Musim gugur adalah musim yang paling disukai oleh Kuroko Tetsuya. Langit yang tampak melayang-layang tinggi di atas bumi, awan menjadi ringan, bulan bersinar lebih terang dan angin selembut sutra berhembus pelan.
Suasana tenang sore hari di musim gugur, ketika dia membaca buku selalu membuatnya merasa rileks. Godaan alam mimpi terasa begitu kuat, membuat jiwanya seperti terombang-ambing pada batas antara terjaga dan tertidur. Pikirannya —tanpa diminta akan memutar kembali beberapa kenangan indah di masa lalu. Musim gugur benar-benar membawa kepuasan tersendiri, sehingga Kuroko sangat sulit untuk menggambarkannya.
Sebenarnya hari ini, Akashi dan Seiya ingin menghabiskan waktu senggang mereka bersama Kuroko. Namun, setelah selesai makan siang, mereka dipanggil oleh Ibu Suri yang ingin mengobrol dengan mereka. Karena Beliau tahu salah satu kebiasaan menantu tercintanya, yaitu; tidur siang hingga menjelang sore. Jadi, Ibu Suri tidak menyuruhnya ikut.
Dan Chihiro, adik tidak sedarah Akashi yang biasanya mengunjungi Kuroko untuk sekedar berbincang dan minum teh bersama, mulai disibukkan dengan pekerjaan merawat tanaman obat yang sangat penting dan tidak memiliki waktu lagi untuk berkunjung selama beberapa hari ke depan.
Tetapi, bagi Kuroko ini adalah kesempatan yang cukup langka, karena sudah sangat lama dia tidak merasakan sore yang tenang seperti ini. Untuk mengisi waktu ia membawa sebuah buku fiksi legendaris dan mendudukkan dirinya di atas sofa yang terletak di bawah jendela kamar. Aroma bunga osmanthus yang melayang melalui jendela membuat tubuhnya rileks, perlahan gerakan tangan yang membalik halaman buku mulai melambat, dan akhirnya, terhenti sepenuhnya.
Kuroko tertidur.
*
*
*
*
*
Hari ini Kuroko merasa begitu lelah. Mengikuti sang suami duduk di persidangan, menghadapi para dewan istana, mengawasi pelajaran Putera Mahkota, dan menghadapi kemesuman sang suami yang tak kenal waktu dan tempat. Oke, yang terakhir itu benar-benar sebuah perjuangan berat yang menguras tenaga fisik dan rasa malunya. Terlebih bila kegiatan mereka dipergoki oleh para penghuni istana.
Saat ini, Kuroko sedang ingin menikmati acara mandinya yang nyaman. Menyandarkan kepala di tepi kolam, perlahan namun pasti, ia jatuh tertidur. Saat sebagian tubuhnya masih tenggelam dalam air.
Tidak terhitung berapa lama waktu berlalu. Sisa hangatnya matahari sore bersinar ke dalam ruangan, Kuroko terbangun, hanya untuk menemukan bahwa dirinya tertidur di dada bidang yang kokoh. Suara dari napas stabil yang terdengar akrab datang dari atas kepalanya. Saat mengintip melalui lapisan tirai, dia menyadari bahwa tidak ada satu orang pelayan pun di dalam kamar mandi ini.
Benang samar dari asap perlahan naik dalam bentuk spiral dari pedupaan, menyebarkan aroma samar ke udara. Kuroko perlahan-lahan menyandarkan kembali kepalanya, menekan wajahnya ke dada berotot di belakangnya, diam-diam mendengarkan setiap irama detak jantung yang merupakan suara paling menenangkan di dunia ini untuknya.
"Tetsuya..."
Tiba-tiba, suara serak datang dari arah atas kepala Kuroko. Sedikit mengejutkan, dan cukup untuk membuyarkan lamunannya. Dia dengan cepat menghindar, diam-diam merasa malu atas tindakan kewanita-wanitaannya tersebut. Meski wajahnya tidak banyak menampilkan ekspresi, selain raut datar yang selalu diperlihatkannya.
Akashi menegakkan tubuh. "Sudah waktunya untuk bangun, Tetsuya. Kau tertidur sangat lama, ini belum pernah terjadi." Nada suaranya jelas, dan menyejukkan. Kuat dan pantang menyerah, tanpa menghilangkan adanya jejak kelembutan dalam setiap kata yang terucap dari bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
War Prisoner (New Revisi)
FanfictionDiadaptasi dari cerita berjudul sama. Kuroko Tetsuya, seorang Jenderal yang berpengetahuan luas dan tak terkalahkan di medan perang. Namun karena keserakahan sang Raja membawanya dan negara yang begitu dicintainya pada kekalahan yang menyakitkan. M...