23

1.8K 209 14
                                    

Jika diingat lagi, hari-hari Kuroko setelah dikalahkan Akashi dimedan perang selalu saja sial. Walau hari-hari yang dia habiskan sebagai Permaisuri Kaisar Rakuzan itu tidaklah terlalu buruk, ditambah seorang anak yang lucu seperti Seiya yang selalu membuat kesehariannya berwarna dengan tingkah nakalnya. Tapi, dia tidak ingin mengingat kenangan itu sekarang. 

Seperti hari-hari sebelumnya, kehidupan Kuroko sebagai budak dimulai sejak pagi buta. Setelah mengantarkan cucian yang telah selesai dicuci, Kuroko hendak kembali ke ruang cuci guna melanjutkan pekerjaannya. Dalam perjalanan, tiba-tiba ia bertemu dengan Selir Furihata beserta rombongannya. Kuroko secara alami menyingkir dan berdiri disamping jalan dan membungkuk, memberikan penghormatan. 

Namun, tanpa diduga rombongan Selir Furihata tersebut tiba-tiba berhenti dihadapannya. Seorang Kasim berwajah ketus menghampirinya seraya berkata, "Kau budak rendah, berani sekali kau menghalangi jalan Yang Mulia Selir Furihata!" Hardiknya kasar.

Kuroko yang masih membungkuk merengut heran. Bagian mana dari dirinya yang menghalangi jalan? Ia bahkan sudah menginjak rumput taman guna memberikan jalan pada Selir kesayangan Akashi tersebut. Ia masih menundukkan kepalanya ketika seorang pelayan bicara. "Hey, kau budak rendah. Kenapa diam saja? Dasar kurang ajar, budak rendah sepertimu berani sekali mengambil jalan yang sama dengan Yang Mulia Selir Furihata!" Wajahnya menatap Kuroko nyalang. 

Kuroko awalnya tidak ingin mengangkat wajahnya, akhirnya melakukannya juga. Wajah tanpa ekspresinya menatap pelayan itu. Sementara yang ditatap merasa tubuhnya bergetar. 

Selir Furihata memandang kejadian iitu dengan tatapan tidak suka. Kenapa tidak berjalan seperti yang diharapkannya? Padahal dia berharap Kuroko akan memberikan reaksi memelas nan minta dikasihani. Furihata menggiling giginya kesal. Ia merangsek maju, jarinya menunjuk Kuroko, "KAU BUDAK RENDAH SIAL!!!" Makinya kasar. Ia sudah tidak peduli lagi dengan kehormatannya. Ia benar-benar kesal.

Kuroko bergeming ditempatnya, Furihata semakin menjadi-jadi, kata-kata kasar keluar dengan mulusnya dari bibirnya. Selir kesayangan Akashi tersebut sudah tidak peduli lagi dengan martabatnya. Ia tidak peduli bahkan sebagai seorang bangsawan terlebih sebagai Selir Kaisar tidak seharusnya dia berkata kasar. Tapi, melihat Kuroko yang hanya menatapnya tanpa ekspresi itu benar-benar membuatnya kesal hingga ke ubun-ubun. Ia berteriak kesal. "Kasim, berikan aku cambuk. Akan kuberikan budak rendahan ini pelajaran." Tangan rampingnya mendorong kasar tubuh ringkih Kuroko hingga terjatuh.

Kasim dan pelayan yang masih tertegun melihat serta mendengar Selir yang dilayaninya tersebut berkata kasar tersentak kaget ketika mendapat perintah seperti itu. Dengan tangan gemetar, Kasim mengeluarkan cambuk dari balik lengan bajunya dan memberikannya pada Furihata. Selir kesayangan Akashi tersebut menerimanya dengan senyum sinis, ia berjalan mendekati Kuroko, tangannya yang memegang cambuk terangkat tinggi, siap memberikan cambukan sekeras yang ia bisa. 

Kuroko hanya bisa duduk bersimpuh di tanah. Tidak melawan sedikitpun, ia pikir semua itu layak ia dapatkan. Terlebih, setelah apa yang ia lakukan dulu pada Selir Furihata. Ia ingat, sejak ia menjadi Permaisuri Akashi, pria itu sudah tidak peduli lagi dengan para Selir miliknya, dan hanya memberikan fasilitas yang layak mereka terima namun tidak sekalipun menemui mereka. Dan setelah status Kuroko diturunkan menjadi budak, ia mendengar pembicaraan dari para pelayan wanita yang lain tentang Akashi yang kembali memberikan perhatian pada para Selirnya, terutama Selir kesayangannya, Furihata Kouki. Rasa sakit menghantam dadanya ketika mendengar kabar itu, namun Kuroko hanya coba menahan semua rasa sakitnya dalam diam.

Sejak kabar itu menyebar, para pelayan istana semakin gencar mengejek dan mencemooh dirinya. Mengatakan bahwa bagaimanapun menariknya Kuroko dulu, dia tetaplah laki-laki, dan laki-laki seperti dirinya tentu tidak akan bisa memberikan apa yang diharapkan sang Kaisar, yaitu seorang putra. Jadi, melihat sikap kasar Furihata, Kuroko merasa harus memakluminya. Ia hanya memejamkan mata, menunggu tubuhnya bertemu dengan tali cambuk. 

War Prisoner (New Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang