(31)

34.6K 2.2K 166
                                    

Sulit mengatakan akan keinginan hatiku yang tak menginginkanmu.

–Shila Al-qibtiyah

===

Minggu pagi ini, karena hampir semua sekolahan di liburkan. Ersha tengah diajak Mamanya jalan-jalan ke pantai sebagai bentuk permintaan maaf karena terlalu sibuk dengan dunia barunya. Sementara Abhi dan Shila, entahlah, Abhi belum diketahui posisi pastinya, hanya saja saat ini Shila tengah berada di taman belakang rumahnya untuk menenangkan diri.

Hiks, hiks, hiks ....

Isakan tangis kembali terdengar dari bibir Shila yang sedang terduduk lemah di atas ayunan. Shila tak tahu pasti apa yang menyebabkannya menangis seperti itu, tapi yang dia tahu, sikap Abhi yang baik padanya itu malah sungguh membuatnya tak nyaman. Ia resah tiap kali mengingat hal-hal baru yang pria itu beri dan tunjukkan padanya.

Shila tak menyukai kekerasan, tapi melihat Abhi bersikap terlalu baik padanya hanya membuatnya muak.

"Hiks, kenapa harus Shila? Kenapa Shila yang ditempatkan dalam posisi mengerikan ini, Ya Allah? Hiks, hiks,"

"Maaf ya Allah, tapi Shila ingin bersama Akash? Kenapa malah berakhir dengan Abhi?"

Hiks, hiks, hiks ....

"Shila tak pernah nyaman dengan pernikahan ini. Shila sudah sangat jarang berbicara dengan Akash lagi, hiks," lirihnya sambil meremas baju baru yang Abhi berikan subuh tadi padanya.

"Baby!" Terdengar seruan Abhi memanggilnya dengan gembira.

Shila buru-buru menghapus jejak air matanya di atas pipi saat mendengar derap langkah Abhi berjalan mendekat ke arahnya.

"Kenapa duduk di sini, Sayang? Emangnya nggak panas?" tanya Abhi sambil menghalangi sinar matahari pagi yang mengenai langsung wajah ayu Shila.

Shila mendongak sebentar guna menatap Abhi, ia menggeleng pelan sambil berusaha tersenyum. "Biasa aja, Kak," jawabnya pelan dengan suara parau lalu kembali menunduk.

Abhi mendongakkan wajah Shila dengan jari telunjuknya, karena merasa aneh dengan apa yang sedang terjadi pada wanitanya itu. "Baby nangis?" tanyanya saat melihat bekas air mata yang mulai mengering di pipi Shila.

Shila hanya terdiam tak mau menjawab pertanyaan Abhi. Mengatakan tidak, berarti berbohong. Sementara jika iya, dia malu mengakuinya.

Abhi menarik tubuh Shila untuk berdiri  agar ia bisa memeluknya. "Baby kenapa?"

"Gak papa," lirih Shila dengan suara bergetar yang tentu tak mau blak-blakkan dengan pria yang masih ia anggap asing.

Abhi mengelus-elus punggung istrinya dengan ritme pelan. "Udah, Baby cerita aja,"

"K-kak, hiks hiks, S-Shila, huaaa!" Tangis Shila pecah begitu saja mengingat lagi-lagi ia berada di dekat suami yang tak dia cintai.

Abhi memeluk lebih erat lagi tubuh Shila yang bergetar kecil. "Udah-udah, kalo Baby belum bisa cerita sekarang, nggak papa, lain kali aja ya ceritanya. Kapanpun itu Kak Abhi siap dengerinnya." Abhi terus saja mengelus-elus punggung istrinya agar wanita itu tenang kembali.

Halal Diusia Dini √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang