17. Wrong person?

73.2K 2K 172
                                    

"Apa maksud mu aku tidak bisa mengeluarkan Vana dari club itu" teriak Dave menggebrak meja dengan penuh amarah.

"Maaf tuan, tapi seseorang telah membelinya terlebih dahulu" ucap Pria berbadan tegap itu tertunduk.

"Sialan, bagaimana mungkin?" Umpat Dave dengan nada tinggi.

"Dia sudah membelinya bahkan sebelum anda menyewa nona Vana kehotel"

Pyarr

Dave melempar gelas dan sukses membentur dinding menyebabkan pecahan kacanya menyebar diseluruh lantai disekitar dinding tersebut.

"Temukan Vana sekarang juga dan cari tahu siapa pria yang membelinya" hardik Dave tajam kepada pria didepannya tersebut dan dibalas anggukan patuh oleh pria itu.

**
Vana menapakan kakinya didepan mansion milik Leon, perasaan takut dan was-was terus hinggap dibenaknya, sebenarnya ia kecewa setelah mengetahui fakta bahwa bukan Dave lah yang membebaskannya melainkan Leon, bukan ingin berpikir negatif tapi Vana tahu Leon pasti punya niat tertentu.

"Aku tinggal sendiri disini, hanya ada dua pembantu rumah tangga dan satu supir" suara Leon memecah keheningan.

Vana menatap Leon dan menautkan alisnya "Untuk apa kau membeliku?"

"Aku tidak perlu bilang alasannya, yang penting ikuti saja perintahku jika kau ingin tetap hidup" sahut Leon.

Leon menuntun Vana menaiki tangga dan berhenti didepan pintu sebuah kamar.

"Ini kamarmu, jika perlu sesuatu kau bisa memberitahuku, btw kamarku ada disebelahmu" Leon tersenyum ramah kepada Vana sedangkan Vana hanya menatap Leon bingung masih menebak rencana apa yang sebenarnya dimiliki Leon.

"Baiklah"

Vana memasuki kamar dengan nuansa warna biru cerah dan kasur ukuran king size dan terdapat kamar mandi diujur kamar itu. Setelah membersihkan diri Vana memutuskan untuk berbaring dan mencoba tidur, kasur ini sungguh nyaman dan lembut. Vana menatap langit-langit kamarnya, entah mengapa bayangan laki-laki itu terus hinggap dikepala Vana. Dave, sekali lagi ia berhasil membuat Vana kecewa. Mengapa dia begitu mudah mempermainkan perasaan Vana?

"Knock knock..wake up snow white"

Vana mengerjapkan matanya mendengar ucapan nyaring dibalik pintunya, dia bisa memastikan seratus persen jika Leon lah yang berada disana. Ia melirik jam yang berada di nakas, sial ternyata sudah jam 7 pagi bagaimana bisa ia bangun sesiang ini? Dengan langkah gontai ia berjalan dan membuka pintu kamarnya.

"Ada apa?"

"Cepat mandi lalu sarapan setelah itu kita ke kantor" ucap Leon cepat.

"Tunggu, kantor?" Vana menautkan alisnya bingung.

"Kau akan menjadi assisten pribadi ku, kau lupa?"

"Kau belum bilang apapun tentang itu"

"Sekarang sudah kan?" ucap Leon menepuk pundak Vana lalu melangkah meninggalkan nya menuju meja makan. Vana menghela nafasnya sungguh dia dibuat bingung dengan sifat Leon.

Setelah selesai menyiapkan diri, Vana keluar dari kamarnya dan menuju ruang makan, disana sudah terdapat Leon yang menunggunya rupanya. Vana menikmati hidangan dengan Leon yang selalu berceloteh, tapi itu bukan masalah bagi Vana, setidaknya Leon tidak melakukan apapun seperti yang Vana takutkan, atau belum?

"Pegang...Ini adalah buku panduan cara menjadi assisten yang baik, baca dan terapkan. Oh satu lagi, aku akan tetap menggaji mu namun kau harus tetap tinggal di mansion ku karna aku sudah membelimu" ucap Leon yang berada dikursi mobil disebelah Vana.

Zrelost (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang