21. They Come

1K 136 13
                                    


Kepulan asap semakin mendekat. Tuan Taehyung dan Hobi berusaha menutupi tubuhku. Aku tahu, mereka menyembunyikanku dari bahaya yang datang tiba-tiba.

Makhluk itu licik.

Aku paham.

Dan aku tidak bodoh, kalau mereka berusaha menculikku sebelum hari benar-benar berganti.

Ini bukan duniaku.

Di dunia yang biasa ku huni dengan manusia biasa saja, sudah lebih banyak terisi dengan orang licik. Apalagi sekarang? Dunia yang tak ku kenal dengan seluruh makhluknya aneh dan masih tak bisa ku nalar.

Dan aku juga cukup paham, semua ini tak lebih dari ulah kedua orang tua ku di masa lampau.

Banyak dari mereka yang menjadi korban. Banyak dari mereka yang berpisah dan kehilangan. Banyak pula dari mereka yang berkorban. Semua, karna kesalahan ayah dan ibuku. Begitupun, keberadaanku.

"Biarkan saja." Aku berbisik pelan di balik punggung Taehyung.

Kepulan asap itu semakin mendekat, dan kini sosok dari mereka bisa ku lihat dengan mata kepalaku.

Dua makhluk tampan yang dulu pernah menyerang pun turut ada di barisan. Bibirku tersungging cukup tinggi ketika mataku menatap Felix yang juga turut ada di barisan. Setidaknya, meski bahaya, ada satu orang maksutku satu makhluk yang ku kenal.

"Pergi ke arah selatan. Terus berlari dan jangan berbalik." Perintah Taehyung yang terdengar mutlak.

"Kenapa harus pergi?"

Taehyung melirik sekilas ke belakang. "Mereka datang untuk bertemu denganku. Jadi, kenapa aku harus pergi?"

Aku menyingkir dari persembunyiaan di balik punggung Taehyung. Mensejajarkan diriku dengan Taehyung dan Hobi. Buat dua orang itu tersentak kaget, namun tetap mencoba tenang.

"Cathrine, ini bukan hal yang bisa di ajak main-main. Pergi ke selatan, sekarang."

Tahyung berbicara lagi dengan melirik ke arahku tajam. Tapi maaf, aku tidak peduli dengan ucapannya kali ini.

Sudah cukup mereka melindungiku, kali ini, biarkan aku ikut maju menyerang yang sepertinya musuhku.

Meski pada akhirnya, keputusanku untuk ikut tetap jatuh pada...

"Selamat datang!" Sapaku sedikit lantang. "Kenapa baru sampai? Aku menunggu kalian sedari tadi." Bibirku tersenyum pun di balas serigai tajam dari Tuan Baekhyun.

"Wohoo  anak manis. Kau menungguku?"

Aku mengelus pelan lengan Tuan Taehyung. Menatap sebentar ke arah Hobi lalu mengangguk, meyakinkan mereka bahwa aku baik-baik saja. Meski yakin, mereka pun was-was dengan apa yang akan aku lakukan.

"Bukankah kalian datang untuk menjemputku?"

Hobi menarik lenganku pelan. Sementara ku lihat mereka yang datang sedikit tersentak.

"Aku bersedia ikut dengan kalian." Senyum ku ukir sekali lagi.

Tuan Taehyung terdengar menggeram marah, sementara Hobi masih menggenggam lenganku erat.

Felix maju beberapa langkah mendekatiku. Mengulurkan tangan tanpa ucapan dan senyuman. Bukan seperti Felix yang berisik dan rese seperti yang ku kenal. Tatapan Felix tajam dengan wajah yang pucat mengerikan.

Aku maju satu langkah, hendak menggapai uluran tangan Felix, sebelum Tuan Taehyung menghadang langkahku.

"Kau..." Panggilnya terputus dengan mata memerah marah.

"Kenapa? Ini keputusanku. Semua akhir ada di tanganku. Jadi, aku akan tetap pada pilihanku."

"Kau salah memilih Cathrine." Ucapan Tuan Taehyung menekan.

Tersenyum simpul, aku mengelus rahang tegas milik Tuan Taehyung. "Ikut denganmu tak menjamin aku juga tetap hidup." Bibir Tuan Taehyung bergetar. "Jika darahku bisa menguatkan Raja Vampire, otomatis darahku juga bisa menguatkan King Namjoon." Mataku menatap nyalang ke arah Tuan Taehyung. "Kalian terlalu menganggapku bodoh. Karna faktanya, kalian sama-sama megincar darahku demi menguatkan kerajaan kalian. Apa kalian lupa, manusia juga bisa lebih licik dari iblis."

Satu tangan mengambil alih lengan kiriku. Felix berada tepat di samping kiri tubuhku dengan jarak 2 langkah dariku. Aku menoleh ke arahnya. Menatap matanya sebentar, lalu beralih menatap mata Hobi.

Hobi melepaskan genggaman lengan kanan ku. Kami masih saling menatap dalam diam. Meyakinkan anak itu, jika inilah memang keputusanku. Hingga suara Felix menginterupsi pendengaranku, dan membuatku merapatkan diri ke arah Felix.

"Dua jam lagi." Ucapnya, lalu aku mengangguk sebagai jawaban.

"Sebelum pergi, aku ingin meminta maaf padamu." Mataku melirik sekilas ke arah Tuan Taehyung. "Maaf, pengantinmu harus berkhianat kepadamu. Tidak perlu khawatir, kita akan segera bertemu kembali. Mungkin, di medan pertempuran."

Tuan Taehyung mengambil jarak hendak menyerang. Namun, sebelum ia benar-benar menyerang, kumpulan vampire datang semakin banyak. Mengepung Tuan Taehyung dan Hobi di tengah-tengah.

Tidak ada pilihan.

Mereka harus pergi, jika tak ingin mati sia-sia karena di keroyok kawanan vampire yang semakin banyak berdatangan mengepung.

Keduanya memilih mengepakkan kedua sayapnya. Terbang ke udara tanpa sepatah kata yang mereka berikan padaku secara langsung.

Namun, di luasnya angkasa tempat mereka mengudara, aku menangkap satu suara yang membuatku berhasil merekahkan senyumku.

Ku kira, pesan itu tidak akan sampai. Ku kira, ia hanya membual tentang pesan yang hanya kita berdua ketahui. Nyatanya, ia membalas sinyal yang ku berikan. Dan aku, cukup siap untuk menyaksikan bagaimana akhir dari darah dan nyawaku.

Haruskah darahku jatuh dan bercampur dengan darah yang seharusnya, atau harus terbuang sia-sia untuk binatang hutan yang tak paham penting nya darahku.

Intinya, aku menantikan dua jam yang akan terjadi di mulai dari...

...sekarang!







Are You Human? #TaehyungKim ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang