13

3.4K 282 19
                                    

Alarm Akashi berbunyi. Melemparkan pedang ke samping dan dalam sekejap, ia sudah berada di samping Kuroko. Menyangga tubuh lemas itu dalam pelukannya, Akashi menghela nafas lega setelah memastikan untuk dirinya sendiri bahwa pernapasan pria itu tetap ada.

Secara terbuka, Akashi menampilkan kasih sayang terhadap pria yang berbaring di lengannya, dengan hati-hati ia menyeka darah di dahi Kuroko. Ketika ia melihat bahwa luka di leher Kuroko juga terbuka kembali dan meneteskan banyak darah, Akashi berteriak memanggil Midorima.

"Cepat, bawa dia ke kamar dan obati lukanya. Ah! Sekarang aku harus menunggu dia pulih lagi untuk mendengar janjinya secara penuh."

Midorima mendekat lalu memeriksa luka Kuroko dengan hati-hati.

"Yang Mulia, jangan khawatir, luka-lukanya tidak serius-nanodayo."

Midorima memanggil beberapa kasim untuk membantunya membawa Kuroko ke kamarnya, untuk perawatan lebih lanjut.

Akashi menyeka keringat dingin yang berkumpul di dahinya. Wajahnya tersenyum puas. "Pertunjukan ini benar-benar efektif. Tetsuya, aku benar-benar tidak salah menilaimu." Kekehnya kecil. 

"Ayah, kau tidak seharusnya merasa begitu bahagia. Meskipun dia telah berjanji untuk menjadi Permaisurimu dan melawan keinginannya sendiri, karena Ayah menggunakan metode ini untuk memaksanya ia akan membenci Ayah di dalam hatinya. Selain itu, aku tahu bahwa Ayah tidak akan pernah mengatakan yang sebenarnya. Tetapi bahkan jika Ayah akan memberitahunya, dia mungkin tidak akan percaya. Jika aku berada di posisinya, aku pasti tidak akan mempercayai Ayah juga."

Akashi tertawa pahit mendengar perkataan putra semata wayangnya itu. 

"Jadi, apakah itu cinta, atau kebencian. Selama dia memilikiku di dalam hatinya dan tidak akan pernah melupakanku, itu sudah lebih dari cukup. Dalam hatinya, dia telah melihatku sebagai musuhnya sejak awal."

Seiya menganggukkan kepalanya, seolah-olah mengerti. "Jadi itu seperti ini. Jika seseorang tidak bisa membuat orang yang dicintainya balas mencintainya, maka mereka harus membuat orang yang mereka cintai membenci mereka. Tidak peduli apapun itu, meskipun pada akhirnya dia tidak akan pernah peduli padamu, dan akan melupakanmu setelah bertahun-tahun. Apakah aku benar Ayah?"

Akashi hendak menjawabnya, ketika pikirannya tiba-tiba menjadi rasional lagi. "Apa yang bisa kau mengerti di usia semuda itu? Kau hanya tertarik pada hal seperti ini, cepat pergi dan masuk ke kelas! Jika aku mendengar dari Imperial Tutor bahwa kau belum menyelesaikan semua pelajaranmu, lihat saja bagaimana aku akan menghukummu!"

Mendengar apa yang dikatakan Akashi, Seiya menjulurkan lidah —mengejek sebelum cepat berlari pergi. Pada saat itu juga, Akashi hanya bisa menghela napas kecil dan bergegas ke istana ketempat di mana Kuroko berada.

oOo

Midorima dan Momoi berkerumun di sekitar Kuroko. Luka-lukanya sudah benar-benar bersih dan diperban, tapi dia masih tak sadarkan diri. Setelah kedatangan Akashi, pelayan istana dengan bijaksana melangkah mundur ke sisi ruangan dan meninggalkan Akashi duduk sendirian disisi Kuroko. 

"Satsuki, suruh dapur istana untuk menyiapkan makanan yang lebih bergizi." Titahnya.

"Yang Mulia tidak perlu khawatir tentang itu, saya telah memberi mereka instruksi." 

Akashi mengangguk. "Sebelumnya, aku sengaja membiarkan dia kelaparan untuk melemahkan pendiriannya sehingga ketika digabungkan dengan pertunjukan tadi, itu akan sangat memudahkanku." Meraih tangan Kuroko dan menggenggamnya lembut. "Aku tidak punya alternatif yang lebih baik, jika dia benar-benar bisa mengeraskan hatinya dan mengabaikan nasib orang lain. Aku mungkin akan benar-benar kehabisan pilihan dalam menanganinya. Tapi, tak seorang pun kubiarkan memberitahu rencana ini padanya. Aku bisa menerima bahwa dia membenciku, tapi aku tidak akan menerima ketika dia meragukanku." Akashi terus menatap wajah Kuroko untuk waktu yang lama. 

War Prisoner (New Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang