13. I'm a mess

68.7K 2.3K 148
                                    

Vana mengerjapkan mata beberapa kali menyesuaikan cahaya yang masuk ke mata sembabnya, mungkin akibat dari menangis semalam.

Dengan bergegas dia beranjak dari kasur kapuknya dan keluar menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Hanya ada beberapa butir telur yang tersedia, tapi tak apa setidaknya bisa mengganjal rasa laparnya dan ibunya pagi ini.

Vana menghidangkan telur itu dipiring dan berniat untuk membangunkan ibunya.

"Ibu bangun, sarapannya sudah siap" Vana menggoyangkan kaki ibunya pelan.

Marinka membuka matanya dan menatap Vana dengan tatapan tidak bersahabat.

"Aku akan makan jika kau sudah tidak dirumah" ucap Marinka lalu membalikkan posisi tidurnya memunggungi Vana.

"Baiklah, Vana pergi ke toko dulu bu" Vana beranjak keluar dari kamar sang ibu. Ia melangkah menuju sepedanya dan mengayuhnya, semerbak angin pagi menghiasi perjalanannya menuju toko bunga miliknya.

**
Vana membuka tokonya dan menata rangkaian bunga yang ada disana.
Sebenarnya Vana sangat tidak ingin berjualan, tetapi jika ia tak berjualan bagaimana ia bisa bertahan hidup?

Huhh sungguh rumit hidup ini, Vana mengguman dalam hati jiwa kemalasan nya seketika meronta.  Andai saja hanya dengan rebahan tanpa melakukan apapun bisa membuat orang kaya maka ia tidak akan bersusah payah mencari uang, atau boleh juga dalam perjalanan pulang nanti tanpa sengaja ia tersandung emas segepok pasti ia akan sangat bersyukur.

Kliring

Seorang gadis berseragam biru putih memasuki tokonya bersama seorang anak laki laki seusianya.

"Hai kakak cantik" sapa Meta setelah memasuki toko Vana.

"Meta? kamu kesini sama siapa?"

"Sama Jason kakak" Meta memperkenalkan anak laki-laki dibelakangnya.

Vana menengok kearah bocah laki-laki itu lalu tersenyum "Kamu anaknya bibi Jessie ya?"

"Iya kakak cantik" ucap Jason lalu mendapat cubitan kecil diperutnya.

"Yang boleh manggil gitu cuma Meta" protes meta setelah mencubit Jason.

"I don't care" sahut Jason.

"Kapan kamu sampai di Indonesia?" Vana menengahi agar tidak terjadi baku hantam antara Meta dan Jason.

"Kemarin kak" ucap Jason memandang Vana.

"What do you think if i dating her?" Bisik Jason pada Meta.

Meta melotot "Apa? Gak boleh, kak Vana itu pacarnya bang Dave ya lagipula kamu tuh bocil" bisik Meta penuh penekanan pada Jason.

"I'm not a kid anymore, i'm fourteen" ucap Jason percaya diri. Vana menyengit bingung tidak memahami apa yang dibicarakan kedua bocah yang saling berbisik itu.

"Kalian ngomongin apa sih?" Vana memutuskan untuk bertanya.

"Bukan apa-apa kok kak" Meta tersenyum lebar, sedangkan Jason hanya memutar matanya.

"Kita ganggu kakak apa enggak?" Tanya Meta.

"Ah enggak kok, kakak malah seneng kalo ada temennya" ucap Vana tersenyum tulus.

"Kalo gitu Jason bakalan sering nemenin kakak kok, sama Meta" ucap Jason polos.

"Boleh boleh boleh" sahut Vana menirukan gaya ala kartun kembar yang botak itu.

**
"Makasih udah nemenin kakak hari ini" ucap Vana lembut pada Meta dan Jason. Pasalnya mereka memang menemani Vana dan sedikit membantu nya hingga sore ini.

Zrelost (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang