33

3.1K 302 26
                                        

Kuroko terbangun di pertengahan pagi. Matahari kini sudah tidak terlihat karena tertutup awan gelap, namun kehangatannya masih terasa di kamar yang ditempati Kuroko. Orang pertama ia lihat saat terbangun adalah sosok elegan Chihiro yang sedang memeriksa denyut nadinya, tidak ada sosok Akashi ataupun sosok kecil Seiya disana. Walaupun merasa sedikit kecewa, kondisinya sekarang sudah jauh  lebih baik, dan secara ajaib dia belum memuntahkan seteguk darah lagi. Mual dan nyeri yang dialaminya juga hampir benar-benar menghilang. Momoi dan seluruh pelayan yang ada disana merasa lega melihat keadaan Kuroko yang berangsur-angsur membaik.

Sesuai instruksi Chihiro, Kuroko meminum racikan obat yang dibuat Pangeran kedua Rakuzan itu. Rasanya sangat aneh, dan baunya pun tidak enak. Setelah memaksakan diri menelan obat itu dalam satu tegukan besar, Momoi langsung mengambil alih mangkuk ditangan Kuroko. Gadis itu tersenyum seraya membersihkan sudut bibir Kuroko yang ternoda sisa cairan obat dengan handuk bersih.

Chihiro tersenyum dan berkata, "Pada akhirnya, kau benar-benar seorang Jenderal. Tubuhmu masih memiliki landasan kekuatan. Jika bukan karena hal itu, dengan caramu yang memuntahkan begitu banyak darah, kau seharusnya sudah mati beberapa kali." Setelah mengatakan itu, dia memberikan Momoi beberapa instruksi, "Karena dia sudah tidak merasa mual pada saat ini, cepat pergi ke dapur dan ambilkan bubur lembut untuknya. Tidak perlu banyak, itu hanya untuk mengisi perutnya dan mencegahnya dari rasa lapar." 

Momoi mengangguk dan segera pergi meninggalkan beberapa orang di ruangan itu untuk mengobrol dengan ceria. Tapi suara langkah kaki yang mendekat dari luar ruangan membuat Momoi terhenti. Tirai di atas pintu dengan cepat diangkat oleh para pelayan istana dan Akashi bergegas masuk ke dalam kamar. 

Melihat siapa yang datang, Kuroko tidak bisa tidak tersenyum. Karena saat ia terbangun tadi, sosok yang dicintainya itu tidak berada disisinya. Kuroko merasa kecewa, tapi coba ia tahan. Senyum di wajahnya semakin melebar seiring semakin dekat Akashi dengannya. Namun, senyum di wajahnya perlahan memudar, kala melihat ekspresi dan sorot mata Akashi yang terlihat gusar. Kuroko tidak mengatakan apa-apa, hanya terus menunggu.

Semakin Akashi mendekat, Kuroko bisa melihat rasa bersalah dan malu terlukis di seluruh wajah tampannya. Melihat hal itu, Kuroko menjadi sangat khawatir; dia sedang mempertimbangkan apa yang telah terjadi hingga menyebabkan Akashi menjadi seperti ini. Saat Akashi sudah berada didekat tempat tidur, ia segera berlutut di samping Kuroko dan menggenggam tangannya erat. Setetes air mata jatuh dari sudut matanya, tidak mengatakan apa-apa dan hanya terus menciumi tangan kurus Kuroko yang ada dalam genggamannya. 

Kuroko bingung juga khawatir, tangannya kini gemetar, dan dia berkata pelan, "Seijuurou… apa yang terjadi padamu?" 

Suara pelan Kuroko menyentak Akashi, ia segera mendongakkan kepalanya dan menatap wajah pucat kekasihnya. Tiba-tiba perasaan takut tumbuh dalam hatinya, ia takut jika kekasihnya itu tiba-tiba akan memuntahkan darah lagi. Akashi sungguh tidak menginginkan hal itu terjadi. Setelah beberapa lama, Akashi kembali menunduk, masih enggan mengucapkan apapun. 

Rasa khawatir Kuroko secara bertahap berubah menjadi rasa takut, berbagai pikiran buruk berkecamuk dalam otaknya. Tapi coba ia tepis. Bibirnya terbuka perlahan, sebelum ia sempat mengatakan apapun, suara Akashi terdengar serak. "Tetsuya... kenapa... kenapa kau mengakui tuduhan terhadapmu? Kenapa... kau memilih untuk bertahan dengan cara itu... dan menanggung semuanya sendiri... kenapa? Kenapa kau tidak mengatakannya padaku? Tidak, ini tidak benar, ini... ini semua... bukan salahmu... bukan salahmu."

Punggung Akashi bergetar, dan suara isak tangis samar terdengar. Kuroko menggigit bibir gusar, "Sei…" Tanpa diduga Akashi tiba-tiba menampar dirinya sendiri dengan keras. Kuroko tersentak, kedua manik birunya melebar. Akashi meracau, "Ini salahku! Aku adalah bajingan besar, kenapa aku tidak percaya padamu? Kenapa aku begitu mudah tertipu? Bagaimana bisa aku masih memiliki wajah untuk berdiri disampingmu lagi? Tetsuya, mengetahui apa yang telah kulakukan padamu, bagaimana bisa aku masih memiliki wajah untuk tinggal di sisi mu?!" 

War Prisoner (New Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang