Vana memasuki Perusahaan Perwira dengan menenteng bucket bunganya, hari ini dia berencana mencari tahu mengenai perubahan yang terjadi pada Dave atau hubungan pria itu dengan ibunya. Ia tidak bisa diam saja membiarkan hal ini terjadi.
"Hai Vana," sapa Salsa di meja nya ketika melihat Vana berjalan mendekat.
Vana tersenyum lalu membalas sapaan salsa "Hai Salsa," Matanya beralih pada ruangan dengan pintu Silver milik Dave "Dia belum datang?"
"Belum "
"Yah, padahal Dave sendiri yang meminta ku membawa bunga ini langsung keruangannya" ujar Vana terlihat kesal.
Tentu saja Vana berbohong, Dave tidak mungkin memintanya membawanya langsung ke ruangannya. Pria itu masih menjauhinya sampai saat ini. Vana beralasan seperti itu hanya agar Salsa mengijinkannya memasuki ruangan Dave.
"Kalau begitu kau masuk saja Van, Apalagi Mr. Perwira sudah memintamu kan?"
Vana mengangguk, lalu berjalan melewati Salsa dan memasuki ruangan Dave.
Vana mengedarkan pandangannya pada meja Dave, dia penasaran pada flashdisk yang dikatakan Raka kemarin dan berniat mencari tahu sendiri apa hubungan antara Dave dengan ibunya. Vana memeriksa setiap laci yang ada di sana namun tidak menemukan flashdisk tersebut.
"Dimana sih Dave nyimpennya " eluhnya, sambil mencari.
Vana sudah mencari di setiap laci yang ada di ruangan itu namun tidak membuahkan hasil.
Vana mengusap wajahnya gusar, seketika ia teringat bahwa terdapat ruangan lain di dalam ruangan ini. Dengan cepat dia berlari menuju ruangan yang berada di pojok itu. Vana memasuki ruangan dengan tempat tidur king size yang mirip seperti hotel berbintang. Bagaimana mungkin terdapat kamar seperti ini di dalam ruangan Dave?
Vana mengedarkan pandangannya, dia melirik sebuah laci di dekat ranjang lalu membukanya "Ayolah, pasti disini."
Vana terus berusaha mencari dengan merombak isi ketiga laci disana "Ketemu," ucapnya girang menatap sebuah flashdisk yang memang bertuliskan 'Marinka' Vana menaut bingung, dia semakin penasaran dengan hubungan ibunya dan Dave.
"Apa yang kau lakukan disini"
Suara berat itu membuat Vana termenung sesaat, dia berbalik dengan gelagapan dan menyembunyikan flashdisk di kantong celana belakangnya.
Vana berusaha mengatur napasnya "A-aku ha-hanya ingin bertemu denganmu" ucap Vana gelagapan.
Dave berjalan mendekat dengan tatapan mengintimidasi "Dikamar ku?" Dave mengangkat sebelah alisnya.
"Tidak, aku hanya...kau tahu, merasa mengantuk karna menunggu lama jadi.." Vana menggantung kalimatnya berusaha mencari alasan "Aku memutuskan untuk kemari, ya seperti itu lah"
"Berani sekali kau memasuki ruangan ini, kau tidak tahu peraturan apa yang ku berikan disini?" Suara Dave terdengar mengerikan berbisik di dekat telinganya.
"Apa?"
"Kau..." Dave menarik dagu Vana dan menatanya "Tidak boleh keluar sampai aku puas denganmu"
Vana menelan salivanya, tatapan Dave benar-benar mengerikan "Aku hanya ingin bertemu denganmu, dan sekarang aku sudah bertemu jadi aku akan segera pulang." Vana hendak berjalan melewati Dave.
"Tidak," Dave merentangkan kedua tangannya dan membuat dahi Vana menatap lengannya.
Pria itu menarik tengkuk Vana dan melumat bibirnya dengan ganas.
Vana terkejut dengan ciuman itu dan berusaha memberontak "Dave, hentikan."
Diluar dugaan Vana ternyata Dave benar-benar menghentikan ciumannya "Apa yang kau sembunyikan dariku" Dave berjalan mendekat membuat Vana mundur hingga kakinya menyentuh ujung ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zrelost (END)
RomanceHarap kebijakannya dalam memilih bacaan. Tidak disarankan untuk anak dibawah umur. (Cerita diprivate sebagian, follow dulu untuk membaca) Dave Putra Perwira adalah salah satu CEO yang sukses mengelola perusahaan keluarganya di usia yang dibilang cu...