Tunaikan lah janjimu, Aku tidak apa-apa jika kamu telah memutuskan ingin memaduku.
-Shila Alqibtiyah
===
Seminggu kemudian ....
Pagi ini, Abhi sedang dibantu Shila mengenakan pakaian yang akan ia kenakan saat acara ijab kabul kedua kalinya nanti yang dilakukan bersama Nabila. Pria itu menatap lekat manik indah istrinya yang terlihat fokus dengan pekerjaannya.
Abhi tidak berbohong, dia sungguh telah berusaha baikan dengan Shila karena wanita itu telah mau membantunya sampai akhirnya dirinya bisa melakukan hal yang sebelumnya sangat ditentang kedua orangtuanya. Tapi entah bagaimana Shila berhasil meyakinkan Papa dan Mamanya, termasuk menyakinkan kedua mertuanya.
"Shil," panggil Abhi dengan suara parau.
"Iya? Kak Abhi butuh sesuatu?" tanya Shila karena biasanya Abhi memanggilnya hanya karena ingin menyuruhnya.
Abhi menunduk dalam sambil mengangguk pelan. "Peluk gue, gue butuh dekapan lo." pintanya agar ia bisa kuat menjalankan apa yang harus ia jalankan sebagai rasa tanggung jawabnya.
Shila terdiam sejenak sebelum mengabulkan permintaan suaminya. "Kak Abhi gak papa?" tanyanya saat merasakan tubuh dingin Abhi yang bergetar pelan.
Saat Abhi baru saja akan membalas dekapan Shila, istrinya itu malah menjauhkan diri tanpa alasan yang ia ketahui. Abhi kesal karena hal itu, ia memajukan bibirnya beberapa centimeter lalu menarik perempuan itu untuk kembali mendekapnya.
"Bentaaar aja," lirih Abhi sambil memejamkan matanya, merasakan wangi lembut tubuh istrinya yang menyeruak ke Indra penciumannya.
Walau Shila tak mengerti alasan Abhi yang tiba-tiba seperti ini, ia berusaha berpikir positif jika sekarang ini Abhi sangat butuh untuk dikuatkan, sementara ia, tidak.
Dan nyatanya memang benar, saat ini Abhi sangat rapuh karena telah disusahkan oleh 2 hal. Ia yang dulu niatnya hanya ingin membuat Shila marah karena memutuskan berpoligami, tiba di hari H ini ia malah menyesali caranya yang kekanak-kanakan itu. Tapi dilain sisi jika ia menggagalkannya, seumur hidup dia hanya akan dirundung rasa bersalah sebab meninggalkan tanggung jawab besar sebagi seorang pria.
Shila menepuk-nepuk pelan pundak Abhi yang lebih tinggi darinya dengan sekali-kali mengusapnya. Sebenarnya, yang saat ini harusnya rapuh, ia atau Abhi sih?
"Kak Abhi gak papa kan?" tanya Shila yang membuat Abhi perlahan melepaskan pelukannya, lalu entah apa yang salah dari pertanyannya itu, Abhi malah menjitak pelan kepalanya.
Tak.
"Sakit. Sakit," lirihnya dengan mata berkaca-kaca, lalu beberapa detik kemudian tiba-tiba ia menjatuhkan tetesan bening cair ke cadar hitamnya. "Hiks hiks, sakit, hiks hiks. Sakit Kak Abhi hiks," isaknya sambil menunduk dalam.
Shila tak bisa menahannya lagi, jujur, hatinya sangat sakit, ia juga butuh dikuatkan disaat seperti ini. Ia adalah korban dari apa yang akan Abhi lakukan hari ini.
"Eh eh jangan nangis!" Abhi gelagapan sendiri sambil mengangkat kepala Shila. "Jangan nangis, gue butuh lo," ucapnya lirih seraya mengusap kedua mata Shila pelan dengan kedua ibu jarinya. "Gue butuh lo Shil," ulangnya tanpa kebohongan sedikit pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halal Diusia Dini √
Teen Fiction"Ridhai aku memoligamimu." -Fulan bin Fulan. Dia suamiku yang membenciku karena pakaian yang kukenakan seperti teroris, Dia suamiku yang ternyata sudah memiliki anak di luar pernikahan, Dia suamiku yang memoligamiku karena alasan tanggung jawab. ...