5

3.1K 381 19
                                    

Furihata sedang bermain catur dengan pelayan pribadinya. Setelah mengetahui bahwa Akashi datang mengunjunginya, Furihata segera pergi untuk membersihkan diri. Namun, Akashi mencegahnya. Furihata adalah Selir kesayangan Akashi dan ia merupakan seorang wanita yang cerdas. Hanya dengan sekilas pandang, Furihata tahu bahwa saat ini Akashi sedang bergairah.

Furihata segera memerintahkan para pelayan untuk pergi meninggalkannya. Setelah mereka pergi, dengan kata-kata lembut Furihata mencoba menggoda Akashi dan membimbingnya masuk ke kamar.

Biasanya, perilaku menggoda Selir Furihata cukup membuat Akashi senang. Namun, saat ini untuk beberapa alasan yang bahkan Akashi tidak mengerti. Ketika ia melihat wajah cantik Selir kesayangannya ini, Akashi merasa semakin tertekan.

Wajah halus Kuroko tiba-tiba terbayang dalam benaknya. Wajah pria bersurai biru muda itu jelas tidak secantik Furihata, karena selalu menampilkan ekspresi datar. Dingin seperti es, namun lembut seperti bunga anggrek. Kuroko, memiliki bibir tipis yang selalu menolak mengeluarkan suara apapun dengan mudah. Terkatup rapat menahan rintihan rasa sakit karena kekeras kepalaannya.

Akashi begitu tenggelam dalam pikirannya, sehingga ia tidak menyadari entah sejak kapan Selir Furihata melepas pakaiannya. Desah napas Furihata menyadarkan Akashi.

"Yang Mulia, Anda terlalu sibuk. Hingga, tidak mengetahui bahwa betapa saya sangat merindukan Anda."

Furihata memeluk lengan kekar Akashi dengan ekspresi menggoda. Namun, saat ini Akashi tidak memiliki keinginan untuk menyentuh Selir cantiknya.

Apa yang paling dia inginkan saat ini, adalah menaklukkan seorang pria yang akan menjamin kepuasannya. Bagaimana bisa, hanya dengan tubuh Furihata bisa memenuhi kebutuhannya?

Akashi mendorong tubuh Furihata menjauh, dan kembali memakai bajunya. Melihat keterkejutan di mata Furihata, Akashi tersenyum lembut. "Maaf, aku ingat ada beberapa urusan yang belum selesai." Akashi merapikan kembali pakaiannya, sebelum ia keluar kamar.

"Lanjutkan permainannya Kouki. Ah, aku ingat, kau tertarik dengan dengan batu giok? Malam ini, aku akan memesannya, dan menyuruh pelayan untuk memberikannya padamu."

Wajah kecewa Furihata berubah cerah setelah mendengar ucapan Akashi. Furihata mengucapkan terima kasih dengan penuh sukacita.

Momoi berpikir bahwa ketika Tuannya memasuki ruangan Selir, maka dia tidak akan meninggalkan tempat itu hingga setengah hari kemudian. Jadi Momoi memutuskan untuk mencari Murasakibara dan berbicara dengannya.

Ketika Akashi keluar ia hanya menemukan Midorima. "Shintarou, pergilah ke penjara hukuman mati. Bawa Kuroko menghadapku, aku ingin berbicara secara pribadi dengannya." Setelah mengatakan itu, Akashi pergi menuju ruangan pribadinya.

Midorima bertanya-tanya, mengapa Akashi harus menginterogasi Kuroko secara pribadi. Namun, mengingat sifat sang Kaisar, dia tidak berani untuk sekedar bertanya.

Midorima bergegas pergi ke penjara hukuman mati, menyuruh beberapa sipir penjara untuk membawa Kuroko ke istana. Setelah Kuroko berada di hadapan Akashi, ia menyuruh seluruh pelayannya keluar tanpa terkecuali.

"Yang Mulia, ini tidak baik. Jenderal Kuroko seorang ahli bela diri, bagaimana jika anda terlu-" Sebelum Midorima menyelesaikan ucapannya, Akashi menyela dengan nada tak terbantahkan.

"Aku tahu, dia begitu terampil. Sekarang keluar. Ini perintah."

Midorima tahu Akashi itu absolute. Ia sangat membenci orang yang tidak menuruti perintahnya. Maka tanpa menunggu di perintah dua kali, Midorima pergi keluar untuk mencari Momoi dan Murasakibara.

"Momoi, kau disini sedang bermain-main? Bukankah kau harusnya menemani Yang Mulia -nanodayo?"

Mendengar pertanyaan Midorima, Momoi hanya tersenyum. "Yang Mulia sedang 'sibuk' dengan Selir Furihata, jadi mengapa aku harus mengikutinya? Sekarang ia pasti sedang menghabiskan waktu yang gila dengan Selir favoritnya itu."

War Prisoner (New Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang