18. Such a thief

62.9K 1.9K 166
                                    

Sesampainya mansion mewah Leon, Vana langsung menuju kamarnya untuk bersih-bersih, sedangkan Leon memilih untuk berenang sebab ia ingin sekali memanjakan dirinya sebentar.

Kruyukk

Perut Vana berbunyi nyaring, sepertinya cacing disana sedang berdemo untuk diberi asupan.

Vana memilih memasak sendiri karna tidak ingin merepotkan siapapun, ia mulai meracik bumbu untuk membuat Chikenpop sebab mudah saja dan tidak banyak bahannya. Leon bilang Vana harus menganggap rumah ini seperti rumahnya sendiri jadi ya! Permintaan terkabul.

Vana mulai memotong kecil kecil ayam bagian dada, dan dituangkan nya air jahe sedikit, ditambah dengan sedikit bubuk bawang, royco, 1 buah telur dan diakhiri dengan tepung, Vana memasak dengan bernyanyi riang.

Tanpa sengaja Leon melihat Vana memasak, dengan rambut berantakan, wajah yang terdapat beberapa jejak tepung. Lucu, batinnya.
Leon mengeringkan tubuhnya dengan handuk, memakai kaos lalu berjalan kearah Vana.

"Ternyata kau bisa masak juga" Ujar Leon tiba-tiba.

Vana masih sibuk mengaduk masakan tanpa berbalik kearah Leon.

"Jelaslah, namanya juga perempuan, tidak melulu pintar shopping dan menghabiskan uang" Jawab Vana asal.

Leon mengambil sedikit tepung, entah ide dari mana tiba-tiba ia ingin menjahili Vana, saat Vana berbalik, Leon mencolekkan tepung itu ke pipi Vana.

"Leonnnnnn apa yang kamu lakuhkan!!" Pekik Vana tidak terima.

Kini ia bahkan sudah melepaskan spatulanya dan menatap Leon dengan tatapan membunuh. Untung saja Vana sedang tidak memegang pisau saat ini atau ia akan tergoda melemparkan benda tersebut pada laki-laki konyol didepannya itu.

"Hanya menghiasi wajahmu" Leon terkekeh dan berniat kabur sebelum hal serupa terjadi pada wajahnya.

Manusia macam apa yang menghiasi wajahnya dengan tepung?

Tak mau kalah, Vana meraih tangan Leon sebab ia tahu Leon akan kabur, dan diolesnya tepung ke wajah Leon.

Bagus, dia terlihat seperti kue mochi sekarang. Vana mengulum senyumnya melihat wajah Leon penuh tepung. Sepertinya ia bukan mengolesi wajah Leon dengan tepung melainkan menuangkan tepung kewajah Leon.

"Kau yang mengajariku" Leon tersenyum menyeringai lalu mengunci tangan Vana "Rasakan ini" dengan gerakan cepat Leon kembali mengolesi tepung, bukan di pipi Vana melainkan di bawah hidungnya sehingga terkesan seperti kumis putih tumbuh disana. Sial, Vana bahkan tidak bisa membayangkan betapa konyolnya penampilannya saat ini.

"Leonnnn" Vana memekik geram, dilepasnya kuncian tangan Leon lalu ia mengambil sebutir telur.

plukk

Telur itu menetas diatas rambut leon, sangat tepat sasaran.

Leon melirik kearah rambutnya dengan rasa kesal yang tertahan, cairan menjijikan itu bahkan sudah turun kewajahnya "Seriously ?" Pekik Leon sukses membuat tawa Vana meledak dengan wajah tanpa dosa nya itu.

Leon menyengit jijik, rambutnya bahkan sudah berbau amis karna telur itu "Kau keterlaluan"

Vana menahan tawanya "Maafkan aku" ia mengambil cangkang telur yang masih bersarang dirambut Leon dan membuangnya ke tempat sampah "Aku tidak akan melakukannya jika kau tidak membuat ku berkumis"

"Aku harus mandi lagi dan mencuci rambutku lima kali" Leon bersungut kesal, ia merasa seperti anak smp yang sedang ulang tahun, bukan diberi kado malah diceplok telur, Leon melangkah mendekat kearah Vana "Dan sebaiknya makananmu itu enak karna aku mulai lapar, jika tidak enak maka aku akan memakanmu sebagai gantinya" ucapnya sambil mengeluarkan smirk nya.

Zrelost (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang