Penjara hukuman mati Rakuzan berada di ibukota. Tidak hanya dijaga ketat, tapi ada juga master seni bela diri yang diam-diam berpatroli. Pada awalnya Kuroko tidak mengerti, mengapa pasukan seperti itu diperlukan di sebuah penjara hukuman mati. Di Seirin, ketika seorang tahanan dijatuhi hukuman mati, maka tahanan itu akan menjadi lebih jinak karena mereka telah kehilangan semua harapan hidup mereka. Dengan demikian, jauh lebih mudah untuk mengawasi mereka daripada tahanan lainnya.
Sementara di Rakuzan sangat berbeda. Dia menemukan bahwa di kerajaan ini terpidana mati selalu mencoba yang terbaik untuk bisa melarikan diri. Bahkan ketika hukumannya dilakukan pada esok hari, mereka akan tetap merenungkan cara untuk menghancurkan penjara pada malam sebelumnya. Apa yang lebih mengejutkan adalah, bahwa Akashi Seijuurou tidak mencoba untuk menghentikan upaya atau tindakan para narapidana itu, tetapi hanya memperkuat pertahanan penjara.
Selama beberapa hari terakhir, nama Akashi Seijuurou telah berlama-lama hinggap di pikiran Kuroko. Seorang yang baik sebagai Kaisar dan sangat menakutkan disaat yang sama. Kuroko punya sedikit keraguan tentang mengapa Rakuzan hanya butuh tiga tahun untuk bisa pulih kembali. Mungkin, tanda kekalahannya adalah ketika Akashi naik tahta tiga tahun yang lalu.
Kuroko bisa mendengar suara berat pintu dibuka, dua sipir dengan wajah berani masuk ke dalam selnya. Salah satu dari mereka melangkah maju dan dengan keras mengoyak baju Kuroko di bagian bahu, melihat luka dibahu Kuroko.
"Jenderal Kuroko, lukamu jauh lebih baik. Yang Mulia bertanya lagi, apakah kau akan menyerah atau tidak?" Tanyanya dengan nada mengejek.
Kuroko memperbaiki pakaiannya. "Keputusanku telah bulat. Akashi Seijuurou tahu itu, sehingga dia tidak perlu bertanya begitu rajin." Jawab Kuroko dengan nada dingin. "Jika demikian, maka itu sangat disayangkan." Ucap seorang sipir, matanya menyala dan berkata dengan suara keras. "Apakah kau tahu, apa yang menunggumu sekarang?"
Kuroko menatap dingin salah satu sipir dihadapanya. "Eksekusi. Lakukan seperti apa yang dia inginkan." Ketika Kuroko selesai bicara, dia lalu melangkah keluar dengan tenang.
Kuroko bisa mendengar kedua sipir itu meludah jijik padanya. "Ya benar. Tunggu saja sampai hari penyiksaan, dia pasti akan menyerah juga. Seperti tahun sebelumnya, Jenderal dari kerajaan Fukuda Sogo, yang juga mengalami nasib sepertinya. Dengan gagah berani menolak untuk menyerah. Tapi setelah itu-"
Sebelum kalimatnya selesai, kepalanya dipukul oleh seorang lainnya. "Diam, kau ingin mati? Dia sekarang sudah menjadi Jenderal yang memimpin tentara untuk melawan Kerajaan Seirin. Kaisar sangat percaya padanya. Hati-hati, orang-orangnya mungkin bisa mendengarmu."
Kuroko menghela napas. Dia mendengar jika Jenderal Haizaki Shougo yang terkenal, pada akhirnya harus menyerah pada Akashi Seijuurou. Apa lagi yang harus ia katakan? Mereka yang tahu waktunya dengan tepat adalah orang-orang yang cerdik. Akashi benar-benar Kaisar di medan perang.
oOo
Ruang belajar itu tenang dan penuh dengan aroma lily. Akashi memegang sebuah buku sejarah, dengan santai membalik setiap halamanya. Momoi masuk ke dalam, tapi dia tidak melihat ke arah gadis itu. Bibirnya membentuk senyuman provokatif.
"Jadi Kuroko telah menyerah?"
Momoi tidak berani bernapas keras, diam-diam mengintip wajah sang Kaisar. "Tidak, belum." Jawabnya pelan.
Akashi kemudian duduk tegak, matanya menatap Momoi sebentar, tak lama dia menjadi sedikit santai. Akashi bersandar di kursinya dan kembali bersikap tenang.
"Dia benar-benar belum menyerah? Namun aku ingat, hanya butuh tiga hari bagi Shougo agar menyerah padaku. Aku tidak pernah berharap Kuroko memiliki daya tahan seperti itu. Aku ingin melihat apakah tulang-tulangnya memang terbuat dari besi."
KAMU SEDANG MEMBACA
War Prisoner (New Revisi)
أدب الهواةDiadaptasi dari cerita berjudul sama. Kuroko Tetsuya, seorang Jenderal yang berpengetahuan luas dan tak terkalahkan di medan perang. Namun karena keserakahan sang Raja membawanya dan negara yang begitu dicintainya pada kekalahan yang menyakitkan. M...