Dave memasuki ruang kerjanya dengan langkah malas lalu mendudukan diri dikursi empuk miliknya. Dia mememcet nomor di telfon dan menunggu seseorang untuk mengangkatnya.
"Salsa..bisakah kau keruanganku sebentar?" Ujar nya setelah tersambung ditelfon.
Tak butuh waktu lama bagi Salsa, sekertaris Dave untuk sampai diruangannya saat ini.
"Ada yang bisa saya bantu?" Ucap salsa sopan.
"Kau tau perusahaan Rossier? Aku ingin perusahaan itu hancur" Dave mengangkat kedua kakinya kemeja.
"Apa bapak serius?" Tanya Salsa memastikan, pasalnya perusahaan Rossier bukanlah perusahaan yang kecil dan mudah dihancurkan.
"Apa aku terlihat bercanda? Lakukan apapun untuk membuatnya hancur, ini perintah aku tidak peduli berapa banyak yang harus ku bayar untuk itu" ucap Dave penuh penekanan, Salsa mengangguk patuh lalu keluar dari ruangan Dave.
Dave kembali menyandarkan diri kekursi dan menyesap kopi panas miliknya. Sepertinya satu minggu ini ia lewati dengan baik tanpa bertemu gadis yang nyaris membuatnya gila itu. Meskipun Dave akui dia belum sepenuhnya move on dari Vana, namun setidaknya ia sudah mencoba bukan?
Brakk
Pintu terbuka dengan keras dan menampilkan seorang gadis dengan nafas terengah-engah, sepertinya ia habis berlari.
"What the hell are you doing here?" Ucap Dave sedikit terkejut namun tetap menunjukkan ekspresi datar andalannya.
"Lo tahu dimana Vana?"
Gadis itu duduk dikursi depan Dave dan langsung merebut kopi panas milik nya.
"Auu panas" pekik Lily.
Dave hanya terkekeh dengan tingkah gadis bodoh tak tahu sopan didepannya itu.
Dave meringis memikirkan apa yang membuat kedua teman baiknya bisa berebut seorang gadis sepertinya."Itu yang ingin kukatakan, kopi itu panas" ucap Dave santai
"Apa kau tadi bertanya tentang Vana?" Tanya Dave.
"Ya, dia tidak ada dirumahnya ataupun ditokonya dan dia juga tidak dapat dihubungi, gue udah nyari selama beberapa, hari ibunya bilang Vana pergi dari rumah dan tidak pulang" ucap Lily cepat.
"Aku tidak tahu dan tidak ingin tahu apapun mengenai dia sekarang, lagipula mengapa kau menanyakan itu padaku" balas Dave.
"Lo kan orang yang paling deket sama Vana setelah gue." ucap Lily jujur.
"Wow kau melupakan teman sialan brengsekmu itu, siapa namanya? Axel?"
"Alex? Tidak aku sudah bertanya dan dia juga tidak tahu" sahut Lily.
"Maafkan aku Lily tapi aku benar-benar tidak peduli, sekarang lebih baik kau keluar dari sini" ucap Dave tenang.
Lily menatap tajam Dave seperti hendak membantainya, tapi Lily harus menahan diri agar tidak terlibat baku hantam dengan Dave.
"Baik, gue mengerti" ucap Lily dengan nada tidak bersahabat lalu beranjak keluar dari ruangan Dave.
Dave memandangi punggung Lily hingga ia keluar dari ruangannya, dengan cepat ia mengambil telfon genggamnya dan menghubungi seseorang disana.
"Aku ingin kalian mencari seseorang untukku" ucap Dave menghubungi suatu agen rahasia yang bertugas seperti mata-mata.
Kemana perginya gadis itu? Mengapa ia selalu berulah dan membuat Dave khawatir.
Arggh, Dave mengusap wajahnya gusar memikirkan keberadaan Vana saat ini.
**
Sudah seminggu sejak pertama kali Vana menapakkan kakinya diclub ini, dan selama itu baik-baik saja. Vana masih setia menjadi seorang pelayan dan bukan pelacur. Bukan tanpa alasan, Vicky sengaja tidak memperkerjakannya sebagai pelacur karna kondisinya yang tidak menarik sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zrelost (END)
RomanceHarap kebijakannya dalam memilih bacaan. Tidak disarankan untuk anak dibawah umur. (Cerita diprivate sebagian, follow dulu untuk membaca) Dave Putra Perwira adalah salah satu CEO yang sukses mengelola perusahaan keluarganya di usia yang dibilang cu...