Hari berganti dengan cepat, Ibu Suri dan semua Selir istana Rakuzan termasuk Selir Furihata tengah menikmati keindahan bunga-bunga pohon plum yang bermekaran. Cuaca dingin yang cukup menusuk tulang sama sekali tidak mereka pedulikan, suasana hangat yang tercipta membuat cuaca dingin menjadi tidak terasa.
Namun berbeda dengan kegembiraan yang dirasakan oleh Ibu Suri dan para Selir, Akashi sama sekali tidak tertarik mengikuti acara menikmati pemandangan bunga pohon plum di taman istana. Tetapi Ibu Suri sangat tertarik, beliau bahkan mengirim petugas untuk menyuruhnya ikut. Tidak ingin mengecewakan sang Ibunda, Akashi pun terpaksa ikut.
Kedatangan Akashi disambut hangat oleh Ibu Suri. Sementara para Selir menatapnya dengan wajah bersemu kemerahan, mereka buru-buru memberikan penghormatan yang hanya ditanggapi anggukan singkat oleh sang Kaisar. Manik dwi warnanya melihat-lihat sekeliling dan menemukan Seiya juga hadir disana. Akashi tidak bisa membantu tetapi tersenyum dan berkata, "Kau pasti membuat alasan lain untuk pelajaranmu agar bisa bersenang-senang? Kau hanya tahu caranya bermain."
Kata-kata Akashi belum memudar ketika Ibu Suri menyela, ia mengatakan, "Kenapa kau memarahinya untuk itu? Akulah yang menyuruhnya untuk datang ke sini. Ini adalah hari yang cerah, tidak ada seorangpun yang boleh mengatakan hal yang buruk."
Akashi menanggapinya dengan anggukan, mereka kembali melanjutkan acara jalan santai sambil mengagumi bunga plum. Setelah mereka berjalan untuk waktu yang lama, Ibu Suri akhirnya puas dan mengatakan bahwa dia lelah. Kemudian mereka melanjutkan ke aula kecil untuk duduk. Di dalam, penghangat ruangan sudah menyala, dan ruangan itu sangat nyaman dan hangat seperti musim semi. Seperti uap mengalir, pelayan membawa sekitar puluhan nampan berisi makanan ringan dan teh untuk hidangan. Dua orang pendongeng perempuan dikirim sebagai penghibur, ketika mereka mulai makan dan minum, suasana menjadi lebih hidup dan ceria.
Waktu berlalu dengan cepat, kedua pendongeng telah menyelesaikan dua cerita. Hari masih siang, namun Ibu Suri mulai terlihat tidak bersemangat. Bahkan kedua pendongeng perempuan yang sedang menceritakan cerita ketiga sudah tidak menarik perhatiannya lagi. Melihat hal itu, Selir Furihata menghampirinya dan tersenyum lembut seraya berkata. "Yang Mulia Ibu Suri, kita akan cepat bosan jika kita hanya mendengarkan cerita. Kenapa kita tidak mengirim rombongan penghibur juga? Kita bisa mendengarkan musik dan menonton beberapa tarian, bukankah itu bagus?"
Ibu Suri mengangguk sambil berkata dengan senyuman, "Kenapa aku tidak memikirkan ide itu? Tapi, aku berpikir bahwa kita tidak harus meminta penari hari ini. Tarian terbaik mereka ketika pemain bisa memakai pakaian yang ringan, sehingga lengan baju dan rok mereka dapat bergoyang seirama dengan gerakan mereka. Bukankah kita akan berdosa jika kita membuat orang lain berpakaian seperti itu pada hari yang dingin seperti ini? Aku sangat suka mendengarkan seruling ketika aku masih muda, sekarang aku sudah tua dan aku belum mendengar itu lagi selama bertahun-tahun. Mengapa kita tidak mengirim seorang pemain seruling yang luar biasa dan memainkan beberapa lagu untuk kita? Bagaimana menurut kalian?"
Tentu saja, tidak ada satupun di antara para Selir yang berkumpul berani menolak ide tersebut, mereka semua bergegas untuk mengekspresikan persetujuan mereka. Akashi segera memerintahkan seseorang untuk memanggil pemain suling dan beberapa saat kemudian, seorang wanita masuk ke dalam aula. Setelah mendapat sambutan, seseorang mengatur kursi untuknya dan Ibu Suri berkata, "Pilih lagu yang mahir kau mainkan untuk kami." Pemain seruling tersebut segera memposisikan alat musik tiupnya di bawah bibirnya, dan mulai memainkan sebuah lagu, dan melodi merdu mulai mengalir dari serulingnya, mengisi ruangan itu.
Melodi yang dimainkan oleh pemain seruling itu terdengar begitu lembut dan menenangkan, baik Ibu Suri maupun para Selir yang berada disana langsung terhanyut pada keindahan melodinya. Pada awalnya, Akashi sangat terhibur, namun hanya sesaat, sebelum pikirannya tiba-tiba melayang pada musim gugur tahun sebelumnya. Ketika berada di gurun pasir, bukankah dia juga mendengar sebuah lagu dengan melodi yang menarik hati sanubarinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
War Prisoner (New Revisi)
FanfictionDiadaptasi dari cerita berjudul sama. Kuroko Tetsuya, seorang Jenderal yang berpengetahuan luas dan tak terkalahkan di medan perang. Namun karena keserakahan sang Raja membawanya dan negara yang begitu dicintainya pada kekalahan yang menyakitkan. M...