(08)

35.5K 2.3K 39
                                    

Ini terlalu menyakitkan, ini sungguh menyakiti hatiku yang sangat ingin memilikinya dan dia benar-benar ingin aku perjuangkan secara nyata juga dalam alunan doa yang selaluku langitkan namanya di sepertiga malam agar mendapatkan garis halal dari Tuhan pada hubungan kami kelak -Amir Abdullah.

===

Seperti yang Cia pinta kala waktu istirahat di kantin tadi, ia dan teman-temannya sekarang ini tengah melakukan perkumpulan tidak jelas di kafe sejak pulang sekolah sampai hari menjelang sore ini.

"Wahai kawan-kawan ana yang insya Allah mempunyai dark future, ana mau pergi ke kamar mandi dulu nih, jangan pada kangen ya!" pamit Cia seraya berdiri dari duduknya setelah ia menyelesaikan suapaan terakhir makanannya.

Abhi memutar malas matanya, kesal dan bosan sebab Cia tadi sempat mengatakan akan langsung memberi tahu hal penting yang dijanjikannya ketika di sekolahan setelah selesainya dia makan. Namun lihatlah apa yang terjadi ketika akhirnya cewek itu telah selesai mengabiskan waktu berjam-jam hanya untuk duduk sambil menghabiskan makanan, tapi hasilnya setelah rampung malah pamit pergi ke kamar mandi.

Abhi ingin protes sebab ia juga memiliki waktu penting yang harus digunakan dan dihabiskan semaksimal mungkin di rumahnya, tapi mengingat membuka mulut juga membutuhkan tenaga, Abhi mengurukan niatnya itu.

"Pergi ke tempat setan aja repot-repot pamit segala," cibir Pepen yang sedari tadi asik menonton film seraya merokok.

Pepen memang seorang perokok, tapi bukan pecandu, tapi juga, ketika sehari saja ia tak menghisap benda kecil panjang itu mulutnya akan terasa kecut.

"Dih, suka-suka gue lah." ujar Cia lalu segera pergi menuju kamar mandi yang ada di kafe ini seraya membawa paper bag berisi baju barunya yang dibelinya tadi malam saat nongkrong di mall bersama Pepen.

"Mending ngumpul sama bini, tau bakalan nongkrong gak jelas kek gini," gumam Abhi tak jelas saat ia mendadak mengingat Shila yang tanpa sadar membuatnya mau buka mulut seraya menggeliat.

"Kumur, Bhi?" tanya Amir yang kebetulan berada tepat di samping Abhi, beda lagi dengan posisi Pepen yang duduk agak jauhan darinya sebab ia usir. Salah sendiri mengganggu saluran pernapasannya.

Abhi menggeleng sambil menepuk-nepuk mulutnya yang menguap lebar.

"Ngomong kok gak jelas." gumam Amir sinis.

"Mabar aja yok lah! Baru diisi paketan nih sama pacar," ajak Pepen mengalihkan rasa kesalnya yang tak terungkapkan oleh mulut karena kelamaan menunggu Cia yang perginya saja belum sampai 5 menit.

"Males." Tolak Abhi seraya merebahkan kepalanya di atas meja karena bosan, juga karena ingin memikirkan solusi tentang akal apa lagi yang harus ia gunakan untuk membully Shila dengan cara berbeda.

"Kuy." sahut Amir sambil membuka aplikasi permainannya.

"Kesabaran dia bakalan habis pake cara apa ya?" Pikir Abhi disaat Pepen mulai berteriak-teriak tak jelas.

"Pake cara apa ya? Heum ... eh, oh yaa, gue kan dah kawin tuh sama dia, gimana kalo gue selingkuhin dia aja sama cewek lain?" Abhi menegakan kepalanya kembali dengan wajah senang, karena mungkin ini lah satu-satunya cara untuk membuat Shila hilang kesabaran. Tapi belum juga sampai 5 detik, ia menghela napas kesal sambil menempelkan lagi kepalanya di meja. "Gimana dia bakalan sakit ati tau gue selingkuh, dia aja gak suka sama gue." Sambungnya tersenyum kecut.

~~~

Sekitar setengah jam kemudian, Cia kembali dari kamar mandi dan berjalan menuju sahabat-sahabatnya dengan seragam sekolah yang telah dilepas dan ia ganti dengan baju kurang bahan. Dia memang sedang proses hijrah, tapi jika diingat-ingat, ia sudah hampir 2 minggu ini tidak memakai baju sangat terbuka.

Halal Diusia Dini √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang