20. Decisions

1K 149 5
                                    

"Hob, kalau misalkan besok aku udah kasih tahu apa keputusanku, apa yang selanjutnya bakal terjadi ke aku?"

Hobi diam. Menghentikan langkahnya, yang juga buat aku ikut berhenti.

Matanya menatap ke arah jalanan setapak yang tadi kami lewati. Setelah kami menemui Nadine dari kejauhan, Hobi langsung mengajakku pulang. Tidak ingin tinggal lebih lama, karna takut suasana hati Hobi berubah, dan berlari memeluk Nadine yang masih tak menyadari keberadaan kami.

"Bukannya kamu sudah tahu? Keputusan apa yang kamu ambil dan apa kosekuensinya. Bukannya kamu tahu?"

Aku terdiam. 

Memang benar aku tahu konsekuensi apa yang akan aku ambil di keputusan ku esok. Hanya saja..

"Dari dua keputusan itu tidak ada yang menguntungkanku." Aku berkata jujur, memang tidak ada untung dari keputusan yang akan aku ambil.

Hobi terkekeh pelan. Ku rasa, dia menertawakan ucapanku.

"Tidak semua pilihan menguntungkan."

Aku tahu.

"Dulu, waktu aku disuruh pergi untuk mengasigkanmu, aku juga berada di pilihan yang sulit."

Maksutnya?

"Aku harus pergi. Meninggalkan orang tuaku, dan meninggalkan saudaraku. Lalu, saat musuh datang, menyerang dan mengutuk keluargaku, aku kembali dihadapkan pilihan tersulit. Selamat dari kutukan tapi harus menjagamu, atau meninggalkan kamu dan kembali untuk menolong keluarga ku. Aku bingung, aku takut salah ambil keputusan."

Aku diam dan mendengarkan ucapan Hobi.

"Hingga akhirnya, aku memilih meninggalkan keluargaku dalam kesulitan, dan memilih menjagamu."

Mataku memicing menatap Hobi. "Harusnya kau memilih menyelamatkan keluargamu, dan meninggalkan aku sendirian."

Hobi tersenyum. Menatap kedua mataku, lalu maju satu langkah mendekat ke arah ku.

"Kamu benar. Harusnya aku meninggalkanmu dan memilih kembali untuk menolong keluarku. Tapi.." Lagi, Hobi tersenyum. "Kalau aku kembali dan meninggalkan mu, kutukan ini akan abadi sampai kita binasa."

Aku tidak paham.

"Kalau aku kembali, di tengah jalan aku bisa saja jadi patung lebih dulu sebelum aku benar-benar bertemu keluargaku, karna kutukan yang Vampire berikan terlalu hebat untuk di cegah. Dan akhirnya aku akan jadi patung di pinggiran atau di tengah hutan sendirian untuk waktu yang lama. Lalu kamu, akan di temukan oleh Raja Vampire dan kamu akan dibinasakan saat itu juga."

Aku cukup tertegun dengan pemikiran Hobi.

"Saat kamu binasa, Raja Vampire akan memakai darahmu untuk menambah kekuatan nya. Lalu kami, akan hancur secara perlahan."

Senyum kembali menghiasi bibir Hobi.

"Itulah kenapa aku lebih memilih untuk menjagamu dan menerima penawar kutukan yang diberikan ibumu. Aku bahkan bisa mengelabuhi para vampire dengan memanfaatkan setetes darahmu yang mengalir di darahku, hingga mereka sulit untuk menemukanku, karna aku bisa berbaur dengan bau mereka."

Aku baru tahu satu hal itu.

"Cath, kadang kita terlalu memikirkan banyak kemungkinan karna kita dihadapkan dengan banyak pilihan. Itu bukan hal yang salah. Itu hal yang wajar. Karna dengan kita memikirkan kemungkinan terburuk atau terbaik, kita bisa mengantisipasi semua pilihan yang akan kita ambil kedepannya."

Hobi berjalan mendekat satu langkah.

"Aku tahu ini sulit. Aku tahu ini membingungkan. Tapi tolong, ambilah pilihan yang bisa menguntungkan semua orang. Bukan hanya untung buat kamu, tapi juga untung buat semua orang yang kamu sayangi."

Aku semakin tertegun mendengar penuturan Hobi. Anak itu benar, aku hanya memikirkan bagaimana aku masih bisa lanjut hidup dan kembali bertemu dengan ibu asuhku juga Nadine. Tanpa aku memikirkan sisa dari keputusan yang telah aku ambil.

Harusnya dari sini aku paham. Dari semua perlakua Queen, Tuan Taehyung, Hobi, juga saudara mereka yang lain, aku bisa mengambil keputusan yang mungkin tepat untuk kesejahteraan semua orang.

Semuanya, bahkan untuk ibuku, Nadine dan diriku sendiri.

Jika memang ini akhir dari apa yang bisa aku lakukan pun berikan untuk mereka, kenapa tak ku lakukan saja?

Toh, melalui ini bisa menghapus semua mimpi buruk yang selama ini menghantui malam mereka.

"Boleh aku tahu, bagaimana cara ku biar bisa memanggilmu bahkan saat kita berada di tempat terjauh?"

Hobi menyipitkan matanya. Alisnya mengerut lucu. Anak itu seolah sedang menebak apa yang akan aku lakukan.

"Gumam namaku dalam hatimu."

"Cihh.." Aku berdecih pelan. "Mirip pesan ibu saja. Ibu juga menyuruhku memanggil namanya dalam hati, tapi nyatanya ibu nggak datang sampai sekarang."

Hobi terkekeh, "Karena itu perintah bukan ditujukan untuk ibumu, tapi untukku." 

Lagi, aku dibuat bingung.

"Aku yang menjagamu dari bayi. Aku yang memberikanmu pada ibumu. Aku yang membawamu kemari, dan aku juga yang menitipkan pesan itu. Percaya nggak?" Hobi mendekat lagi satu langkah. "Meskipun kamu pengantin Taehyung, tapi untuk saat ini, ikatan batin kita jauh lebih kuat daripada kamu dan Taehyung."

Wow..

Bukankah itu sebuah bukti baru untukku?

Aku baru tahu.

Apa karna darahku?

Hebat juga kalau dipikir-pikir. Setetes darahku saja bisa buat Hobi sehebat ini, apalagi kalau seluruh darahku?

Ahhh... Apa aku jual saja darahku ini menjadi perkantong, tentu dengan harga yang sangat tinggi. Lumayan kan, aku bisa jadi orang terkaya di Negeri kalau begini.

Aish kadang otakku memang berguna.

"Siapa yang suruh kalian berkeliaran sejauh ini?"

Suara deep, aura tampan, tubuh tegap, datang tiba-tiba, siapa lagi kalau bukan Tuan Taehyung.

"Maaf mengajak pengantinmu jalan-jalan tanpa izinmu. Aku kembalikan, nih." Hobi terkekeh sambil mendorong pelan tubuhku yang langsung di dekap erat oleh Tuan Taehyung.

Cihh posesif.

"Lain kali, kalau pergi izin dulu sama aku. Kemanapun dan sama siapapun."

Ohhh No... aku merinding mendengar nya.

Bayangkan, Tuan Taehyung berbicara dengan suara seperti itu tepat di depan telingamu...

Tidak tidak tidak!!!

Jangan dibayangkan, itu akan memperberat pertumbuhan kalian.

"Aku hanya keluar sebentar." Ya, memang sebentar.

Pelukan di lepas perlahan. Tuan Taehyung menatap Hobi dengan tatapan sulit di artikan. Begitu pula Hobi yang membalas tatapan Tuan Taehyung dengan tatapan yang sama-sama tak bisa ku artikan.

Hingga akhirnya...

BOOMMM!!!

Dari kejauhan, terlihat kepulan asap putih pekat dengan suara yang luar biasa sangat kencang.

Aku merapatkan tubuhku pada tubuh Tuan Taehyung. Badan ku, kusembunyikan pada badan nya yang kekar. Dan Hobi, anak itu berdiri sejajar dengan Tuan Taehyung.

Sedikit banyak aku mengingat jenis kepulan asap yang semakin mendekat. Jika aku benar, maka, kepulan asap itu adalah pertanda datangnya para vampire yang lama mengincarku.

Ya... mungkin waktu sudah mendekati.

Karena saat aku memutar jam tangan ku, aku terkejut saat tahu tersisa 3 jam sebelum hari berganti. Yang berarti tersisa 3 jam sebelum aku memasuki umur yang ke-17 tahun.

Mereka akhirnya datang dengan aku yang masih bingung dengan keputusanku.

Are You Human? #TaehyungKim ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang