Maafkan aku Tuhan, karena pernah menjadi ibu paling kejam di dunia
-Nabila Antasya
===
Seorang perempuan yang baru sadar dari komanya sejak beberapa hari lalu saat ini tengah sarapan dalam diam sambil sesekali menatap orang di sekitarnya cuek.
"Kenyang," ucap Jihan sambil menaruh makanannya di atas selimut.
Abhi yang akan berdiri membantunya untuk meletakkan piring tadi di meja lain langsung Nabila cekal, agar dia saja yang mengurus sepupu suaminya itu.
"Aku ngantuk. Kalian pergi!" usir Jihan dengan datar.
Nabila mengisyaratkan Shila, Abhi, dan sahabat-sahabatnya yang lain agar pergi dari ruangan ini dan membiarkan Jihan istirahat.
"Baby, ayo!" ajak Abhi sambil menggandeng tangan Shila.
Shila berdiri untuk bersiap pergi dari ruangan yang tiba-tiba membuatnya eneg. Tapi belum sampai berjalan 3 langkah di depannya, tiba-tiba perutnya seakan diaduk-aduk dan membuatnya terasa sangat mual.
"Hoek, hoek ...," mualnya sambil menutup mulut. "Hoek." Tak tahan depan perasaan ini, Shila berlari menuju kamar mandi yang ada di ruangan ini.
"Baby!" panggil Abhi khawatir sambil menyusul Shila masuk ke dalam kamar mandi.
Semua sahabat Abhi saling pandang-memandang bingung, ada apa dengan istrinya pertamanya Abhi itu?
"Aku juga gitu waktu hamil Ersha dulu," celetuk Nabila tiba-tiba.
"Maksud lo?" tanya Cia pertama kali.
"Ya gak ada maksud apa-apa. Tuh 2 orang berarti subur," jawab Nabila.
"Maksud lo, Shila hamil?" tanya Pepen ragu.
Nabila mengangguk. "Nggak tau juga aku. Tapi palingan aja, iya."
"Baby kamu gak papa kan?" tanya Abhi setelah mereka berdua keluar dari kamar mandi dengan posisi Shila memeluk lengan Abhi erat.
"Mual banget, Kak."
"Bhi!" panggil Pepen.
"Kenapa?"
Tahu Abhi tak akan meninggalkan Shila begitu saja, Pepen mendekati pria itu lalu membisikkan sesuatu.
"Eeeh? Hah!? Yang bener lo!?" teriak Abhi sambil merekahkan senyumannya secara sempurna.
Pepen mengangguk.
"Berisik, Kak Abhi," kesal Shila yang malah Abhi balas dengan sebuah pelukan erat.
"AKU MENCINTAIMU, ISTRIKUUU!"
Mata Shila tiba-tiba berkaca-kaca takut dengan suara besar Abhi. "Kak Abhi, biasa aja ih. Jangan teriak-teriak, shila takut."
Abhi mengurai pelukannya lalu gantian mengecup singkat kening istrinya.
"Ekhem!" Dehem Amir. "Gue pergi dulu!" pamitnya lalu pergi meninggalkan ruangan ini yang tiba-tiba bertambah suram.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halal Diusia Dini √
Teen Fiction"Ridhai aku memoligamimu." -Fulan bin Fulan. Dia suamiku yang membenciku karena pakaian yang kukenakan seperti teroris, Dia suamiku yang ternyata sudah memiliki anak di luar pernikahan, Dia suamiku yang memoligamiku karena alasan tanggung jawab. ...