Sore ini Vana mengontel sepedanya menyusuri jalanan Jakarta yang lumayan ramai, semerbak angin menerpa wajahnya dan membuat juntaian anak rambutnya seolah terbang diterpa angin.
Perpaduan langit orange yang indah menemani perjalanan pulang nya dari toko bunga, Vana terhenti di salah satu taman kota, dia memarkirkan sepedanya dan berjalan pelan menyusuri taman bunga yang indah. Vana merasa memerlukan sedikit hiburan, jika dia sedang mendapati suatu masalah maka taman inilah jawabannya. Entah mengapa hatinya merasa senang melihat bunga-bunga bermekaran di taman ini.
Vana terduduk dibangku kosong taman tersebut, matanya menyusuri setiap pemandangan disana. Taman ini sebenarnya cukup ramai, banyak sekali orang tua yang mengajak anaknya bermain disini, ataupun pasangan muda yang bersantai sambil memandangi bunga disana.
Perhatian Vana tertuju pada seorang anak perempuan yang tertawa digendongan ayahnya, anak tersebut menaiki punggung ayahnya dan berteriak kegirangan, Vana tersenyum hambar, seperti itukah rasanya punya ayah? Yang jelas ia tidak pernah diberi kesempatan untuk merasakan kebahagiaan itu.
"Ekhem-"
Deheman seseorang membuyarkan senyuman Vana, sontak gadis itu menengok kesamping mendapati seseorang sedang terduduk disampingnya "Dave?"
"Hai"
Vana mengerjapkan mata lalu menepuk pipinya pelan, "Apa aku bermimpi bertemu denganmu disini?"
"Tidak, aku benar-benar disini." Dave tersenyum tulus menatap Vana yang masih tak percaya dengan keberadaannya "Aku minta maaf atas semua yang telah aku lakukan padamu,"
"Bagaimana kau tahu aku ada disini?" Tanya Vana mengabaikan ucapan Dave.
"Aku mengikutimu, maafkan aku tapi aku khawatir karna kau tidak mengantar bunga seperti biasanya jadi aku memutuskan untuk mengikuti mu"
Vana mengangguk paham.
"Maafkan aku, aku terpaksa melakukan hal gila seperti kemarin agar-"
"Agar aku membencimu?" Potong Vana, Dave mengangguk.
"Tapi aku tidak membencimu, Dave."
Dave terdiam, dia tidak bisa berkata-kata. Bagaimana bisa dia menyia-nyiakan gadis sebaik Vana? Dave menyesal karna telah menyakiti gadis itu dengan sengaja.
"Apa kau sakit?" Tanya Dave dengan raut cemas.
"Tidak, aku memang sudah biasa mimisan ketika capek." Balas Vana kembali menatap lurus dengan senyuman mengambang.
"Pasti senang rasanya jika punya ayah" celetuk gadis itu membuat Dave melihat arah pandang Vana yang tersenyum memandang gadis kecil yang sedang digendong ayahnya berputar mengelilingi taman.
"Ya, aku akan membuatmu merasakannya."
Vana menyengit menatap Dave yang berdiri dan berjongkok didepannya "Ayolah gadis manis,"
"Dave apa yang kau lakukan?" Vana menahan tawanya.
"Ayah akan mengajakmu terbang keliling taman, naiklah"
Vana tertawa tak percaya dengan apa yang baru saja Dave katakan, Apakah laki-laki yang sedang berjongkok didepannya benar-benar Dave? Pria penuh wibawa dengan aura menyeramkan bisa bersikap seperti ini?
"Tidak Dave, aku- Aaaaa" Vana berteriak karna Dave menggendongnya tiba-tiba, mau tidak mau Vana merengkuh lehernya agar ia tidak terjatuh.
Dave membawanya berlari kecil membuat Vana tertawa terbahak dibelakangnya "Kau benar-benar ringan, apakah anak ayah ini kekurangan makan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Zrelost (END)
RomanceHarap kebijakannya dalam memilih bacaan. Tidak disarankan untuk anak dibawah umur. (Cerita diprivate sebagian, follow dulu untuk membaca) Dave Putra Perwira adalah salah satu CEO yang sukses mengelola perusahaan keluarganya di usia yang dibilang cu...