3. Tuan Malaikat?

2.2K 275 22
                                    

Kami berlari menelusuri setiap lorong yang ada di Villa itu. Melarikan diri, saat ini itulah yang terbaik. Namun sayangnya, setiap pintu yang kami buka dan lorong yang kami tuju, kami tetap sampai di tempat yang sama.

"Sial! Kita dijebak!" Hobi masih menggandeng tangan kami. Dia tidak melepaskan barang sebentar.

Aku mengeluarkan ponselku. Berharap ada sinyal agar aku bisa menghubungi siapapun. Namun sayangnya, jaringan pun tidak ada sama sekali.

Aku terduduk. Begitupula Nadine. Kami lelah karena terus terusan berlari. Tidak ada jalan yang bisa kami tempuh. Semua buntu begitu saja.

Hobi sibuk menenangkan kami. Meyakinkan kami, bahwa kami bisa keluar dari sini.

Ayolah, aku sudah tidak betah berada disini.

Ting tong ting tong ting tong

Itu bunyi bel. Bukan. Maksutku, bunyi jam kuno besar yang terpasang di dinding. Kami saling merapatkan tubuh. Mata kami menajam. Takut takut kalau ada sesuatu hal aneh terjadi.

Aku memerhatikan jam dinding itu. Angka nya menunjuk ke arah jam enam. Mataku membulat tak percaya. Bukankah kami tiba pukul sebelas siang? Bagaimana mungkin dalam waktu singkat langsung berubah ke jam enam? Atau aku nya saja yang tidak menyadari waktu?

Saat aku sibuk dengan pikiranku, aku di kejutkan dengan suara benda retak. Mataku menajam, begitu pula teman temanku. Aku menatap enam patung yang berdiri kokoh itu.

Patung itu mulai retak.
Astaga, apa gedung nya juga akan retak?

Pegangan tangan kami makin erat. Patung patung itu retak dengan sendirinya. Kemudian mengeluarkan cahaya putih. Cahaya yang semakin lama semakin terang. Membuat mata kami silau.

Karena tidak tahan dengan silau cahaya itu, aku menutup mataku. Aku yakin kedua temankupun melakukan hal yang sama.

Pelan pelan aku membuka mataku. Melirik sekilas, perubahan apalagi yang akan terjadi. Sampai akhirnya aku mendengar pekikan keras dari Nadine. Membuatku melotot ikut terkejut.

Sial!

Enam patung  itu berubah. Berubah menjadi,
Dewa?

Sungguh, aku tidak berbohong. Sayap mereka nyata. Pahatan wajah tampan nya juga sangat nyata. Badan besar dan juga tegap. Indah,

Apa mereka malaikat?

Sayap sayap itu mulai mengepak. Membuat kaki mereka terangkat. Mereka mengelilingi kami. Sial! Kami terlihat seperti pencuri yang tertangkap. Kemudian di hakimi dan dipukuli. Aku takut. Begitupun Nadine. Dan juga, Hobi.

"Siapa kalian?" Tanya salah satu dari mereka. Suaranya menggelegar. Lubuk hatiku rasanya ingin bertanya balik. Tapi aku urungkan. Aku terlalu takut. Dan kami pun memilih bungkam.

"Kalau ditanya, dijawab. Kalian ini siapa?" Tanya salah satunya lagi.

"Maaf," akhirnya Hobi angkat bicara. Aku tahu dia ketakutan. Terasa dari tangannya yang gemetar. "Kami tidak bermaksud menganggu tuan tuan. Kami tadinya hanya melihat lihat tempat ini. Kami ingin kembali, tapi tidak tahu jalannya." Ucap nya Jujur.

Aku berharap, malaikat malaikat itu memberikan kami jalan untuk pulang. Untuk sementara, kita sebut saja mereka malaikat. Karena aku pun tidak tahu, makhluk apa mereka ini. Bahkan aku masih belum percaya, ada makhluk seperti ini di dunia yang sudah sangat milenial ini.

Satu dari mereka mendekatiku. Kakiku gemetar. Hobi yang menyadarinya, mencoba untuk melindungiku dari balik tubuhnya.
"Siapa namamu?" Tanya nya.

"Aku Hobi."

"Bukan kepadamu. Tapi gadis yang di belakangmu."

Keringat semakin membanjiri tubuhku. Ingin rasanya aku mengutuk Nadine yang sengaja membawa kami semua kesini.
"A-aku Cathrine. Cathrine Alreina." Dengan gemetar, aku memperkenalkan diriku. Aku tahu, ini akan menjadi kisah yang panjang. Tapi aku harap, kisah ini akan berujung menjadi hal hal yang baik.

Are You Human? #TaehyungKim ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang