(09)

22.9K 1.4K 21
                                    

Aku mengiginkan Dia, tapi aku juga tidak akan melepas hubungan yang jelas halalnya ini untuk selamanya. —Shila Al-Qibtiyah

===

Untuk beberapa saat Amir hanya berdiri terdiam di depan rumah Abhi seperti orang kehilangan arah sampai akhirnya memilih untuk pergi menjauh dari tempat ini. Sekarang, tentu saja ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa orang seperti Shila bisa tinggal berduaan saja dengan Abhi tanpa adanya hubungan spesial.

Itu Shila, bukan Cia yang seringnya bersikap tak tahu diri dan tanpa batas. Benar-benar sulit dipercaya.

Kalaulah benar seperti yang Abhi katakan tadi jika Shila hanya lah pembantu, mana ada pembantu yang pakaiannya mahal-mahal seperti yang sering Shila kenakan, juga, dia sering melihat perempuan itu berangkat dan pulang sekolah menggunakan mobil pribadi.

Tentang bagaimana Amir dapat tahu sampai berani menyimpulkan hal seperti itu, sebab tentu saja para pecinta ingin mengetahui segalanya tentang yang dicintainya.

Amir bahkan masih tak habis pikir bagaimana bisa kedua temannya si Cia dan Pepen itu dapat dengan mudahnya mempercayai ucapan Abhi yang diluar akal.

"Ini sangat janggal, sangat dan sangat." ujar Amir lirih yang tak tahu harus melakukan apa lagi sekarang ini.

Raganya tak berdaya, karena jiwanya tengah dalam kondisi lemah.

"Ada hubungan spesial apa diantara mereka, Ya Allah?" Amir menghela napas panjang untuk sedikit menenangkan diri sebelum akhirnya mengambil ponsel untuk memasan ojol.

~~~

Pepen mengelus-elus setiap benda yang terdapat di ruang tamu dengan perasaan senang, karena rumah yang Abhi miliki ini adalah rumah impiannya di masa depan yang akan ia bangun bersama sang pujaan hatinya. "Mantap juga lo Bhi cari rumahnya," ujarnya mengomentari rumah bergaya modern milik Abhi.

Abhi membanting tubuhnya ke sofa sambil meletakan tas belajarnya ke meja. "Biasalah, nyokap mantan anak properti," balasnya yang kemudian menoleh ke arah tangga yang tak lama lagi punggung Shila menghilang ditelan belokan yang mengarah ke lantai atas. Ia tersenyum kecut, menyesel tak bisa menjadi sahabat yang baik untuk Amir sebab telah terpaksa menikung wanita yang temannya itu sukai lewat jalur halal.

"Besok-besok gue sering main ke rumah ini ah, buat kebutuhan instagram. View di sini cakep banget alig," ujar Cia sambil mengangkat ponselnya agak tinggian, karena ia ingin berpose selfie di depan dinding bercorak unik, lalu mengunggahnya ke sosial media sekalian pamer baju baru.

"Kalian pulang gih! Makasih Udah nganterin gue," usir Abhi sambil bangkit dari sofa karena ia ingin segera mandi dengan tenang.

Bukan masalah ada sahabatnya di sini ia tak bisa membersihkan diri dengan damai dan nyaman. Tapi karena ia sendiri mandinya lama, dan takut dibayangi kekhawatiran jika nanti Cia dan Pepen tiba-tiba menjelajahi rumah dan lagi-lagi malah menemukan istrinya, yang bisa saja menjawab jujur ketika ditanyai 2 sohibnya itu atas hubungan yang mereka miliki.

Sekarang ini bukan tanpa alasan Abhi tak mau blak-blakan ataupun jujur kepada sahabat-sahabatnya mengenai hubungannya dengan Shila. Ia hanya malu sebab takut dicap menelan ludah sendiri karena dirinya selalu mengatakan jika enggan mempunyai pasangan hidup seperti istrinya itu.

Halal Diusia Dini √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang