7

3.3K 357 10
                                        

Dalam banyak situasi, perlawanan adalah hal yang sia-sia. Sialnya Kuroko berada dalam situasi tragis tersebut. Sesuatu yang besar berwarna kemerahan dan mengkilap telah melakukan kontak dengan lidahnya, membuat Kuroko merasa sangat jijik dan mual.

Setelah kelaparan selama beberapa hari, Kuroko hanya bisa muntah. Ia bahkan memuntahkan cairan asam di dalam perutnya. Dan Akashi sepertinya tidak peduli dengan keadaan Kuroko, ia hanya peduli dengan keinginannya. Akashi terus menekan kepala Kuroko, hingga setengah dari penisnya telah memasuki mulut mungil tersebut.

Surai biru Kuroko yang lembut dan halus menjuntai, seperti benang sutra yang jatuh di sekitar pangkal paha Akashi. Memberikan sensasi geli yang menyenangkan. Penis yang sudah besar semakin membesar setelah merasakan kehangatan mulut Kuroko.

Bintik-bintik hitam muncul di depan mata Kuroko. Pikirannya kosong, hatinya kacau, dan sadar jika semua yang pria itu lakukan adalah hal yang kejam.

"Jangan memaksaku untuk menyiksa tawanan perang sepertimu sampai mati." Bisik Akashi di telinga Kuroko.

Ancaman bahkan lebih efektif daripada tindakan seperti ini. Gigi Kuroko yang hendak menggigit, tiba-tiba berhenti bergerak di udara. Sebaliknya, penis di mulutnya sudah berkedut mengancam untuk keluar. Akashi melakukan penetrasi dengan mulut mungil Kuroko, memaksa penis besarnya masuk lebih dalam.

Kuroko tidak bisa menelan atau meludah, bibir tipisnya dibentuk menjadi bentuk oval, beberapa helai air liur mengalir dari sudut mulutnya seperti benang perak, berkelok-kelok turun untuk membasahi lehernya yang bersih.

Akashi mengernyitkan alisnya, Kuroko cukup jelas tidak memiliki pengalaman. Dibandingkan dengan teknik yang digunakan oleh Selirnya, ada begitu banyak perbedaan.  

Namun, untuk alasan yang tidak Akashi mengerti. Dia merasa menemukan lebih banyak kegembiraan dan kenikmatan dari Kuroko dibandingkan dengan Selir yang luar biasa terampilnya. Dia merasa seolah-olah ada beberapa ratus obor api di perutnya berteriak-teriak ingin dilepaskan.

Keluar-masuk, membuat Kuroko semakin menderita. Akashi membungkukkan tubuh, tangannya terulur membelai lembut pantat Kuroko, lalu memasukkan jarinya di hole si surai biru. Kulit di pantat Kuroko awalnya halus dan baik-baik saja, sekarang berbintik-bintik dengan memar ungu.

"Tetsuya, lakukan seperti apa yang aku katakan. Kalau tidak aku akan menggunakan 'ini' untuk memuaskan ku sebagai gantinya. Itu pilihanmu." Akashi memasukkan jarinya semakin dalam. Jari panjangnya yang halus dan ramping, jelas kalah panjang dibandingkan penisnya. Meskipun lubang itu kecil, sangat ketat dan kering, jarinya masuk dengan mudah.

Meskipun Kuroko memiliki hati sekeras besi, ia tidak bisa mencegah matanya berkilauan dengan air mata yang tertahan. Perasaan dimana hole-nya diserbu oleh benda asing menyebabkan semua otot di tubuhnya mengejang. Dalam keadaan sekarang, ia harus membuat sebuah pilihan, namun mengingat bahwa dua pilihan yang tersedia sangat memalukan, Kuroko dalam kebingungan.

Akashi tampaknya dapat membaca pikirannya, ia tertawa pelan. "Jika kau patuh, setelah aku memuaskan diriku, aku akan melepaskannya. Tapi jika kau tidak melayaniku dengan baik, setelah aku selesai menggunakan mulut merah lembutmu, aku akan menggunakan bagian belakangmu." Akashi memompa jarinya keluar-masuk di hole ketat Kuroko beberapa kali. Kuroko mulai gemetar.

"Apa kau ingin memilih ujung depan?" Akashi memberikan pantat itu beberapa tamparan lembut. Setelah beberapa saat, Kuroko memberikan anggukan kecil meski kesulitan. Di bawah penghinaan itu, setetes air mata akhirnya dipaksa turun dari matanya, dan menghilang tanpa jejak di antara helai sutra rambutnya.

Akashi merasakan perasaan aneh di hatinya, membuat pikirannya kalut dan tidak lagi bisa memahami perasaannya.

Menarik miliknya dari mulut mungil itu, Akashi dengan sabar menginstruksikan. "Pertama gunakan lidahmu untuk memberikan beberapa jilatan di sekitar ujung, lalu membawanya ke dalam, kemudian hisap dan jilat seluruhnya. Gerakanmu harus lembut, jangan gunakan gigimu, jika kau berani untuk menggigitku, kau akan semakin menderita. Jika kau melakukanya dengan baik, akan memungkinkan bagimu untuk melihat prajuritmu dari kejauhan."

War Prisoner (New Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang