Boleh dipincet bintangnya ya, siapa tau nyala hehe.
Happy reading~
Mobil Dave menyusuri jalanan Jakarta yang tak jauh dari kata macet. Tentu saja, bukan Jakarta namanya kalau sepi tanpa kemacetan.
"Terimakasih" Vana memutuskan untuk mengawali pembicaraan memecah keheningan antara mereka berdua "Untuk semuanya"
Hanya itu yang bisa Vana katakan, ia benar-benar tidak habis pikir dengan hal gila yang dilakukan Dave untuknya. Mengingat selama ini Vana tidak pernah bersikap manis ataupun baik pada Dave namun pria itu sepertinya tidak menyerah untuk benar-benar membuktikan perasaannya.
Dave mengalihkan pandangannya dari jalanan dan membalas tatapan Vana "Tidak apa, kau masih bisa membayarnya"
Vana melotot kaget, gila saja kalau Dave memintanya mengganti semua uang yang ia keluarkan untuk menebus Vana, 20 triliun! Lebih baik Vana mati berdiri! Bahkan jika ia memberikan seluruh penghasilan nya seumur hidup pun tidak akan pernah cukup untuk melunasinya. Apakah Dave akan tetap menagihnya dikuburannya? Tidak mungkin.
Dave mengulum senyumnya "Tetaplah bersamaku, itu hal yang harus kau lakukan untuk membayar nya"
"Huh, kukira kau memintaku melunasinya dengan uang" ia mengusap dadanya, merasa lega karna setidaknya dompet tipisnya itu tidak terancam.
"Bolehkah aku meminta mu untuk tinggal sehari bersamaku?" Dave mengangkat kedua alisnya "Setidaknya aku ingin menghabiskan waktu terakhir ku bersamamu, sebelum kepergianku ke Australia"
"Apa?" Vana tidak bisa menyembunyikan keterkejutan nya "Kenapa kau akan pergi? Kau akan kembali kan? Kau bilang aku harus tetap bersamamu, bagaimana mungkin aku bersamamu jika kau malah pergi ke Australia?" Tanya Vana tanpa jeda.
"Kau cerewet sekali" Dave mengacak rambut Vana "Aku hanya akan pergi beberapa bulan, menyelamatkan perusahaan ku dari ambang kehancuran"
"Aku mempunyai perusahaan di Australia yang saat ini masih dikelola oleh bibi Jessie, jadi aku memutuskan untuk mengelolanya sendiri untuk menggantikan kerugian sahamku karna ulah Leon"
"Maafkan aku, perusahaanmu nyaris hancur karna aku"
Mata Vana memanas, mengapa ia sangat cengeng memikirkan bagaimana Dave akan berusaha mempertahankan perusahaan sampai rela pergi ke Australia. Terlebih pasti akan datang perasaan sialan yang dinamakan rindu, ya! Vana pasti akan sedikit merindukan pria itu.
Dengan sangat amat penuh perjuangan Vana berusaha agar tidak menangis. Jangan menangis Vana! Pikirkan harga diri dirimu, bisa-bisa Dave menggodamu terus-menerus jika ia tahu kau menangis karna pria itu pergi ke Australia, batin Vana.
"Aku tidak menyesal melakukanya" Dave menarik tangan Vana dalam genggamannya "Jangan bersedih"
KAMU SEDANG MEMBACA
Zrelost (END)
RomanceHarap kebijakannya dalam memilih bacaan. Tidak disarankan untuk anak dibawah umur. (Cerita diprivate sebagian, follow dulu untuk membaca) Dave Putra Perwira adalah salah satu CEO yang sukses mengelola perusahaan keluarganya di usia yang dibilang cu...