"Hyung! Tolong telepon polisi sekarang!"
"Mwo? Untuk apa?"
"Tae-hyungie dalam bahaya—gunakan lah namaku—Dia berada di resto mewah dekat pesisir"
"Baiklah—"
***
"Saya Jeon Jungkook—Ingin melaporkan situasi bahaya pada Resto Tromsoya—"
Yoongi terdiam, menekuk lututnya hadapan sebuah kotak besar dengan tulisan 'Jangan dibuka' disetiap sisinya, setelah menuruti perminataan sosok Jeon yang bahkan masih membuatnya tidak mengerti dengan apa yang tejadi.
Yoongi menghela nafasnya ketika rasa penasarannya semakin menyeruak ketika dirinya bahkan bisa memainkan sebuah piano yang tak bisa diingatnya sama sekali, dan ketika kulitnya bersentuhan dengan Park Jimin dengan ingatan yang tiba- tiba memasuki benaknya. Namun, coretan itu kembali megnhipnotisnya untuk tidak mempeduikan kotak itu.
Yoongi berdecih ketika diirnya merasa tak bisa melawan rasa takutnya seperti Jungkook yang mungkin saat ini tengah melakukan berbagai cara untuk menyelamatkan sosok Kim. Ia kemudian bangkit dan merembahkan tubuhnya pada sofa besar itu.
"Apa yang terjadi—" gumamnya.
"Siapa Taehyung? Siapa Hoseok? Siapa Ji—min? Kenapa rasanya begitu familiar?" gumannya yang kemudian kembali menutup kedua mata itu menggunakan lengan kecilnya, hingga air mata itu terlihat menetes diikuti oleh isak tangis yang memperlihatkan bahwa pria itu tengah meraskaan ketakutan.
Yoongi meringkuk menghadap pada jendela besar, berusaha untuk menyembunyikan wajahnya yang kini memperlihatkan bahwa dirinya begitu kesepian.
Sosok itu memejamkan matanya, merasakan hatinya yang berdenyut ketika ia mencoba mengingat seseorang yang begitu hangat dengan suaranya yang begitu lembut, sosok yang mengajaknya kembali bertemu ketika musim semi. Seseorang yang terasa begitu dekat dengan hatinya, namun sialnya—Yoongi bahkan tak bisa mengingat apapun, pikriannya terasa begitu kosong.
.
.
Langit Korea kini terlihat begitu kelabu, entah karena malam atau karena hujan akan turun membasahi negara berjuta budaya itu. Berbeda dengan Tromso yang sudah memasuki musim dingin, di negara itu kini masih berada di akhir musim gugur walaupun udara mulai terasa begitu dingin dan kering.
Pria itu duduk disalah satu bangku KTX yang akan membawanya ke Busan, wajahnya memperlihatkan bahwa dirinya begitu lelah dengan mata yang terlihat begitu sayu, rambut yang cukup berantakan dengan kening kecilnya yang kini terlihat.
Park Jimin, ia memilih untuk menggunakan KTX setelah mendapatkan berita bahwa jalanan begitu macet, hingga membuat supirnya yang telah menuggu selama 4 jam ditinggalkan begitu saja dan kembali memerintahkannya untuk menjemputnya dirumah orang tuanya,
Ia menghela nafansya berkali- kali ketika ponselnya terus saja berbunyi dengan nada dering khusus pertanda bahwa Bae Yoonji, calon istrinya yang kini tertangkap telah membohongi dirinya.
Jimin kembali menghela nafasnya, berpikir seharusnya ia tak mengganti nomor itu dengan nomor korea miliknya. Ia kemudian meraih ponsel itu dan menekan touch berwarna hijau lalu mendekatkannya pada telinganya dan bergumam.
"Jimin-ah? Kau sudah kembali? Apa ada sesuatu yang terjadi?"
"Eoh—Ada"
"Ada apa? Aku khawatir ketika mendengar kau kembali ke Korea dari supir pribadimu—Kau tidak menghubungiku dulu"
"Noona? Aku merasa begitu lelah—Aku akan menelponmu lagi nanti—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Horizon In Tromso [TAEKOOK]
Romance[SELESAI] [ TAEKOOK X MINYOON ] "Ketika horizon itu kelabu tanpa cahaya, ketika kristal itu terus membasahi jalanan dan toko roti persimpangan dengan aroma manisnya, dan juga ketika angin musim dingin itu berhembus layaknya deru peringatan begitu di...