Selamanya aku takkan pernah bisa membagi rasa cintaku pada wanita lain selain kamu, Shila.
-Akash
===
_______________________________
Aku pergi untuk kembali, membawa rasa yang lebih besar melebihi saat ini.
Berbahagialah dengan takdirmu.
_______________________________"Tak ada yang lain, namamu akan selalu tersimpan utuh direlung hatiku, walau takdir tidaklah berpihak pada kita lagi." lirih Shila setelah membaca isi dalam secarik kertas yang diberikan padanya oleh orang yang masih ia cintai 2 hari lalu di rumah sakit melalui bantuan anak kecil.
Ya, Shila tak langsung membukanya karena ia tak ingin patah hati lebih dalam setelah menyaksikan suaminya bersikap berlebihan pada Jihan, dan mendapatkan surat perpisahan dari kekasih hatinya.
"Shila mengharapakanmu selalu ada di sini. Tapi, selamat jalan ... Semoga dimasa depan kita akan bertemu kembali, entah luka yang mengabari atau bahagia yang mendahului." Lanjutnya lalu melangkah masuk ke dalam kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang letih sebab hati lah yang mengontrolnya.
~~~
Di tempat dan zona waktu yang berbeda, seorang pemuda tengah menangis di sepertiga malam terakhir di atas sajadah sembari mengangkat kedua tangannya.
"Hamba mengadu takdir padamu, Rabbi. Hamba lemah dihadapan takdir, Hamba percaya jika Engkau adalah sebaik-baik sutradara yang memberi skenario bagi hambanya ....
...Ya Rabbi. Jikalaupun memang dia bukan lah akhir pelabuhan cinta Hamba. Dan akhirnya nanti hamba telah dimiliki salah satu hamba terbaik-Mu. Hamba tidak yakin mampu mencintai 2 hati dalam waktu bersamaan. Hamba tidak mampu membagi rasa cinta kepada 2 wanita sekaligus, Rabbi ....
...Rabbi. Ajarkanlah hamba untuk mempertahankan sebuah rasa tanpa memiliki ....
... Rabbi. Jaga dia, berikanlah dia cinta dan kasih sayang terbaiku-Mu, Alfatihah ...."
Pemuda tadi mengakhiri doanya dengan Ummul kitab dan disambung dengan berdzikir sambil memutar tasbihnya.
"Aku mencintainya ...." lirihnya di sela-sela dzikir.
~~~
"Pagi, Abhiii!" sapa seorang gadis yang tubuhnya sudah terbalut rapi seragam sekolah.
"Jugaaa." balas Abhi sambil mengacak gemas rambut gadis tadi yang tak lain sepupu plus teman masa kecilnya sendiri, Jihan Rianty.
"Shila mana, Bhi?" tanya Nabila sambil menyiapkan bekal untuk Ersha yang walau sejak hari itu tak ingin sekolah tapi tetap Nabila paksa untuk berangkat sebab SPP telah di bayar lunas.
"Lagi siap-siap kali," jawab Abhi lalu duduk di kursi biasanya yang dia tempati saat makan.
"Ersha!" panggil Nabila.
"Iya, Ma!?" jawab Ersha dari lantai dua.
"Bunda dipanggil, Sayang. Suruh sarapan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Halal Diusia Dini √
Teen Fiction"Ridhai aku memoligamimu." -Fulan bin Fulan. Dia suamiku yang membenciku karena pakaian yang kukenakan seperti teroris, Dia suamiku yang ternyata sudah memiliki anak di luar pernikahan, Dia suamiku yang memoligamiku karena alasan tanggung jawab. ...