Pay attention i hope that you'll listen, cause i let my guard down, right now i'm completely defenseless
-Dave Perwira-Playlist
-If i could fly by One Direction-Dave mengerjapkan mata, tatapannya terpaku pada gadis yang terlelap didekatnya. Tentusaja Vana masih disini karna dia tidak akan pergi sebelum anak buah Vicky datang menjemputnya, tidak lebih tepatnya sebelum Dave mengijinkannya untuk pergi.
Mata Dave menelusuri setiap inci wajah Vana yang sedang tertidur, wajah nya benar benar sukses membuat Dave tenang hanya dengan menatapnya. Apa yang terjadi dengan gadis ini? Penampilan sangat berbeda dengan saat pertama kali Dave bertemu dengannya. Vana sekarang terlihat lebih kurus dan sepertinya tidak pernah merawat tubuhnya.
Dave beranjak dari tempat tidur, membersihkan diri di kemar mandi lalu menuju dapur. Dia berniat membuat sarapan pagi ini, mengapa tidak memesan layanan hotel? Karna ia ingin memasaknya dengan tangannya sendiri. Setidaknya mungkin itu bisa membuat Vana sedikit memaafkannya.
Vana terbangun dari tidurnya, ia merasa bagian sensitif nya begitu ngilu, bergerak sedikit saja sangat sakit,bagaimana ia berjalan?
Vana mencoba berdiri tangan nya memegang nakas didekat ranjang, dia membungkus tubuh polosnya dengan selimut hotel dan memasuki kamar mandi. Diliriknya handuk-kimono yang tergantung disana dan memakainya.Vana memandang tatapan dirinya dicermin, hiks isakan tak tertahankan keluar dari bibirnya. Dia tidak tahan lagi, air mata nya pun seperti sungai yang mengalir dengan derasnya. Dia memandang bayangan nya dengan tatapan jijik, 'kekecewaan' adalah hal yang bisa menghancurkan Vana. Kesucian yang selama ini ia jaga direnggut begitu saja oleh orang yang justru Vana harap bisa menjadi penolongnya. Mengapa Dave tega melakukan nya?
"Vana?"
Vana meraih cermin yang berukuran sedang tersebut dan dilepasnya dari pautan paku disana tanpa menghiraukan suara seseorang diluar.
Pyarrr
"Vana kumohon bukalah pintunya"
Dia menjatuh kan cermin tersebut hingga pecah membentur lantai. Vana menatap nanar pecahan kaca tersebut, tangannya terjulur mengambil sebuah pecahan dilantai itu.
"Kumohon Van bukalah sebentar"
Vana menyalakan shower nya membiarkan air dingin merasuki seluruh tubuhnya, ia berusaha menulikan pendengaran nya, isakan dan airmata menjadi teman terdekat nya saat ini. Jika dia melakukan nya sekarang setidaknya tidak akan ada noda darah karna guyuran shower tersebut.
Vana menyenderkan tubuhnya ke dinding, ia tidak bisa menahan beban ini lagi. Ibunya membencinya, dia tidak punya keluarga dan sekarang ia merasa sangat membenci dirinya karna bekerja menjadi pelacur di club itu. Tubuh Vana meluruh, ia terisak sambil memeluk lututnya yang dingin karna guyuran air. Ditatapnya pecahan kaca itu "Ibu, maafin Vana"
"Vana ini peringatan terakhir, bukalah atau aku akan mendobraknya"
Brukkk
"Apa yang kau lakukan?"
**
Dave menghentikan kegiatan memasaknya, sayup sayup ia mendengar suara isakan. Dengan cepat ia berlari kearah ranjang nya dan kosong, Vana tidak ada disana. Dave melirik kamar mandi yang berada di sebelah kiri tempat tidur itu "Vana?" Tidak ada sahutan, Dave tahu gadis itu sedang terisak dan sialnya itu membuatnya khawatir.Pyarrr
Dave terkejut mendengar suara pecahan itu "Vana kumohon bukalah pintunya" ucap nya kalut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zrelost (END)
RomansaHarap kebijakannya dalam memilih bacaan. Tidak disarankan untuk anak dibawah umur. (Cerita diprivate sebagian, follow dulu untuk membaca) Dave Putra Perwira adalah salah satu CEO yang sukses mengelola perusahaan keluarganya di usia yang dibilang cu...