16. Let's Die Together

1.1K 152 12
                                    

Cahaya bulan dan bintang malam ini berpendar sangat indah. Semilir angin menerpa wajahku juga wajah Nadine. Kami memilih mengurung diri di kamar yang sebelumnya kami tempati dengan Hobi. Sementara orang itu, diusir dari kamar oleh Nadine.

“Lucu.” Kekehan pelan terdengar dari bilah Nadine. “Harusnya aku nggak ngajak kamu kesini.” Sesal mendalam terdengar menyakitkan terlontar dari ucapan Nadine.

Aku hanya bisa menghela nafas pelan menanggapi.

Posisi duduk kami saling membelakangi. Hanya punggung kami yang saling menyatu. Pikiran entah melayang kemana. Semua terjadi secara tiba-tiba. Aku bingung, Nadine bingung, pembaca bingung, penulis lebih bingung.

Huft…

“Aku kira, aku pacar yang udah tahu Hobi luar dalam. Siapa sangka, kalau rasaku pada Hobi ternyata perasaan yang salah.” Anak itu tertawa miris.

Aku kembali menghembuskan nafas. “Jangan salahin perasaan. Perasaan nggak ada yang salah. Kita saja yang salah menempatkan rasa.”

Nadine tertawa pelan. “Kenapa Hobi bohong? Kenapa nggak jujur?”

Bahuku mengendik sebagai jawaban.

Akupun juga memilik pertanyaan yang sama. Ditambah, kenapa ibuku berbohong?

“Kau tidak takut padaku?” Nadine diam. “Aku ada darah vampire loh.” Pamerku yang malah dihadiahi sikutan.

“Ya ya ya. Aku tahu itu, nyonya vampire. Tapi anehnya, kenapa kau tidak menghisap darahku? Kau kan vampire, bukannya vampire itu minum darah manusia?”

Bahuku mengendik, “Aku tidak selera menghisap darah dari orang sepertimu.” Ledekku yang mana buat Nadine berdiri dan buat tubuhku tersungkur. “Awww sakit!” rengekku.

“Sukurin.” Omelnya, lalu Nadine berjalan ke arah jendela besar yang ada di kamar. “Hobi lagi ngapain?”

Aku berjalan mendekat. “Kau rindu?”

Mata sipit Nadine melirikku, “Memangnya kau tidak?”

Rindu.

Jelas.

Hobi yang melindungi kami di manapun kami berada. Bukan hanya saat kami bepergian, tapi setiap ada anak sekolah yang mengganggu kami, Hobi pasti akan maju terlebih dulu.

Aku jadi teringat kisah-kisah ku dengan Hobi dulu.

Anak itu memang sering berkeliaran di sekitarku. Lebih sering Hobi daripada Nadine. Dia kuat, sangat kuat sampai kuatnya dia tak ku sadari sedikitpun.

Setiap aku ada masalah, setiap ada yang menyakitiku, Hobi selalu datang tanpa ku minta. Mirip seperti, kebetulan?

Dia kuat, dia jago berantem, dia berani, sedikitpun aku tidak curiga. Ku pikir, anak itu mirik seperti anak laki-laki pada umumnya. Tapi ternyata, perkiraan ku salah.

“Kenapa Hobi bohong?” Lagi, pertanyaan itu keluar dari bibir Nadine.

Tanganku terulur pelan merangkul bahu Nadine. Sementara tangan satunya kugunakan mendekap tubuh nya dari depan. sementara kepalaku, ku taruh di pundak Nadine.

Selain aku yang terkejut dengan kenyataan membingungkan ini, ada Nadine yang juga sama terkejutnya. Kami seperti badut saat ini. Yang tidak tahu apa-apa dan mungkin sedang di tertawakan oleh mereka-mereka si pembuat kisah konyol ini.

“Nadine..” Panggil ku pelan pada orang yang masih ku peluk. “Kalau nanti aku tinggal disini, kamu jangan lupain aku ya.” Pintaku, yang mana pelukanku langsung di lepas kasar.

“Nggak! Nggak akan ada yang tinggal disini. Kamu pulang sama aku.”

Aku menatap wajah sahabat tersayangku lamat-lamat. Mengamati setiap inci wajahnya, takut kalau nanti aku merindukannya.

“Bagaimana kalau kisah mereka ada benarnya?” Tanyaku lagi, dan air mata sukses terbendung di pelupuk mata Nadine.

“Mau melakukan hal konyol?”

Satu alisku terangkat.

“Ayo, kita mati bersama.”

***


“Kak Hoseok menyesal?” Jungkook yang sedari tadi bergelanyutan di tangan kanan Hobi bertanya dengan binar polosnya. Sementara Hobi hanya menjawab dengan senyuman tanpa ucapan.

Jungkook menghela nafas pelan. Masih memeluk lengan sang kakak, dan enggan melepaskannya.

“Kau sedih karna Cathrine atau karna Nadine?” Suara Jimin yang sedang bersandar pada sandaran pintu kacapun ikut angkat bicara.

Setelah Hobi diusir dari kamar oleh Nadine, memang anak itu langsung di seret sama Jungkook juga Jimin. Bilangnya rindu, karena sudah lama tak bertemu.

Hobi yang Nadine dan Cathrine kenal. Tapi di lingkungan fairy, nama itu berganti dengan nama aslinya Hoseok. Mirip seperti nama Taehyung di dunia fairy, namun berubah menjadi Vee di dunia manusia.

Entah, hanya untuk penyamaran, atau memang kesengajaan dari mereka sendiri.

“Aku terlalu lama bersama mereka.” Hobi pun akhirnya angkat bicara.

Mata jernih berwarna aqua itu menatap hamparan lantai marmer putih di depannya.

“Tahu.” Jawab Jimin. “Aku tahu kau terlalu lama sama mereka. Aku tahu juga kau takut kehilangan mereka.”

“Terutama Nadine.” Potong Jungkook, dan Jimin mengangguk. Sementara Hobi hanya menghela nafas pelan.

“Nggak nyangka, kamu beneran jatuh hati sama Nadine.” Jangankan Jimin, Hobi saja tidak menyangka kalau ia harus jatuh hati pada manusia.

King Namjoon pasti tahu kalau salah satu anaknya, yaitu Hobi, jatuh cinta dengan manusia. Cinta yang seharusnya tidak pernah tumbuh, namun nyatanya tumbuh di hati Hobi untuk Nadine.

Haruskah Hobi berkhianat pada keluarga agar bisa hidup dengan Nadine seperti kisah John dan Arneita.

“Ku penggal kepalamu jika berani berkhianat.” Satu yang dilupakan. Yoongi bisa membaca isi pikiran Hobi. Entah darimana makhluk itu berada, tiba-tiba sosoknya sudah duduk anteng di kursi yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

Hobi menghela nafas kasar. Melepaskan diri dari gelendotan Jungkook, dan berjalan ke arah kamarnya.

Bertemu Nadine dan Cathrine, mungkin.

“Hoseok.” Panggil Yoongi dengan suara tajam. Hobi menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Yoongi. “Perasaan mu tidak salah. Kau hanya salah menempatkan rasamu.” Hobi terdiam. Tidak menjawab atau melanjutkan langkahnya.

Ia memang sangat menyayangi Nadine, tapi benar kata Yoongi. Tidak seharusnya ia menaruh rasa nyata pada Nadine. Karna pada akhirnya, perasaan itu tidak bisa menyatu. Hobi, salah menempatkan perasaannya.


Are You Human? #TaehyungKim ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang