1. I'm in trouble

174K 4.9K 493
                                    

Seorang gadis sedang menggayuh sepeda kesayangannya penuh semangat. Sesekali ia bersenandung seolah sedang melakukan konser dadakan disana, tanpa menghiraukan tatapan orang-orang yang ia lewati memandangnya aneh.

Dia adalah Alang Sengkibar Savana, atau kerap dipanggil Vana. Gadis berumur delapan belas tahun yang baru saja lulus dari sekolah menengah kejuruan atau SMK setahun lalu, namun keadaan ekonomi yang mendesaknya tak bisa melanjutkan ke kenjang kuliah. Meskipun begitu ia cukup bersyukur bisa bekerja disebuah toko bunga milik ibunya, ia sengaja menggantikan ibunya agar sang ibu bisa beristirahat dirumah. Penghasilannya memang tidak terlalu besar namun cukup untuk menghidupi mereka berdua.

Vana hanya tinggal bersama ibunya. Dia tidak pernah bertemu dengan ayahnya selama hidupnya, dan ibunya juga tidak pernah mau memberitahu apapun mengenai ayahnya. Beberapa kali Vana mencoba bertanya tapi Marinka atau ibu Vana tetap bungkam tanpa mengeluarkan informasi apapun seolah ia benar-benar menutup rapat akses Vana untuk bertemu ayahnya.

Sesampainya ditoko seperti biasanya Vana menyapu debu-debu yang menempel pada lantai tokonya. Ya, sebenarnya Vana sudah biasa mengerjakan hal ini namun tetap saja itu sedikit melelahkan tapi apa boleh buat? Memangnya darimana ia akan memperoleh penghasilan jika bukan karna menjual bunga? Uang tidak bisa tiba-tiba turun dari langit bukan?

Tringgg... Tringgg...

Tiba tiba telfon berbunyi nyaring

"Selamat pagi, dengan Savana Florist ada yang bisa saya bantu?"

Tak ada sahutan cukup lama, hingga pada saat Vana ingin menutup telfon tersebut si empu yang menelpon bersuara.

"Edelwis, Perwira Corp, jam 10, lantai 17" ujarnya dingin.

"Terimaka... (tit tit tit)" Telfon sudah dimatikan sebelum Vana mengakhiri kalimatnya.

Ia menahan kekesalan nya karena menurut nya pria tersebut sama sekali tidak sopan, tapi apa boleh buat.

Dengan telaten Vana menyusun tumpukan bunga edelweis sesuai pesanan, meskipun dengan sedikit umpatan dan akan mengantarkan nya ke alamat yang sudah sebelumnya ia catat saat panggilan berlangsung.

Tidak membutuhkan waktu lama bagi Vana untuk menyelesaikan rangkaian bunganya, ia mulai mengayuh sepeda nya menuju alamat itu, sialnya perjalanan itu terasa begitu jauh ditambah lagi terik matahari menerjang kulitnya hingga membuat warnanya sedikit kemerahan. Lain kali Vana seharusnya memasang payung pada sepedanya saja!

Sampailah dia di Perwira Corp, ia mengedarkan pandangannya, merasa takut masuk karena baru pertama kali ada orang yang memesan bunga dari tokonya yang memiliki perusahaan yang sangat besar. Gedung pencakar langit itu tampak kokoh menjulang di langit-langit kota Jakarta.

Pasti orang ini sangat kaya, pikirnya.

Vana memasuki perusahaan itu dan bertanya pada resepsionis yang bertengger disana.

"Maaf um.."

"Ada yang bisa saya bantu?" Resepsionis itu tersenyum ramah.

"Ya saya mengantarkan pesanan bunga edelweis, seseorang memesannya dan meminta saya untuk mengantarkannya di lantai 17"

"Baiklah anda bisa menaiki lift dan bertanya pada sekertaris Mr.Perwira dilantai 17"

"Terimakasih"

Vana melirik jam yang menunjukkan kurang sebentar lagi akan mencapai jam 10 tepat. Vana berlari menuju lift dan memencet tombol 17.

Pintu lift terbuka menandakan Vana sudah sampai pada lantai yang dituju. Ia melirik mengedarkan pandangannya. Terdapat banyak ruangan disini, ia tidak tahu dimana ia harus meletakkan bunga ini? karena pria yang berpesan tidak menjelaskan dimana tempatnya toh meja sekertaris itu juga terlihat kosong.

Zrelost (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang