di punggungku.

What the...

" Lepas Brian. " Aku berusaha menjauhkannya dariku namun dia enggan melepaskan pelukkannya. Malah semakin erat saja. Aku mengendus pasrah.

" Coach apa coach gak ada perasaan kah sama aku? " Lirihnya. Aku meliriknya sedikit. Dan enggan untuk menjawabnya.

" Pas tournamen sebenernya aku tuh udah gak kuat tapi karna ada coach seperti di beri kekuatan. Apalagi pas coach senyum. Asal coach tau aku suka sama coach dari pertama kali kita ketemu. " Tambahnya.

" Bagaimana bisa?! " Ucapku sensi. Brian menghela napas.

" Coach udah ngebuat aku gila. Apa coach gak mau tanggung jawab? " Dia mendongak dan menatap tengkukku. Aku meremas tanganku. Yang benar saja dia memintaku pertanggung jawaban. Jelas-jelas aku tak melakukan sesuatu hal yang membuatnya jatuh cinta. Itu sih salah sendiri kenapa bisa terpesona olehku.

" Tanggung jawab apa? Kalo kamu suka sama saya itu salah kamu sendiri. Lagian saya tidak pernah menebar pesona selama ini. Jadi saya mohon lepaskan dan pergi dari sini. " Ucapku penuh dengan penekanan. Tapi tetap saja dia tidak ingin melepaskan pelukan.

" Woy pacaran kok di lorong! Di kamar dong! " Teriak seseorang. Aku menoleh ke sumber suara dan Brian melepaskan pelukannya. Zi! Iya dia! What dia lihat semua ini?! Apa dari tadi?! Sialan dasar Brian sialan. Aku mengutuknya di dalam hati.

Zi bertepuk tangan dan berjalan sebari tersenyum. Senyumannya membuatku jengkel. Pasti dia akan mengolok-ngolokku. Aku memasang wajah jengkel. Sesekali aku mendelik kearah Brian.

" Zi... " Kataku dan menatapnya tajam. Dia hanya menyeringai.

" Dia siapa? " Tanya Brian.

" Pacar saya. " Kataku asal. Zi membelalak dia segera membantah. Tapiku cegah dengan memberi kode lewat mata. Brian berdecak kesal.

" Bantu gue... " kodeku. Zi menaikan sebelah alisnya.

[ Zi POV ]

MY SWEETY BOY ( COMPLETE )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang