So hurt

2.7K 224 5
                                    

Hari itu, waktu itu, di tiap detik, menit dan jam yang berlalu itu...

Kini sudah dua bulan lebih lamanya.

Yoora, wanita yang masih berstatus sah istri Jimin, dibawa pergi oleh Yoongi, yang notabenenya si cinta pertama yang tidak mendapatkan si wanita.

"Kemana lagi aku harus mencari Yoora?!"kesal pria ini tak hentinya, yang tak lain adalah Jimin.

Jimin sungguh tidak mengerti, hidupnya mengapa serumit ini, amat sangat rumit. Jieun dengan kehamilannya yang sudah memasuki delapan minggu, sementara Jimin belum dapat memutuskan untuk menikahi wanita malang itu, bahkan Yoora pun tak kunjung diketahui keberadaannya.

"Ya ampun! Arggh."emosinya semakin hari semakin tak terkontrol.

Dirinya benar-benar tidak memiliki keputusan lain.

Jimin jadi teringat malam itu, dua bulan lalu... disitulah semua menjadi hancur tak tau titik balik. Sejak saat itu pula, orangtua Jimin mengajukan perceraian ke pengadilan, atas nama Jimin dan Yoora. Kedua orangtua Jimin merasa malu, terutama malu pada orangtua Yoora. Perceraian ini, keputusan yang begitu tidak diinginkan, tidak sama sekali.

"Jimin."

Jimin menoleh dengan tatapan yang selalu dirinya tunjukkan pada Jieun, tatapan tak suka, seakan Jieun lah penyebab semua kehancuran ini.

"Yoora-ssi berada di Hongkong bersama tuan Yoongi."

"Dari mana kau tau?"tanya Jimin menghampiri Jieun dengan tatapan yang tak berubah.

"Yoora-ssi selalu bertukar kabar denganku, belum lama ini."

Plak

Malah tamparan mendarat mulus dipipi tak bersalah milik Jieun, Jieun mengaduh dan setitik air mata jatuh.

"Kenapa kau diam saja? Kenapa kau tidak langsung bercerita! Apa kau sengaja, hah?! Sengaja agar aku cepat-cepat menikahimu!! Wanita tidak tau diri!"marah, hanya itu yang selalu tertuju untuk Jieun.

Jieun sungguh tidak mengerti, apa yang salah dengan dirinya, kenapa Jimin begitu membencinya.

"Jangan menangis! Beritahu aku detail alamatnya! Cepat!"

Jimin, sama sekali tidak peduli, walau kini Jieun tengah bersedu menangis.

"Tidak."geleng Jieun ketakutan.

"Ouwh, ingin aku siksa lagi."angguk Jimin berubah menjadi sosok yang disukainya belakangan ini, ya belakangan ini Jimin penuh perubahan.

Dirinya menjadi sosok pria yang menjadi gelap, penuh aura menakutkan, sikap jahat. Jieun, wanita ini yang selalu menjadi pelampiasannya, hingga beberapa kali membuat Jieun harus dilarikan ke rumah sakit karena wanita itu sering kali mengalami pendarahan akibat ulah Jimin.

"Jika kau tidak memberitahu, aku tidak akan segan-segan membunuh bayi diperutmu, juga dirimu!"tegas Jimin mendorong Jieun hingga Jieun terkulai jatuh.

"JIMIN BERHENTI!"sentak seseorang diarah pintu utama, Jimin langsung menoleh, begitupun Jieun yang sudah terlunglai dengan rintihannya.

"Yo-Yoora."seru Jimin begitu pelan.

"Selama ini aku bersabar menahan untuk tidak muncul dihadapanmu! Tapi, ku kira kau akan intropeksi dirimu! Mana? Mana Jimin yang begitu peduli dengan wanita, yang memiliki kelembutan, yang begitu menghargai wanita, mana?!"celoteh Yoora dan berjalan menghampiri Jieun.

"Selama dua bulan lamanya aku pergi. Aku kira kau akan memperlakukan Jieun sebagaimana mestinya, dan kau menikahinya. Tapi, sampai detik ini aku tidak mendapat kabar bahagia itu. Malah, kau menyakiti wanita tak bersalah ini. Jimin kau dengar?!"

"Kenapa kau ke sini?"tanya Jimin begitu mencuat, dirinya tak memperdulikan celotehan panjang dari Yoora.

"Karena aku sudah tak kuat, mendengar cerita Jieun yang membuatku terdorong untuk kembali ke sini. Jimin..."jawab Yoora dan menjeda, "aku siap bercerai darimu."lanjut Yoora akhirnya.

"Bagus. Itu, aku sudah buatkan surat cerainya sejak lama, tinggal ditandatangani olehmu. Ayo."sahut Jimin sarkatis.

"Bagus jika begitu."ucap Yoora terselip nada sendu.

"Yoora aku tau, kau sudah terlalu mencintaiku. Aku sangat tau itu."tebak Jimin begitu tepat sasaran.

"Kenyataan itu memang benar..."Yoora menjeda lagi, tangannya membawa Jieun untuk bangkit dan duduk di sofa, "tapi dengan keadaan dan situasi yang sudah berbeda, bercerai itu jalan terbaik, mana bolpoinnya."seru Yoora menumpu dengan kedua lututnya, mengambil bolpoin yang tidak jauh dari jangkauannya.

Yoora menarik napas dan membuangnya penuh dengan rasa gundah. Dirinya bisa melihat, bahwa tandatangan Jimin belum tercoreng di kertas perceraiannya ini. Jimin berbohong.

"Kau bilang jalan terbaik, kenapa malah terdiam?"sahut Jimin meremehkan.

"Kau bahkan belum bertandatangan, silahkan kau saja dulu."balas Yoora bergeser.

Jimin terkejut, apa Yoora benar-benar ingin mengakhiri semuanya, semua yang telah mereka bina selama dua tahun lebih lamanya.

Ini ujungnya? Perpisahan?

"Yoora."panggil Jimin menatap kertas perceraian dengan tatapan kosong.

Yoora hanya menatap sebentar.

"Maafkan aku."Jimin kembali dengan dirinya. Pria ini menunduk pilu.

Jimin, dirinya tidak ingin, sama sekali tidak ingin menceraikan Yoora. Jimin mencintai Yoora, mencintai Yoora.

"Aku memaafkanmu."ucap Yoora singkat.

"Aku tidak ingin kita bercerai."ucap Jimin begitu pasrah.

"Kita harus tetap bercerai. Setelah urusan kita selesai, nikahi Jieun cintai dia seperti kau mencintaiku. Jimin... lupakan rasamu untukku, hapus semua memori tentang diri kita, bangun kehidupan baru. Aku-"Yoora menangis, ada apa dengannya, hatinya masih ada Jimin. Masih.

"Jika semua tidak seperti ini... perceraian tidak akan ada. Aku penyebab semuanya, tolong maafkan aku."

"Tidak. Itu salahku, sungguh aku pria paling keparat di muka bumi ini."

"Dirimu tidak seperti itu. Jim, Tuhan memiliki rencana lain, jadi ayo selesaikan tentang kita."ujar Yoora mengusap air matanya yang akan menjadi sia-sia nantinya.

Jimin menumpu dengan dua lututnya, menatap Yoora begitu lama, dirinya berat, berat untuk berpisah, melupakan segala kenangan manis dan tidak akan terhapus hingga kapanpun. Jimin tidak menduga semua skenarionya jadi seperti ini. Yoora wanita yang baik yang disematkan di hidup Jimin.

Hanya karena masalah masa lalu, Jimin seperti ini, ego hati, amarah dan segala hal dari dirinya membuat rumah tangga rusak. Tapi, ini bukan tentang hanya. Jimin sungguh masih tak menyangka, Yoora yang yang sudah berpindah haluan mencintainya, malah Jimin kecewakan, dan Jimin juga menyalahkan diri Yoora. Kini, apa yang harus dipertahankan? Sedangkan wanita yang tengah mengandung kini terduduk penuh rasa takut akan kelakuan Jimin yang selalu memberinya pelampiasan tak baik, tapi sang wanita -Jieun tetap setia menunggu Jimin untuk menyadari dan mengakui bahwa semua ini tulisan takdir untuknya.

Jimin baru saja mencorengkan tandangannya, kini giliran Yoora. Yoora melakukannya dengan cepat tidak seperti Jimin yang harus mengingat dan memutar kenangan miliknya saat bersama Yoora.

"Segera berikan ke pengadilan. Beberapa waktu ke depan persiapkan pernikahan kalian. Jimin... bahagiakan Jieun, seperti kau bahagiakan aku dulu, tapi bahagiakan Jieun dengan caramu yang seperti biasa, namun bukan untuk Yoora tapi untuk Jieun. Jimin, kumohon perlakukan Jieun dengan baik, kumohon."celoteh Yoora tak kuasa menahan tangis setelah menyoretkan tandatangannya.

Setelah surat perceraian diberikan ke pengadilan lalu sidang perceraian, dan segala ini itu, hingga resmi bercerai, Yoora ingin pergi dulu, pergi untuk menenangkan diri, hati dan pikirannya.




















S E E S A W
T  B  C


09 Juni 2019

Seesaw | Myg [M] [END]- RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang