Kuroko mulai melawan, kondisi fisiknya sekarang jauh lebih fit dibandingkan periode ketika dia disiksa dahulu. Setelah ia memberi Akashi beberapa pukulan keras, pria bersurai merah itu hampir saja menjatuhkan Kuroko dari pelukannya.
Menghadapi perlawanan Kuroko yang keras, Akashi malah mendesah puas. "Aku tidak memikirkan, bahwa dengan kondisi tubuhmu yang sudah sehat kau akan menjadi brutal seperti ini."
Akashi menurunkan Kuroko dari gendongannya. Iris merah-emasnya bersinar cerah dan berkilauan. Dalam hati Akashi memutuskan, bahwa hari ini akan menjadi hari dimana ia akhirnya bisa menikmati sesuatu yang menyenangkan.
Kecemasan Kuroko tidak mereda. Meskipun tubuhnya jauh lebih sehat daripada sebelumnya, dia masih belum bisa dibandingkan dengan kekuatan Akashi. Kuroko hanya bisa meningkatkan kewaspadaannya, menjaga matanya hanya terarah pada Akashi. Bahkan, Kuroko tidak berani berkedip, karena takut musuhnya akan mengambil keuntungan dari kelengahannya.
Tiba-tiba suara manis dan lembut terdengar dari luar pintu.
"Yang Mulia, hamba Kise Ryouta memohon pendapat Anda."
Kuroko akhirnya bisa bernapas lega. Tahu bahwa Kise sengaja menginterupsi, sehingga Akashi tidak bisa berhubungan intim dengan Kuroko. Kedatangannya memang sebuah keberuntungan, menyelamatkan Kuroko dari situasi yang lengket ini.
Akashi merasa terganggu ketika hal yang menyenangkan akan segera dimulai. Ketidaksenangan tertampang di seluruh wajahnya. Namun, dia adalah seorang Kaisar, dia tidak pernah membiarkan keinginannya menentukan tindakannya. Akashi tidak punya pilihan selain membiarkan kesempatan ini hilang, dan mengatakan dengan muram.
"Apa itu?"
Melihat bahwa Akashi lebih memilih meninggalkan ruangan daripada menyuruhnya masuk, sehingga tidak mengganggu hal-hal privasi yang dilakukan sang Kaisar di dalam. Kise bergegas mengatakan tujuannya.
"Laporan ke Yang Mulia. Jenderal Haizaki Shougo saat ini memimpin tentara kembali ke istana, surat yang disampaikan mengatakan. Bahwa Jenderal Haizaki telah mencapai Pavilion lima diluar ibu kota."
Setelah mendengar kata-kata itu, ekspresi kesal di wajah Akashi lenyap. "Dia telah kembali? Itu sangat bagus! Turunkan perintahku. Semua pejabat sipil dan militer di atas kelas empat akan menemaniku ke Triumphant Pavilion sepuluh di luar kota untuk menyambut Jenderal Haizaki."
Kuroko bisa melihat bahwa semangat pria itu menjadi berlipat ganda seketika, semua karena Haizaki telah mencapai prestasi besar dengan menghancurkan kerajaan Seirin. Setelah mengingat bahwa negaranya sekarang telah hancur serta dirinya sendiri sekarang menjadi orang tanpa negara, kesedihan menyelinap ke hatinya. Merasa begitu lemas, Kuroko duduk di tempat tidur yang ada di belakangnya. Mengepalkan tinju, ia memaksakan diri untuk menahan air mata, tidak ingin kehilangan ketenangan diri di hadapan Akashi Seijuurou.
Akashi berbalik untuk melihatnya. Berjalan menghampiri Kuroko, dia merengkuh pria itu di dalam pelukannya. Kuroko kaget dan langsung berusaha untuk membebaskan diri. Tapi, ia mendengar perkataan yang begitu lembut dari pria itu membuatnya terdiam.
"Jangan berpikir terlalu banyak, aku akan menganggap rakyat Seirin sebagai rakyatku sendiri. Jika kau tidak bersedia untuk tetap di sini, dan merindukan negaramu. Aku berjanji, aku akan menunjukkan cara untuk memenuhi keinginanmu. Jika kau merasa ingin menangis, mungkin akan lebih baik jika kau menangis. Mengubur kesedihan di dalam hatimu, itu hanya akan membuatnya menjadi lebih menyakitkan. Kau tida boleh jatuh sakit."
Akashi tersenyum dan melanjutkan. "Waktuku buruk hari ini, karena Tetsuya sudah berhasil melarikan diri. Tapi aku akhirnya akan menikmati rasa itu lain waktu. Sementara itu, kau harus merawat kesehatanmu dengan baik." Akashi memberikan senyum manis seraya mengelus pucuk kepala Kuroko. Dengan langkah panjang, ia berjalan keluar ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
War Prisoner (New Revisi)
FanfictionDiadaptasi dari cerita berjudul sama. Kuroko Tetsuya, seorang Jenderal yang berpengetahuan luas dan tak terkalahkan di medan perang. Namun karena keserakahan sang Raja membawanya dan negara yang begitu dicintainya pada kekalahan yang menyakitkan. M...