Special

2.4K 219 15
                                    

Yoora sedang di luar rumah sakit, bersama ibu Park dan ibu Min. Entah, tiba-tiba saja Yoora ingin duduk di bangku taman rumah sakit, memandang sekeliling, orang-orang berlalu lalang, sampai Yoora menghentikan matanya menatap pasien yang tengah terduduk sendiri, Yoora pun berdiri.

"Ra, mau kemana?"tanya ibu Park terheran.

"Iya nak, kau akan kemana?"timpal ibu Min, dua ibu ini pun ikut berdiri. Yoora tidak menjawab, dirinya malah melangkah, sontak dua ibu ini terheran-heran dan segera mengikuti arah jalan Yoora.

"Hai."sapa Yoora, reflek dua ibu ini saling berpandang. Bingung.

"Eh, k-kau siapa? Kau tidak jahat-"

"Tidak, aku hanya seorang wanita hamil. Um, boleh aku duduk?"ujar Yoora, orang ini mengangguk. "Siapa namamu?"tanya Yoora begitu lembut.

"Jia."

Sontak pikiran Yoora terputar dan tiba-tiba saja teringat mendiang Jiya. Terlihat wanita yang sepertinya seusia dengan Yoora ini menunjukkan sesuatu yang tertempel dipakaian berwarna putih tersebut. Tertulis; Lee Jia.

"Aku putri dokter Lee."ujarnya memberitahu, "ibuku bilang, namaku harus tetap tertempel agar tidak lupa. Padahal, aku tidak apa-apa, sungguh."ujarnya.

Apa? Dokter Lee?

Ah mungkin dokter Lee yang lain, pikir Yoora.

"Aku kehilangan segalanya, dan semua orang tidak menyayangiku lagi, tidak ada. Dulu aku sangat bahagia, sekarang aku tersiksa dikamar yang sama sekali bukan kamarku. Aku benci."celotehnya masih tetap tenang. Deg. Apa-apaan ini, Yoora teringat bagaimana dulu saat dirinya bertemu dengan Yoongi pertama kali, bagaimana Yoongi bercerita tentang keluhannya yang amat sangat menyedihkan bagi Yoora.

"Kenapa kau tidak jujur saja, jika kau tidak apa-apa."ucap Yoora hati-hati.

"Aku terlanjur menikmati semua ini. Aku tidak tau akan sampai kapan, aku hanya tinggal memiliki ibu. Aku tau, ibuku -dokter Lee, masih sangat benci dengan hidupnya, karena pria yang akan bersamanya meninggalkannya ditengah pernikahan yang akan berlangsung, ibuku padahal tengah mengandungku karena pria sialan itu, hingga akhirnya dengan terpaksa ibuku menikah dengan pria lain, dan ternyata teman ibuku di kedokteran. Tapi, ibuku tidak menyayngiku sama sekali, bencinya pada ayahku disamakan dengan bencinya padaku, aku sangat sedih dan  benci semua itu."celotehnya, Yoora sudah menangis sejak tadi. Wanita bernama Jia ini pun berdiri, wajahnya nampak tak suka dengan kehadiran Yoora. Dua ibu Park Min masih setia menemani Yoora, duduk tak jauh dari bangku Yoora dan pasien bernam Jia ini.

"A-Argh."Yoora mengaduh keras. Jia mendorongnya hingga bokong Yoora mendarat di lantai.

Sontak dua ibu Park Min berteriak terkejut lalu berdiri menghampiri Yoora cepat.

"Yoora, tenang Yoora."ucap ibu Park khawatir.

"Dokter, perawat!"panggil ibu Min. "Kenapa kau harus menghampiri wanita sakit jiwa itu."ujar ibu Min memandang sekeliling, cepat sekali wanita itu pergi. 

"Woo Si! Panggilkan dokter!"panggil ibu Park yang mendapati Woo Si tengah lingling mencari mereka.

"Noona!"sahut Woo Si begitu keras. Dengan cepat, pria ini segera memanggil perawat.

Yoora, memegang tangan ibunya kuat-kuat.

"Sakit sekali."rintihnya. Dua dari beberapa orang ada yang bersimpati menghampiri, lalu ikut menunggu perawat datang.

"Akan ku tuntut pasien itu, lihat saja."ujar ibu Min tetap kesal. Walau Yoora terawasi oleh dua ibu ini, tapi tetap saja dua ibu Park Min ini mengira bahwa pasien itu hanya sakit biasa. "Yoora tenang, nak tenang."pinta ibu Min mengusap perut Yoora gemetar.

Seesaw | Myg [M] [END]- RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang