26. Drive me crazy (17+)

101K 2K 267
                                    

-Warning, part ini mengandung adegan dewasa-

*****

"Pukul berapa meeting akan diadakan hari ini?"

Dave tengah bersender dikursinya sambil menyesap secangkir kopi.

"Pukul 2 siang Mr.Perwira." sahut Katherine, sekertaris Dave.

Dave menganggukan kepala pelan, dia mengambil benda pipih yang berada diatas mejanya sebelum akhirnya berdecak sebal, lagi-lagi pesannya telah diabaikan.

Dengan cepat dia menghubungi salah satu nomor disana.

Nomor yang sedang anda hubungi sedang diluar jangkauan

"Sial Vana, " umpat Dave sambil meletakan handphone nya kasar, pria itu terlihat memijat dahinya frustasi.

"Apa kekasih mu selalu seperti itu?" Tanya Katherine melangkah mendekati Dave.

"Tidak." Sahut Dave datar.

"Just admit it Dave, she ignores you."

"You have no idea about her, so just shut up."

"Really?" Katherine tersenyum lebar, kini dia sudah berada tepat dibelakang kursi Dave dengan jari telunjuk menelusuri pundak tegap pria itu "You know that i can love you more than she does."

Dave terkekeh, pria itu berdiri menghadap Katherine lalu berjalan mendekat mengunci Katherine yang tersudut ditembok dan membuat Katherine tersenyum puas.

"I don't need your love," tatapan Dave berubah lebih dingin hingga membuat senyuman indah Katherine sirna dari bibirnya "So stop fucking trying, cause you're not a bitch."

"You know what? I am." Katherine berjinjit dan berusaha menarik bibir Dave mendekat, berusaha menjangkau bibir pria itu.

Dengan cepat Dave mendorong bahu Katherine menjauh, membuat Katherine tersentak lalu berbalik dan berjalan meninggalkan gadis itu, dia sama sekali tidak punya waktu untuk mengurusi tingkah gila sekertarisnya.

"Kenapa kau menolaknya? Ini bukan pertama kalinya kita berciuman Dave." Teriak Katherine geram.

"Aku tahu, dan kau juga tahu saat itu aku sedang sangat mabuk." Kata Dave sembari menggendikan bahunya enteng dan terus berjalan keluar.

"Yah, setidaknya kau lebih asik ketika mabuk." Guman Katherine melihat kepergian Dave dengan jengah.

**
Vana berjalan di bandara dengan menenteng koper kecil "Bibi, pelan-pelan jalannya." eluh Vana melihat Jessie yang berada lima meter didepannya.

"Iya aunty, Meta aja capek ngikutinnya." Timpal Meta yang juga berada disamping Vana.

Mereka kini sedang berada di bandara tepat lima belas menit sebelum penerbangan, rencananya mereka akan melakukan penerbangan selama kurang lebih satu jam untuk sampai ke Sydney, Australia.

Ini memang sangat mendadak, terlebih Vana juga harus mengurus paspor dan keperluannya dalam waktu sehari, bayangkan saja bagaimana itu mungkin? Tapi tentu saja lagi-lagi Vana ingat bahwa tidak ada yang tidak mungkin selama kau memiliki uang, Jessie tentu sudah mengurus segalanya dengan uang.

"Kita udah telat tau." Protes Jessie menanggapi eluhan Vana dan Meta.

Vana akhirnya tidak memilih untuk protes lagi, dia hanya pasrah mengikuti Jessie yang sudah akan menaiki pesawat yang bisa Vana pastikan itu adalah pesawat pribadi.

Kaki Vana terangkat perlahan menaiki tangga pesawat, ini pertama kalinya ia naik pesawat jadi perasaan was-was sedikit hinggap di benaknya.

Vana terduduk di salah satu kursi penumpang. Matanya mengedar takjub ke seluruh ruang pesawat. Pesawat ini bukan kaleng-kaleng, designnya sangat mewah, bahkan kursinya sangat empuk melebihi sofa di apartemennya.

Zrelost (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang