35. Kecewa

56.4K 1.8K 146
                                    

Playlist untuk part ini?
-Me and my broken heart-

I try to run but your eyes tell me to stay, why do we call this love?

-Alang Sekibar Savana-

Setelah pertemuan dengan para klien selesai, Dave melangkah menuju ruangan yang terletak di sebelah. Sebenarnya ruangan itu hanya ruangan berisi sofa yang biasanya digunakan sebagai ruang tunggu bagi para klien. Dan saat ini mungkin Vana lah yang berada disana. Dave harap gadis itu tidak menunggu terlalu lama, jika dihitung-hitung rapat nya hanya berlangsung selama dua jam.

Dave memasuki ruangan. Terlihat Vana yang terduduk di sofa dengan pandangan kosong serta kedua matanya yang tampak berkaca-kaca.

Vana sepertinya menyadari kehadiran Dave, gadis itu beranjak berdiri lalu memberikan sebuah kertas yang Dave yakini sebagai kertas hasil USG kepada Dave "Usianya baru 14 minggu, maaf karena tidak memberitahumu lebih awal." Vana mengusap perutnya yang sedikit menyembul.

Sontak hati Dave terhenyuh seketika, menatap kertas yang memperlihatkan janin yang diketahui sebagai anaknya.  Kedua sudut bibir Dave terangkat. Usia nya memang sesuai dengan jangka waktu dimana Dave mamperkosa Vana kala itu. Mengingat kejadian itu benar-benar membuat Dave sangat merasa bersalah. Tapi nasi sudah menjadi bubur, toh dengan ini dia bisa membuahkan hasil, seorang anak yang nantinya akan menjadi Pewaris Perusahaan-nya.

Tangan Dave terjulur mengelus perut Vana pelan "Bolehkah?" Vana hanya mengangguk singkat ketika Dave meminta ijin untuk mengelus perutnya dari balik pakaian.

"Aku akan menjadi seorang ayah." Dave merasakan kedua matanya memanas seketika, kebahagiaan benar-benar memporak-porandakan hati nya saat ini, segala pikiran buruk yang semalam singgah dibenaknya pun sudah hilang entah kemana.

Sedangkan Vana hanya menatap Dave dengan tatapan nanar "Aku ingin bertanya sesuatu."

Mendengar hal itu Dave langsung mengalihkan pandangannya menatap Vana, ibu dari calon buah hatinya "Apa kau merasa mual sekarang? Atau ada sesuatu yang kau inginkan? Katakan kau ingin makan apa? Aku akan memenuhinya saat ini juga." Tanya Dave dengan mata berseri.

"Dave-"

"Oh bagaimana kalau kita pergi ke dokter sekarang? Aku ingin melihat nya dengan mata kepalaku sendiri."

"Apa yang sudah kau lakukan bersama Katherine?" Kalimat itu Vana lontarkan dengan nada dingin, membuat senyuman di bibir Dave hilang seketika.

Apa Vana sudah mengetahui kebejatannya selama di Australia?

"Kenapa kau bertanya hal itu?" Wajah Dave mendadak memucat melihat kedua mata Vana yang berkaca-kaca.

"Apa. Yang. Kau. Lakukan. Bersama. Katherine." Ulang Vana penuh penekanan, meskipun rasa nyeri sudah mengrogoti hati gadis itu sedari tadi.

"Maaf."

Plakk

Dave merasakan hawa panas memenuhi pipi kirinya bersamaan dengan tangan Vana yang menampar wajahnya cukup keras. Namun bukan tamparan itu yang membuat Dave sakit hati, melainkan melihat gadis nya menitihkan air matanya. Lagi.

"Kenapa kau tega melakukan ini padaku!" Bentak Vana dengan penuh amarah.

"Aku bisa menjelaskannya, sayang aku mohon dengarkan aku." Dave menarik kedua tangan Vana lalu menggenggamnya erat, seakan tak ingin kehilangan gadis yang berdiri di depannya.

"Jelaskan." Vana menghela napasnya, berapa kali pun Dave menyakitinya Vana tak pernah jengah mendengar penjelasan Dave, entah itu yang dinamakan cinta atau bodoh.

Zrelost (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang