Vana memasuki audi R8 milik Dave, pria itu berkata ingin mengajak Vana ke suatu tempat untuk berwisata. Tentu saja Vana tertarik bahkan terlihat sangat senang dengan wacana tersebut.
Kapan lagi mendapatkan tour di luar negeri dengan pemandu wisata tampan?
Tepat pukul 8 pagi Dave bahkan sudah melajukan mobilnya menyisiri jalanan kota Sydney. Semerbak angin musim dingin menyapu kulit wajah Vana melalui jendela mobil milik Dave. Membuat Vana memejamkan mata sambil merentangkan salah satu tangannya keluar.
"Vana!" Pekik Dave membuat sang empunya nama terpenjat "Jangan mengeluarkan tanganmu dari mobil!"
"Ha?" Vana menatap cengoh sembari menetralkan detak jantungnya.
"Itu berbahaya." Hardik Dave lagi.
"Tapi jalanan sangat sepi, Dave."
"Tetap saja, aku tidak ingin mengambil resiko apapun jika sesuatu terjadi padamu."
Semburat merah memenuhi pipi Vana saat ini.
Dave mengkhawatirkanku, manisnya!
Meskipun pria itu mengatakannya dengan wajah datar tapi tetap saja! Vana senang mendengar perhatian kecil yang Dave berikan.
"Kemana kita hari ini?" Tanya Vana.
"Mount Buller."
"Asikk! Dimana itu?"
"Tidak jauh dari sini, hanya memakan waktu 6 jam." Kata Dave "Tapi sebelumnya kita harus membeli baju hangat, sedang musim salju disana."
Vana hanya mengangguk girang seperti seekor anjing yang patuh. Dia sangat senang karna akan mengunjungi tempat bersalju untuk pertama kalinya. Sejak kecil dia memang sangat menyukai salju, bahkan frozen adalah tontonan favoritnya sampai sekarang.
**
Mobil Dave menepi disebuah parkiran yang berada di salah satu pusat perbelanjaan. Pitt Street Mall, salah satu wisata belanja yang tidak pernah sepi di Sydney, terletak di pusat kota yang membuatnya lebih sering dikunjungi para wisatawan.
Dave membawa Vana memasuki sebuah toko baju hangat, pria itu terus menggandeng tangannya menyusuri lautan manusia yang memenuhi lokasi tersebut, seakan takut Vana tenggelam di dalam lautan luka dalam.
Sesampainya di sebuah bangunan penuh dengan mantel dan juga bermacam pakaian hangat yang membuat seseorang pengap, jika dipakai di Jakarta. Tapi lain situasinya jika di Australia.
"Pilihlah sesukamu."
Vana tersenyum penuh arti mendengar ucapan Dave "Bolehkah aku memilihkanmu juga?"
Dave terlihat mengerutkan dahinya, perasaan tidak enak tiba-tiba hinggap di benak pria itu "Tidak."
"Ayolah Dave, boleh ya?"
Dave menghembuskan napasnya pasrah "Baiklah."
Vana berjingkak senang lalu berpaling memilah baju untuk Dave dan dirinya, Vana mengambil mantel berwarna biru pastel lalu menyodorkannya pada Dave.
"Ini untuk mu."
Dave menelan ludahnya gusar sambil menggeleng, menatap nanar pilihan kekasihnya itu "Tidak-tidak, aku tidak mungkin memakai warna itu."
"Kenapa tidak? Ini lucu!"
"Aku tidak ingin terlihat lucu, kau kira aku badut?" Dave menatap Vana garang.
"Tapi aku ingin melihat mu memakai ini." Vana mengembalikan mantel tersebut digantungan dengan kasar "Yasudah kalau tidak mau!" Lanjutnya dengan nada kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zrelost (END)
RomansaHarap kebijakannya dalam memilih bacaan. Tidak disarankan untuk anak dibawah umur. (Cerita diprivate sebagian, follow dulu untuk membaca) Dave Putra Perwira adalah salah satu CEO yang sukses mengelola perusahaan keluarganya di usia yang dibilang cu...