"Te… tsuya…?" bibir Akashi bergetar. Dia ketakutan, situasi ini sangat mengejutkannya hingga ia hampir kehilangan akalnya. Akashi mencoba untuk terus tenang dalam keadaan ini. Kuroko sendiri sudah mengeluarkan semua kekuatan terakhirnya untuk bertahan dihadapan Akashi, tapi dengan keadaannya sekarang, dia tidak bisa menahannya lagi. Pria itu terjatuh ke dalam pelukan Akashi.
Akashi terhenyak, rasanya seperti terbangun akibat mimpi buruk. Namun bedanya, meski dia sudah terbangun, ternyata mimpi itu merupakan sebuah kenyataan. Untuk beberapa saat Akashi terdiam, mencoba memproses apa yang terjadi. Baru ketika merasakan nafas tersengal pria dalam pelukannya, ia meraung pilu.
"Tetsuya…!!!"
Raungan itu begitu pilu dan menyayat hati. Ruang aula menjadi lebih hening, semua Selir bahkan Selir Furihata coba memalingkan wajahnya dari pemandangan yang teramat menyedihkan itu. Tak ada seorangpun yang berani bicara ataupun bergerak, mereka semua terlalu terkejut.
Akashi memeluk tubuh lemah Kuroko erat-erat, coba mengguncang tubuh lemah dalam pelukannya, seraya sesekali memanggil namanya serak. Melihat tidak ada respon sedikitpun dari Kuroko, Akashi menjadi semakin panik, ia pun berteriak. "Seseorang kemari...!!! Shintarou! Shintarou! Tetsuya, apa yang terjadi padamu? Apa yang terjadi padamu?! Bertahanlah! Shintarou cepat kemari!!"
Darah masih tumpah keluar dari mulut Kuroko, dengan tangan gemetar Akashi mencoba menutup mulut pria dalam pelukannya, menahan darah itu keluar lagi. Jubah naganya kini penuh noda darah, telapak tangannya juga semerah bibir Kuroko. Air mata ketakutan terus mengalir di wajahnya dan dia memohon pada Kuroko dengan suara tercekik, "Bertahanlah Tetsuya... kumohon bertahanlah, jangan muntah lagi. Aku mohon, jangan muntahkan lagi..."
Akashi Seiya, Momoi dan seluruh orang di aula tersadar dari keterkejutan mereka. Segera setelahnya mereka dengan cepat menghampiri Akashi dan Kuroko, berkerumun di sana. Seiya berlutut tidak jauh dari sang Ayah, hidungnya memerah menahan isak tangis, bibirnya gemetar tapi bocah itu tidak tahu harus berbuat apa, jadi dia hanya bisa terdiam, terisak. Seseorang tiba-tiba menyeruak diantara kerumunan orang, dan coba menyuruh semua orang menyingkir dengan suara sesopan mungkin. "Semuanya, tolong beri jalan. Yang Mulia, tolong lepaskan tangan Anda, biarkan Tuan Muda mengeluarkan semua sisa darah dalam tubuhnya."
Ternyata, suara itu tidak lain adalah milik Midorima Shintarou. Tabib istana sekaligus salah satu pelayan pribadi Akashi. Sebelumnya, pemuda bersurai hijau itu pergi ke ruang belakang untuk mengambil jubah untuk sang Kaisar -atas permintaan Momoi, ketika dia mendengar suara teriakan pilu datang dari ruang depan. Suara yang menyayat hati itu ternyata milik Akashi, dan Midorima sempat tertegun ketika melihat keadaan Akashi dan Kuroko. Hingga saat namanya dipanggil, ia akhirnya tersadar dan segera berlari menghampiri sang Kaisar.
Melihat keadaan Kuroko dan Akashi, dimana jubah naga sang Kaisar yang sudah tertutupi darah milik Kuroko, Midorima tidak bisa tidak merasa ngeri. Wajahnya seketika memucat, namun sebagai seorang tabib, ia coba menenangkan diri. Sesaat setelah ia berhasil mendekati Kuroko, ia langsung meraih pergelangan tangan mantan Permaisuri Rakuzan tersebut, mendeteksi denyut nadinya. Detik demi detik berlalu lambat, Midorima tampak memejamkan matanya, mencoba merasakan detak sekecil apapun dari nadi Kuroko.
Akashi berdoa dalam hatinya, berharap apa yang ia takutkan tidak terjadi. Ia terus mengatakan pada dirinya sendiri bahwa Kuroko tidak apa-apa, hanya sakit sedikit dan Midorima akan segera menyembuhkannya. Namun, Midorima tiba-tiba menundukkan kepalanya, tangannya secara perlahan melepaskan tangan kurus Kuroko, dan terdiam.
Hanya melihat gestur Midorima, Akashi dan semua orang yang berkerumun di sekitar Kuroko bisa menebak apa yang terjadi. Air mata Akashi mengalir semakin deras, direngkuhnya tubuh lemah Kuroko dalam pelukannya lebih erat. Tanpa di duga, tiba-tiba tangan Akashi terulur merenggut bagian depan pakaian yang dikenakan Midorima, menatap pemuda itu dengan mata yang nyaris gila saat dia dengan keras mendesis di antara giginya, "Tidak… Tetsuya hanya muntah darah. Midorima Shintarou, aku perintahkan kau untuk menyelamatkan hidupnya... Aku tahu kau pasti bisa menyelamatkan hidupnya… AKU MEMERINTAHKANMU UN-"
KAMU SEDANG MEMBACA
War Prisoner (New Revisi)
Fiksi PenggemarDiadaptasi dari cerita berjudul sama. Kuroko Tetsuya, seorang Jenderal yang berpengetahuan luas dan tak terkalahkan di medan perang. Namun karena keserakahan sang Raja membawanya dan negara yang begitu dicintainya pada kekalahan yang menyakitkan. M...