Ada usaha diam-diam yang kulakukan demi mendapatkan apa yang seharusnya menjadi milikku -Akash
===
Senin pagi ini, setelah melakukan upacara kebangsaan dan beruntungnya sekolah Garuda ini memberi waktu 1 jam untuk istirahat murid-muridnya. Di bawah teriknya panas sinar matahari, 4 orang cowok sedang berlarian ke sana kemari di tengah-tengah lapangan merebutkan bola basket untuk di masukan ke dalam ranjang.
"Oper sini, Ash!" seru Amir yang berlari sambil mengangkat kedua tangannya menuju ranjang basket.
"Tangkap!" Ashraf meloncat pendek sambil mengoper bolanya ke Amir.
"Halau, Pen!" suruh Abhi pada Pepen yang terlihat pusing memperhatikan bola.
Tentu saja pusing, Pepen saja lebih senang bermain tenis meja daripada bola besar.
Amir tersenyum lebar lalu segera memasukan bola ke dalam ranjang basket sebelum Pepen berhasil merebut dari tangannya.
"Yesss, masuk!" seru Amir lalu berjalan mendekati Ashraf untuk bertos ria.
Ashraf bisa dekat dengan Abhi dan kawan-kawan sebab pria itu bergabung dengan siapapun oke. Termasuk dengan seseorang yang telah menyakiti orang yang dia cintai. Tapi sejujurnya tentang masalah pertemanan, Ashraf orangnya pilah-pilih. Ia tak lah sampai mungkin membuat Abhi dan Pepen menjadi teman. Hanya Amir, sebab pria itu saja yang tak pernah menyakiti Shila. Ah, terlalu menyakitkan untuk berteman dengan seorang musuh.
"Ck." Abhi berdecak sebal lalu ia pun berjalan meneduh di bawah pohon yang di bawahnya sejak tadi terdapat Shila yang penglihatannya terus saja menyorot *Dia.
"Gue ke kantin dulu, Mir." ucap Ashraf sambil mengedipkan sebelah matanya ke Shila yang baru saja salting karena ketangkap basah juga tengah menatapnya.
"My Baby Shilaaa! Suamimu yang ganteng ini kalah dan lelah, huhu," keluh Abhi sambil bersandar di bahu kecil istrinya.
Shila menoleh sekilas ke Abhi. "Shila beliin minum, mau?"
Abhi mengangguk lemas. "Susu ya?" pintanya sambil memeluk lengan Shila.
"Susu?" Beo Shila yang sangat jarang melihat ada orang yang minum cairan putih itu setelah olahraga.
"Susumu," bisik Abhi dengan cengiran bodoh lalu dengan beraninya malah terkekeh santai.
Shila menghela napas pelan lalu bangkit dari duduknya, namun sebelum bener-bener berdiri, ia malah terlebih dahulu Abhi tarik dan berakhir duduk ... di pangkuan pria itu.
Dengan wajah yang sudah kesal, Shila berusaha melihat Abhi yang ada di belakangnya karena suaminya itu tak pernah melihat posisi dan kondisi terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu. "Kak, ini sekolah," lirihnya sambil berusaha melepaskan diri dari dekapan Abhi.
"Terus?"
"Ish Kakak, jangan kayak gini kenapa sih," rajuk Shila dengan kesal tapi malah menggunakan suara yang mendayu-dayu.
"Jangan begini gimana loh, Baby?" tanya Abhi menggoda Shila. "Kayak gini? Iya?" Ia lalu mempererat dekapannya.
"Malu, Kak Abhi ...,"
"Tapi, nanti malam ngakuin itu lagi ya?"
"Nanti malam? Apanya yang lagi?" Shila mengerutkan dahinya bingung.
"Bercinta denganku," jawab Abhi yang terkekeh sambil melepas dekapannya.
Shila menggeleng pelan lalu berjalan buru-buru menuju kantin untuk mengindari pria itu selama beberapa saat sebelum nanti harus menghadapinya lagi untuk memberikannya minuman penambah energi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halal Diusia Dini √
Teen Fiction"Ridhai aku memoligamimu." -Fulan bin Fulan. Dia suamiku yang membenciku karena pakaian yang kukenakan seperti teroris, Dia suamiku yang ternyata sudah memiliki anak di luar pernikahan, Dia suamiku yang memoligamiku karena alasan tanggung jawab. ...