6

3.2K 356 5
                                    

Kuroko tidak mengerti dengan apa yang di pikirkan Akashi, mungkin karena ia tidak mengetahui secara pasti kepribadian Kaisar merah itu.

‘Orang lain belum pernah melakukan hal semacam ini padaku.’

Walaupun hal itu sulit dipercaya, tapi dalam keadaan seperti ini Kuroko mulai melawan. Meskipun tubuhnya dalam pelukan Akashi sehingga tidak ada yang bisa ia manfaatkan. Sebelum dia mencoba untuk memberikan pria itu beberapa tendangan, Akashi terlihat menyeringai. Selanjutnya tanpa aba-aba, Akashi melempar tubuh kurus Kuroko ke dalam kolam.

Kuroko terbatuk menyakitkan karena tersedak air. Akashi yang melihat itu hanya tertawa mengejek.

"Jenderal Kuroko, kau seharusnya merasa beruntung. Ini adalah air dari kebun belakang yang benar-benar bersih, meminum lebih banyak cukup baik untuk kesehatanmu. Dan bahkan dapat membantumu berjuang dalam pelukanku beberapa kali."

Akashi melepas pakaian. Menunjukkan tubuh berototnya yang sempurna, lalu menyusul Kuroko ke dalam kolam. Melihat Akashi yang semakin mendekat, Kuroko melangkah mundur. Mata jernihnya untuk pertama kali memburam karena rasa takut, namun tetap mencoba mencoba memberi Akashi peringatan.

Akashi memiliki tubuh yang sempurna tanpa jejak lemak atau bekas luka. Seperti tubuh gajah yang paling kuat dan elegan di hutan. Melihat ketakutan di mata Kuroko, iris merah-emas Akashi berkilat senang. Akashi semakin maju mendekati Kuroko, membuat pria bersurai biru muda itu semakin merasa ketakutan.

Akashi berjalan ke samping. "Kenapa kau mengenakan pakaian di tempat seperti ini? Belum lagi mereka hanyalah kain yang tipis, tidak ada perbedaan jika kau memakai mereka atau tidak. Atau mungkin Jenderal Kuroko menginginkan aku secara pribadi membukanya?" Akashi tertawa. "Kau benar-benar tahu caranya bermain." Lanjutnya.

Kuroko semakin melangkah mundur hingga ke pinggir kolam. Mendengar kata-kata itu, membuatnya gemetar mengetahui bahwa dia akan mengalami sesuatu yang buruk.

Tangan Kuroko mencengkeram tepi kolam, dan berusaha untuk tetap tenang. "Kau selalu serius dalam hal apapun, jadi kendalikan dirimu. Seseorang bisa dibunuh tapi tidak bisa dipermalukan. Perbuatan tercela seperti itu, kau tidak harus melakukannya."

Akashi mengangkat alis. "Terlalu serius? Oh, lucu sekali. Jenderal Kuroko yang telah berpengalaman di medan pertempuran dan bekerja keras untuk menjaga perdamaian negara, tampaknya tidak memiliki pengetahuan tentang keinginan manusia. Apakah kau pernah mendengar tentang seorang Raja yang mengambil pendekatan serius dalam kehidupan cinta mereka? Aku hanya tidak berperilaku liar seperti Raja Seirin tapi kata-kata seperti itu, aku tidak layak mendengarnya..."

Kuroko bertanya-tanya apakah orang yang di hadapannya ini adalah Akashi yang palsu atau asli. Apa yang dikatakan pria itu begitu sembrono, menggoda dan bukan orang yang sama yang telah dikenalnya. Menurutnya Akashi adalah seorang Kaisar yang dingin dan berbahaya.

Kuroko mencoba tenang menatap mata yang dingin itu. "Jika Anda ingin saya menyerah, setidaknya ditempat yang terbuka dan tidak melalui metode yang keji seperti ini. Ini hanya akan menodai reputasi Anda dan membuat saya membenci Anda." Ucap Kuroko. Hatinya merasa sakit dengan perlakuan Akashi sekarang.

Akashi menyeringai. "Kenapa begitu penting, jika aku melakukan tindakan terhormat atau tercela? Yang paling penting bagiku adalah memilikimu seutuhnya di bawah tubuhku, mendengarmu menangis dan meminta ampun. Apakah kau akan menyerah atau tidak hari ini, tubuhmu tetap akan digunakan untuk memuaskan kebutuhanku."

Akashi semakin mendekat ke arah Kuroko hingga berada tepat dihadapan pria bersurai biru muda itu. Tiba-tiba ia membungkuk dan menyentuh bibir Kuroko yang begitu diinginkannya, membuat Kuroko sulit bernafas. Koroko terlahir di sebuah keluarga terpelajar, dengan penekanan besar tentang etika. Kuroko tidak mendapat kesempatan untuk menikah, sebelum ia berhasil memimpin pasukan untuk perang.

War Prisoner (New Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang